News Update :
Home » » Jisim/fisik memiliki batas tetapi Allah tidak

Jisim/fisik memiliki batas tetapi Allah tidak

Penulis : Bagus Rangin on 12 Maret 2012 | 10.02.00





 Syaikh Wahba Al-Zuhayli Suriah 

Wahabi berpendapat: "apa pun memiliki batas termasuk Allah dan hanya Allah yang tau batasNya,Dia terpisah dari ciptaannya dan berbeda dari ciptaan dan Dia tidak bisa berada di atas alam,kwcuali ia memiliki batas karena semua hal ini memiliki makna al-hadd [batas]"

Komentar: Catatan bahwa yang mereka maksud dengan ini "apa pun memiliki batas tidak [secara fisik] terpisah dan berbeda dari ciptaan dan yang tdk ada batas tidak bisa [secara fisik] di atas alam." Pernyataan ini didasarkan pada gambaran dari analogi antara ciptaan dan Pencipta, Ini mengasumsikan bahwa Allah adalah jisim/fisik (sesuatu dengan ukuran), dan karena itu harus 'seperti kata mereka" memiliki batas fisik. Asumsi ini dibuat, karena mereka berpikir atas Allah dengan sesuatu yang benar bagi ciptaan.


Sebuah sinopsis singkat dari kesalahan yang terkandung dalam argumen untuk batas



Konsep pemisahan dan berhubungan itu berkaitan dengan jisim/fisik dan bukan untuk Allah. Jika mereka mengatakan tidak ada sesuatu terpisah dan berbeda dari fisik lain kecuali ia memiliki batas, maka ini adalah benar.....!! Dan Tidak benar bahwa Allah adalah fisik, sehingga tidak benar Dia memiliki batas. Oleh karena itu, maka tidak benar bahwa Allah itu berada di luar atau di dalam alam, Hal ini adalah kesalahan yang disebut "dikotomi palsu, seperti ketika seseorang berpendapat dan memberi Anda antara dua pilihan, dan keduanya tidak ada yang benar, contoh seperti jika seseorang berkata: "apakah batu ini buta atau melihat???, mana yang benar?" karena yang jadi Masalah dalam prtanyaan ini adalah batu ini tidak bisa dikatakan buta atau pun  melihat, Artinya kita tidak bisa berkata, "batu itu buta" atau "batu itu melihat,karena batu tdk di sifati dgn buta atau pun melihat" Jadi ketika mereka berkata, "apakah Allah ada di dalam atau di luar alam, mana yang benar?" Mereka menggunakan dikotomi palsu untuk menipu kita agar berpikir bahwa tidak ada alternatif lainnya... Ini tidak benar...!!, karena dua pilihan tentang sesuatu yang ada adalah pertama: "Apakah menempat atau tidak?" Jika jawabannya menempat," maka orang mungkin bertanya lagi, "apakah di dalam atau di luar daerah ini dan itu ",dan Jika jawabannya "tidak menempat, "kemudian mereka bertanya:" apakah di dalam atau di luar daerah ini dan itu??? "ini adalah omong kosong murni....!!, gambarannya ada dalam hal contoh batu,  "apakah batu memiliki penglihatan?" Karena jawabannya adalah "tidak", maka ini membuat kita tidak bisa bertanya " apakah batu melihat atau buta?"


Anggapan wahabi yang disebutkan di awal bahwa "sesuatu yang tidak terbatas tidak dapat di atas," ini mengasumsikan bahwa ketinggian Allah adalah secara fisik,  padahal Muslim percaya bahwa Allah berada di atas dalam arti status dan kekuasaan, bukan dgn makna lokasi fisik. Secara fisik di atas sesuatu yang lain,itu hanya bisa untuk sesuatu yang fisik juga, dan ketinggian secara fisik itu tidak layak utk kebesaran Allah,karena jika ketinggian fisik merupakan sebuah kemuliaan, maka Tibet akan lebih utama daripada Makkah,karena tibet lebih tinggi secara fisik dari mekah. maka Dengan mengatakan ketinggian Allah secara status dan kekuasaan, itu artinya kita telah memilih arti yang paling indah dan kami menghindari menghubungkan batas kepada Sang Pencipta.

Sebuah penjelasan rinci tentang alasan bahwa argumen wahabi tidak valid

 Argumen yang mereka katakan:

1) Segala sesuatu ITU MENempat.

2) Segala sesuatu yang menempat pasti memiliki ruang dan memiliki batas.

3) Allah ada.

4) Oleh karena itu (mereka mengatakan) Allah memiliki batas, dan yang mengklaim sebaliknya itu sesat

Sementara kami menerima premis 2) dan 3), dan tidak menerima premis 1). Alasan mengapa kami tidak menerima premis 1 yakni bahwa segala sesuatu yang ada itu pasti menempat ??,alasannya karena:

Pertama, tidak ada bukti yang bisa diklaim untuk premis 1) kecuali hanya pengamatan dari apa yang telah kita rasakan dengan indera dalam kehidupan sehari-hari, Pada dasarnya apa yang telah mereka katakan adalah berdasarkan analog berikut: "segala sesuatu yang telah dirasakan dan dilihat dalam kehidupan adalah fisik, oleh karena itu segala sesuatu yang ada itu adalah fisik." Ini jelas bukan argumen logis, walau pun begitu, tetapi ini adalah inti dari argumen yang sering mereka pakai,  klaim ini hanya di dasarkan pada imajinasi mereka yang terbatas pada apa yang telah di indra dan di alami dalam kehidupan ini,lalu Pikiran mereka merekam semua ini dalam pikirannya,dan mereka tdk mampu memanipulasi rekaman ini dengan cara yang berbeda sebagai konsep,shgga Kemampuan mereka untuk meng konsep terbatas pada rekaman ini, dan setiap fakta yang tidak sejalan dengan rekaman ini sulit untuk di tangani dan di terima dalam pikiran merreka, dan bahkan sering ditolak berdasarkan hal itu. Ini adalah batas pikiran kita....!! Dan iblis menggunakan untuk mengelabui orang dalam kepercayaan anthropomorphist. Dia membuat mereka berpikir bahwa apa tidak dapat dibayangkan orang itu tidak bisa ada, dan membuat mereka mengabaikan fakta bahwa imajinasi kita didasarkan pada seperangkat terbatas pengalaman sensorik, dan tidak mencakup semua yang ada dalam ciptaan, apalagi mencakup semua hal yang bisa ada dan harus ada.




Kedua, karena tidak ada bukti nyata dari premis 1) yang menjadi benar hanya dengan logika saja, maka kita pun mengambil petunjuk dari kenyataan Alquran bahwa Allah tidak menyerupai makhluk-Nya:

ليس كمثله شيء وهو السميع البصير

Artinya: ". Sama sekali tidak ada sesuatu yang menyerupai Allah, dan Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat" (Al-Sħuuraa, 11) 

Dengan demikian, apa yang benar tentang keberadaan yang ada dalam ciptaan itu tidak benar utk Allah.  
Dengan jelas kita bisa mengamati bahwa semua ciptaan yang ada di sekitar kita adalah hal-hal yang menempati ruang (benda mati dan makhluk hidup) dan juga sifat2 dari hal-hal yang menempati ruang (seperti warna atau bentuk).Ini adalah jenis semua ciptaan seperti yang kita kenal memiliki dgn eksistensinya . Berdasarkan alasan ini, kami menyimpulkan bahwa Allah tidak menempat dan tidak pula memiliki sifat dari sesuatu yang menempat, jika tidak begitu,maka keberadaan-Nya akan menjadi sama dgn semua yang di ciptakan, dan hal ini bertentangan dengan firman Allah tersebut.




Kami juga mengambil petunjuk atas alasan ini dari kenyataan ayat dalam Alquran bahwa   itu  adanya Allah maha awal [tdk ada permulaan] pra-mutlak untuk segala sesuatu yang lain:




هو الأول

Artinya: "Dia adalah  maha awwal" (Al-Ĥadiid, 03)

 "Kami memahami dari ayat ini bahwa DIA ada sebelum segala sesuatu yang lain ada, dan bahwa Ia tidak didahului oleh non-eksistensi atau di dahului oleh keberadaan sesuatu yang lain. Dia ada, dan tidak ada sesuatu dengan-Nya dan tdk ada apa-apa sebelum-Nya. Al-Bukħaariy meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad berkata:

كان الله ولم يكن شيء غيره

"Allah ada dan tidak ada sesuatu yang lain" (Bukħaariy Nomor 3019)

 keberadaan Allah itu  tidak menyerupai keberadaan makhluk dan tidak terpengaruh oleh apapun,oleh sebab itu kita mengatakan bahwa meskipun benar bahwa hal-hal yang fisik itu bisa di sifati dgn di dalam atau di luar sesuatu,tetapi itu tidak benar dari Allah, karena Dia adalah pencipta semua tempat, semua bagian dalam dan semua bagian luar, Dia ada sebelum apapun ada.

Maka keyakinan yang benar adalah bahwa Allah menciptakan segala tempat, dan Dia ada sebelum segala sesuatu ada, termasuk tempat dan waktu. Karena itu pasti Dia ada tanpa semua itu. Dengan kata lain, para ulama mengatakan, "Allah ada, dan tanpa tempat, dan Dia sekarang seperti Dia adalah sebelum ada tempat,DIA tdk berubah"

Kami juga mengambil bimbingan dari ayat yang lain dalam Quran untuk menunjukkan bahwa premis anthropomorphist bahwa "segala sesuatu yang ada,itu pasti menempat," adalah premis palsu, Salah satu cara kita dapat membuktikannya adalah dengan menunjukkan bahwa tidak semua yang ada itu harus dibatasi,dgn argument sebagai berikut:

Pertama, perhatikan bahwa apa pun yang memiliki batas itu adalah ciptaan, karena batas harus ditentukan dalam ha ukuran dan bentuk dll Artinya itu memerlukan Pencipta untuk tetap eksis, Jika seseorang menyangkal hal ini, maka orang itu tidak akan bisa membuktikan bahwa batas fisik lain memerlukan Pencipta, seperti tubuh manusia, atau benda-benda langit dll,ini  Artinya bahwa bentuk unta, atau langit tidak akan lagi bisa menjadi bukti bagi keberadaan Allah dan PowerNya, dan ini bertentangan dengan pernyataan dalam Al-Quran, seperti:




إن في خلق السماوات والأرض واختلاف الليل والنهار لآيات لأولي الألباب

Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan Langit dan Bumi, dan perbedaan malam dan siang ada tanda-tanda bagi mereka yang memiliki pikiran perseptif." (Aal Imran, 190)

أفلا ينظرون إلى الإبل كيف خلقت

Artinya: "apakah mereka tidak memperhatikan bgmn unta diciptakan?" (Al-Ghasiyah, 17)

Apa bisa merenungkan ayat ini tanpa memikirkan batas-batas fisik dari bumi, langit dan unta? Tentu saja tidak, tanpa batas, maka tidak akan ada unta dan tidak ada langit dan bumi, karena ini adalah realitas keberadaannya. Ini adalah batas-batas tubuh yang membuat kita yakin bahwa mereka diciptakan dan memungkinkan kita untuk merenungkan atas adanya semua itu sebagai tanda-tanda adanya Allah. Jika seseorang mengklaim bahwa Allah memiliki batas fisik, maka mereka mengatakan bahwa batas fisik lain pun tidak perlu pencipta, dan telah nyata batalnya hal itu dgn bukti-bukti dari Quran.

Hal  karena batas fisik adalah batas fisik, dan setelah Anda mengklaim bahwa salah satu batas tidak perlu pencipta, maka anda tidak dapat membuktikan bahwa batas lain pun itu membutuhkan seorang pencipta. Mengapa? Karena batas fisik secara konseptual hanya sambungan dari titik-titik membentuk garis atau permukaan.Setiap titik terhubung ke depan di salah satu sisinya. Pemilihan penempatan titik terhubung ke yang lain adalah untuk setiap ruang yang tersedia di setiap sudut dan dari setiap sudut. Itu saja.Penempatan titik-titik yang terhubung membentuk batas, dan karena jalan titik-titik ditempatkan di samping satu spesifikasi,maka pasti ada kebutuhan lain dalam hal 'di mananya,'Ini berarti bahwa semua itu perlu pencipta dan tidak bisa langgeng, karena keberadaan mereka tergantung pada spesifikasi sebelumnya.Jadi jika seseorang mengklaim bahwa salah satu batas tersebut tidak memerlukan pencipta, maka Dia tidak bisa lagi secara logis membuktikan bahwa batas lain tidak perlu pencipta. Ini berarti bahwa ia tidak bisa lagi secara logis membuktikan bahwa bentuk membutuhkan seseorang untuk menciptakannya.maka tdk ada cara lain melainkan ia harus berpegang pada premis bahwa semua batas perlu pencipta. Karena Allah tidak ditentukan dan tidak diciptakan, dan Allah pasti kekal, maka pasti benar bahwa Allah ada tanpa batas dan karena itu Allah ada tanpa menempat.

Lebih sederhananya tentang menempat: apa pun yang memiliki batas maka itu memiliki bentuk karena batas harus memiliki beberapa bentuk.Apa pun yang memiliki bentuk tertentu itu bisa memiliki bentuk lainnya, maka semua bentuk apapun tdk ada lebih dibandingkan dgn bentuk lainnya, sehingga memiliki bentuk tertentu berarti harus ada seseorang yang menentukan bentuknya dan memilih di antara semua kemungkinan bentuk lain. Akibatnya, sekali kita melihat sesuatu di tempat, kita bertanya bagaimana hal itu terjadi dan ada di tempat itu. Kami meminta ini, karena kita tahu bahwa sekali  sesuatu ada di tempat, maka ada sesuatu sebelumnya yang telah menaruhnya di sana, Jadi konsep secara fisik di dalam atau di luar alam itu tidak dapat diterapkan pada Allah, karena jika mereka lakukan, itu akan mengharuskan-adaNya Allah itu ditentukan, atau dipengaruhi atau diubah oleh selainNya. Sebaliknya, kita harus percaya bahwa Allah dikaitkan dengan sifat kekal, dan karena itu tidak memerlukan spesifikasi.




Sebagai kesimpulan, premis pertama yang di klaim Wahabi itu tidak hanya bisa diverifikasi, tapi itu jelas salahnya.

DiNuqilkan Oleh : Bagus Rangin ~ Kertajati-Majalengka

pucukpucuk Agan sedang membaca artikel tentang: Jisim/fisik memiliki batas tetapi Allah tidak. Silakan agan copy dan paste atau sebarluaskan artikel ini jika dinilai bermanfaat,Ane juga menyediakan buku terjemahan kitab yang membantah wahabi: 1. buku "bid'ah mahmudah dan bid'ah idhafiyah antara pendapat yang membolehkan dan yang melarang" terjemah dari kitab: albid'atul mahmudah wal bid'atul idhafiyah bainal mujiziina wal maniin" karya Syaikh abdul fattah Qudais Al Yafi"i, 2.Terjemah kitab ‘At Tabaruk Bi As Sholihin Baina Al Muzijiin wa Al Maani’in: Mencari Keberkahan Kaum Sholihin Antara Pendapat yang Membolehkan dan yang Melarang, hub admin: hp/WA 0857-5966-1085.syukron :

*** Dapatkan buku terjemah disini ***

Share this article :

Posting Komentar

Jangan lupa Tulis Saran atau Komentar Anda

 
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger