![]() |
Syaikh Maulana Tahir Utsman Bauchi Nigeria |
Pertanyaan: menurut salafi seperti dalam blog2 mereka dan juga perkataan ulama mereka yaitu syaikh Muhammad Khalil Al-Harras,bahwa Allah Maha Melihat dengan mata,dengan hujjah: Aku mendengar Abu Hurairah membaca ayat :
‘‘Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya” hingga pada ayat : ‘Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat’ (QS. An-Nisaa’ : 58),
lalu ia (Abu Hurairah) meletakkan ibu jari tangannya ke telinganya, dan yang lain (telunjuk) ke matanya, lalu berkata :
“Demikianlah aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam membacanya dimana beliau juga meletakkan dua jarinya”.
Abu Zakariyya berkata : “Al-Muqri’ menyifatkan/memperagakan hal itu kepada kami”. Lalu Abu Zakariyya meletakkan ibu jari tangan kanannya ke mata kanannya dan jari yang lain ke telinga kanannya, dan kami melihatnya, lalu Al-Muqri’ berkata : “Demikianlah, demikianlah”. Tafsiir Ibni Abi Haatim (3/5524)
Diriwayatkan pula oleh Abu Daawud, Ibnu Hibbaan dalam Shahih¬-nya, Al-Haakim dalamMustadrak-nya, dan Ibnu Mardawaih dalam Tafsir-nya, dari Abu ‘Abdirrahman Al-Muqri’ dengan sanad semisal. Abu Yuunus ini adalah maula Abu Hurairah, namanya Sulaim bin Jubair” [selesai – Tafsir Ibni Katsiir, 2/341-342, tahqiq : Saamiy bin Muhammad Salaamah; Daaruth-Thayyibah, Cet. 2/1420].
Dapat kita lihat dari ayat, hadits, amalan shahabat, dan juga ulama setelahnya; mereka semua memahami sifat mendengar (as-sam’u) dan melihat (al-bashar) dengan makna hakekatnya. As-sam’u dinisbatkan untuk sifat Maha Mendengar (As-Samii’) terhadap semua perkataan makhluk-Nya, baik yang nampak ataupun tersembunyi; sedangkan Al-bashar dinisbatkan untuk sifat Maha Melihat (Al-Bashiir) terdapat semua perbuatan makhluk-Nya, baik yang nampak ataupun tersembunyi.
bagaimana menjawab ini???
jawaban:
Dari Abuu Daawuud dan juga yg lainnya menyebutkan bahwa Nabi (صلى الله عليه وسلم) menempatkan ibu jarinya di telinga dan jari telunjuknya pada mata ketika membaca ayat yang artinya:" sesungguhnya Allah maha mendengar lagi Maha Melihat". Ini adalah hadis ahad/tunggal, sehingga tidak bisa di jadikan hujjah untuk membangun kepercayaan, dan jika pun keukeuh,maka jawaban kedua adalah bahwa dalam hadis itu hanya sebuah tindakan, bukan suatu perkataan bahwa yad,mendengar,mata adalah maknaya organ sbgmna yang ada pada kita, sehingga ia tidak memiliki aplikasi husus,maka otomatis itu umum, Selain itu, Rowi dan muhaddis tidak meberitaukan kita mengapa Nabi dan rowi melakukan hal itu, sehingga setiap klaim dalam hal ini tidak lebih hanyalah sebuah opini. mereka berpikir bahwa artinya Allah memiliki mata untuk melihat,telinaga dan tangan, karena mereka percaya bahwa Allah itu jisim seperti manusia. Ibnu Hibban mengatakan hal itu,itu untuk hanyalah membawa perhatian pada fakta bahwa Allah memiliki sifat melihat tanpa dgn mata, karena Dia tidak menyerupai apapun. Al-Bayhaqiyy dan Abu Daawuud berkata seperti itu untuk menunjukkan fakta bahwa ini adalah sifat lain yang berbeda dengan sifat pengetahuan,.jadi itu penegasan sifat mendengar dan melihat bagi allah,selain daripada sifat ilmu Allah jadi bukan menetapkan organ Allah yg berbeda dengan mahluk. itu di gunakan dalam hal menyanggah Jahmiyyah, yang mana kaum jahmiyah menyangkal semua sifat Allah sama sekali. maka dengan Tanpa penjelasan eksplisit dari manusia yang paling fasih yang pernah hidup [Rasul],maka klaim mereka ini tetap hanya sebuah tebakan. Jika Nabi atau rowi ingin memberi tahukan hal itu sebagaimana yang mereka fahami,maka Nabi dan rowi lebih dari mampu untuk melakukannya tanpa harus melibatkan gerakan tangan. Bahkan Abu Hurairah, yang mempraktekan halk itu, bahkan tidak berusaha utk menjelaskan apa maksudnya. Mungkin ada beberapa rahasia khusus dengan gerakan tsbt. Satu hal yang pasti: semua itu tidak dimaksudkan untuk menegaskan organ atau jisim bagi Allah, tidak seperti femahaman konyol yang ada dalam pikiran mereka, karena kita sudah tahu dari Al-Qur'an bahwa Allah tidak menyerupai makhluk-Nya, jadi bagaimana mungkin perkataan Nabi di arti kan" telinga Allah seperti telinga ini, "atau" dia memiliki telinga "atau sejenisnya dengan menunjuk-Nya??? Meskipun Wahabi berfikirkan Allah sebagai jisim/tubuh, mereka masih mengatakan tentang sifat Allah itu: "kami tidak tahu bagaimananya." Jadi ini kontradiksi/bertentangan akut............!!
DiNuqilkan Oleh : Bagus Rangin ~ Kertajati-Majalengka

+ komentar + 4 komentar
kiranya sampai kapanpun masalah khilafiyah takkan pernah sama, tasamuhlah jalan terbaik
pernah saya baca dalam kitab fikih, imam Syafi'i berkata: idza shohhal hadits fahuwa madzhaby
BETUL..... sekiranya semua orang berfikir seperti anda,maka kami tdk akan repot2 membuat penjelasan2
mantab...
Posting Komentar
Jangan lupa Tulis Saran atau Komentar Anda