![]() |
Hadhratusy Syaikh Kiyai Haji Hasyim Asy `ari |
بسم الله ، وصلاة وسلام علي سيدنا رسول الله ، وآله وصحبه ومن والاه..
وبعد ،،
Ini adalah diskusi yang sering terjadi antara ana dan kaum hasywiyah,ana catatkan untuk antum semua,mudah mudahan bisa di perlengkap oleh guru2 ana yang lebih berilmu daripada ana, mudah2an jadi bahan renungan kita semua supaya bisa keluar dari kedangkalan dan kecelakaan menuju kecerdasan dan bagusnya berhujjah, dan ana sudah mendapat kejelasan atas aqidah hasywi mereka,dan di sini saya tdk menyebutkan nama orangnya tapi cukup kita sebut diskusi antara sunni dan hasywi:
Pertama:
Sunni: apakah kalian menisbatkan kejisiman/fisik terhadap Allah SWT??
Hasywi: oww tdk sama sekali...!!
Sunni: apakah masuk akal "Allah yang berdiri dgn sendirinya itu bukan jisim atau menempat pada jisim?? Dan jika anda bertanya hal ini pada kaum mujasim, maka mereka akan berkata:itu sama dengan al adam:tdk ada.
Hasywi:NAAM...kami percaya Allah yang berdiri sendiri bukan jisim dan tdk menempat pada jisim,karena Allah taala laesa kamislihi syaeun....
Sunni: kami sependapat dengan anda dalam hal ini,dan berbeda dgn mujasim yang berkata bahwa jika Allah tdk jisim dan tdk menempat pada jisim maka itu tdk ada,tetapi aku bertanya pada kalian wahai hasywi" dari mana ucapan anda tersebut,dan kalian menafikan perkataan mujasim???
Hasywi: karena sungguh tdk datang dari alkitab dan as sunnah dan juga tdk ada ucapan salaf yang mengatakan bahwa Allah adalah jisim..
Sunni:ana sepakat dengan anda dalam hal ini",namun telah datang dalam alquran dan as sunnah juga dari ucapan salaf yang memberi prasangka dgn makna dhahirnya ,ketika kita melihat ktb2 qamus dan lugat,kita akan menemukan lafad2 yang makna dhahirnya adalah jisiim dan anggota badan/organ,dan dgn makna dhakhir itu kaum mujasimah telah mendasarkan madhabnya dalam aqidah,apa pendapat anda?? .
Hasywi: Kami tdk percaya bahwa dhohirnya itu memberi prasangka jisim,malah dhohirnya itu menunjukan dgn sifat yang layak bagiNya secara haqiqat bukan dgn makna mazaz,oleh sebab itu kami menetapkan hakikat dan dhohirnya kemudian menyerahkan kaifiyahnya pada Allah...yakni allah yang tau kaifiyatnya.
Sunni:wahai saudaraku hasywi" kalau anda maksud dengan haqiqat yaitu sebaliknya dari majaz,maka ana tanya,makna hakikat mana yang kalian maksud? apakah hakikat secara syara atau hakikat uruf:adat,atau hakikat lugowi: secara bahasa??
kalau yang kalian maksd adalah hakikat secara syara,maka aku bertanya pada anda:hakikat secara syara itu tawaquf terhadap penjelasan dari yang menurunkan syariat,dan darimana penjelasan ini kalian ketahui shgg kalian menetapkannya secara syara?? Contoh misal shalat secara bahasa adalah ad dua,dan secara hakikat syara adalah ibadah yang husus,seandainya tdk ada penjelasan dari yang menurunkan syariat,maka yang ada cuma tex ;aqimus sholah:dirikanlah shalat,dan kita tdk tau bahwa shalat adalah ibadah yang tertentu, oleh sebab itu maka hakikat secara syara yang mana yang kalian tetapkan dalam text sifat tsbt???
Jika kalian menjawab: bukan hakikat secara syara,tetapi hakikat uruf:adat,maka adat mana yang kalian pakai,dan darimanakah menetapkan hakikat urf dan istilahnya dalam kitab ahli ilmu?? terus apa makna hakikat urf misal dari kata yad??
Dan jika akal kalian berfikir dan kalian berkata: maksudku adalah hakikat secara bahasa",maka ana bertanya pada kalian "kalau itu yang di pakai, lalu kita lihat makna hakikat secara lugowi dalam dalam kitab2 ahli lugot,maka kita akan menemuan bahwa makna hakikat lugowi lafad tex sifat menurut ahli lisan adalah organ/anggota tubuh dan ADAPUN makna selain makna organ itu adalah makna secara majaz....Nah apakah kalian menerima di sebut mujassim atau kalian mau menjelaskan apa maksud dari ungkapan hakikat dan dhohir tsbt???
Hasywi:dhohir dan hakikat menurut kami adalah bahwa setiap yang di nisbatkan kepadaNya dari lafad2 sifat itu,maka itu sesuai dgn aapa yang layak bagiNya,contoh manusia punya tangan yang layak utknya sebagai manusia yakni organ,dan Allah pun punya tangan yang layak utkNya,menetapkan hakikatnya dan kami tdk tau kaifiyatnya,bgtu juga sifat2 yang lain misal wajah,betis,jari,dan kaki,
Sunni: hakikat adalah hukum,dan hukum dari sesuatu adalah buah dari femikiran dan pengetahuan, dan jika anda tau hakikatnya,maka kasih tau padaku bagaimana hakikatnya dan apa makna hakikat dalam bahasa arab dari yad jika bukan organ/anggota badan??
Maka di sini kita akan menemukan kaum hasywiyah berbeda dalam jawabannya,ada yang mentakwil dgn mengatakan bukan organ,ada yang menetapkan itu adalah organ tangan/jisim,dan sebagian makin terjerumus pada kegelapan hasywiyah dan tdk faham apa yang di katakannya,dan ada juga jawaban yang bikin tertawa...
kedua
Sunni: wahai hasywi,kenapa kalian ketika kami berkata bahwa Allah tdk di luar alam dan di dalam alam,juga tdk menempat, kalian berkata: itu sifat sesuatu yang tdk ada [ma'dum],takutlah kalin pada Allah..."
Hasywi: karena telah datang nas bahwa Allah ada di langit,di aras hamba2Nya,dan sesuatu yang tdk di aras ,tdk di bawah,tdk di kanan dan di kiri,tdk di depan dan belakan,tdk diluar alam dan tdk di dalam alam,itu tdk ada kecuali emang hal yang tdk ada,,!!
Sunni: pertama:nas2 ini membutuhkan femikiran bagi orang yang memiliki pandangan yang soheh shhgg bs memahaminya,karena itu nas mutasabihat,yaNg mana tdklah mengikutinya kecuali orang yang dalam hatinya ada penyakit,dan dalam aqalnya cuma hasywi;fisik,shhgg tdk mengembalikan pada ayat-ayat yang muhkam secara hakikat,dan tdk dgn makna dhohir yang menghawatirkan..
ke dua:wahai saudaraku kaum hasywi" apakah kalian tdk menafikan bahwa allah itu jisim??sedangkan kaum mujasimah berkata bahwa tdk masuk aqal ada sesuatu yang wujud yang ada dgn sendirinya kecuali itu adalah jisim,dan kalian melarang dgn jelas atas hal yang wujud dgn sendirinya sebagai jisim karena allah laesa kamitslihi, kemudian kenapa kalian menyerupai kebodohan kaum haswiyah yang berkata bahwa hal yang tdk di atas dan tdk di dalam dan diluar alam sama dengan sesuatu itu tdk ada??? dan kami telah menyatakan bahwa allah tdk di tempat,karena tempat adalah mahluk,dan allah ada tanpa tempat,zaman dan allah tdk berubah,dia ada sebaimana sebelum ada tempat,dan ia tdk menyerupai ciptaannya,dan ia maha cukup dari segala sesuatu,dan setiap yang menempat maka ia membutuhkan akan tempatnya,dan menempat pada mahluk;ciptaan sebagaimana perkataan kaum nasrani,kenapa kalian tdk memberjalankan nas sebagaimana salaf dgn membiarkan tenang dengan tdk cenderung pada makna hasywi;organ karena ktdk fahaman dan dan tdk ada perangkat utk memahami,shgg kalian sampai pada femahaman salaf yang soheh......,Setelah kalian menganggap bahwa adanya sesuatu yang tdk menempat,dan tdk di dalam dan diluar alam sama dengan tdk ada,padahal itu adalah SIFAT jisim,kenapa kalian tdk suka di sebut mujassim?? .
ke tiga:
Hasywiyah: KAMI dalam menisbatkan makna SIFAT terhadap Allah :selalu di ikuti kata:'ala ma yaliqu bijalalillah: yg layak dgn keagunganNya.
Sunni: lafad2 dalam lisan arab faseh,terkadang menunjukan makna hakikat DAN JUGA majaz, yg di ketahui atau pun yang yang tdk di ketahui [gaib] oleh para pendengarnya. Adapun ungkapan :ala ma yàlìqù bìhì (yg layak utkNya), maka itu bukan PENGERTIAN scra lugot/bAhasa,tetapi itu mengandung makna secara aqidah. Oleh sbb itu,maka ana bertanya: ''apa yg di tetapkan oleh kalian kepada Allah dan yang layak utkNya itu'' ???
Hasywi: yg di tetapkan adalah makna lafad secara hakikat.....!!
sunni: dengan PENETAPAN ITU, gugurlah pernyataan anda, karena anda berbicara hakikat dgn sesuatu hal yg gaib dan tdk anda ketahui, dan anda bilang hakikat tp sekaligus menapikan hakikat dgn menyatakan ''yg layak utkNya'', karena makna hakikat itu hanya layak utk mahluq dan aib/tdk layak utk sang pencipta,contoh yad,makna hakikat adalah tangan yakni organ yang ada siku sendi dan jari...jika anda bilang dengan tangan yang layak utknya,artinya bukan organ yang tediri dari siku,sendi dan jari2 dgn ukuran dan bentuk tertentu,maka anda tdk memakai dgn makna hakikat
Hasywi: oke kami menetapkan dgn yg makna majaz,tp tdk seperti yang anda maknai..
Sunni: ana teliti dulu,kalau lafad tsbt mengandung beberapa makna secara lugot, dan ada qorinah dalam rangkaian kalimat2nya yg meng'isaratkan pada makna tsbt dan juga tdk bermakna jisim, maka makna yang anda pakai itu masuk dalam madhab ta'wil yg soheh.
Jadi istilah : ala ma yaliqu bihi (dgn sesuatu yg layak bagiNya) itu tdk cukup hanya dalam pernyataan saja, TETAPI HARUS betul2 DGN menetapkan makna yg layak dgn keagungan Allah SWT.....!!
DiNuqilkan Oleh : Bagus Rangin ~ Kertajati-Majalengka

+ komentar + 2 komentar
asmkm, dirimu menetapkan syara' spt shalat bahawa ia perlu ditetapkan kaifiatnya(bgmn ia) bersamaan dgn khabar tentang sifat2 Allah. Kalau benar dirimu ahli sunnah wal jama'ah maka kewajibanmu hanyalah mengakui 'makna' yg dikandung dlm al-quran atau dlm kumpulan hadits2 shahih. Kamu mesti mengimaninya. Jika ia mutasyabihat dr segi penjelasannya atau bgmn ia, maka kamu perlu berhenti (tapi tetap beriman dgn maknanya-bukan memberi makna yg sesuai dgn akal logikmu sendiri- krn ini sifat Allah, tiada yg dpt mencapainya kecuali melalui khabar- setelah beriman maka serahkan pd Allah maksudnya, bukannya tidak percaya atau menafi secara tdk sedar lalu kononnya menyerahkan kpd Allah). Kamu melabel org dgn mujasimmah atau hasywiyah. Kamu ingin jawapan yg lebih dr apa yg mereka mampu berikan wp umur mereka dipanjangkan 100 ribu tahun utk mengkaji ilmu ini.La ya'lamu ta'wilahu illa Allah. Adakah kau sudah lupa? tidak memahaminya? atau kau sudah lama meninggalkannya? Kemudian perkataan2 yg dirimu nisbatkan terhadap imam Abu Hanifah dan imam Syafi'i , terang bagiku bhw ia sgt berbeza, bertentangan atau kurang berbanding dlm kitab2 masyhur, misalnya al-umm atau ar-risalah atau al-uluw oleh adz-dzahabi yg meriwayatkan begitu byk perkataan tabi'in/ tabi'ut/para ulama yg sgt bertentangan dr berita yg kau kutip. Lalu ada byk kitab. Lalu kami hadapkan kitab2 ini setiap kali, hingga golonganmu mulutnya tertutup, lalu ia tuduh begini: "kitab2 ini dipalsukan wahabi" atau "sanad ini lemah/ palsu"...wp sanad yg shahih ada banyak , lalu kamu menolaknya? Inna rabbaka huwa yafshilu bainahum fima kanu fihi yakhtalifun. Kau kajilah dan diriku juga mengkaji dan jgn berhenti dgn perkataan "golonganku sudah benar", semoga ada kesepakatan bg kita dlm hal kebenaran dan tiap2 diri dr kita telah mencapai ilmu yg kukuh dlm perkara ini sebelum kita menyebarkan dan mewar-warkan. "kau berkata kau di suatu lembah(tertentu),(padahal kau tidak sedar), bahkan kau berada di lembah lain.
WA ALAIK.........kami memberjalankan lafadnya dgn menyerahkan makna pada allah,itu konsep salaf,maka jika anda memaknai hakikat tanpa majaz,maka hakikat scra lugowi,syar'i atau urfi yang anda kaksud??????/ btl dalam lafad ada makna.....maka apa sama makna utk allah dan mahluk???? jika beda,lalu makna hakikat mana yang di pakai?????
Posting Komentar
Jangan lupa Tulis Saran atau Komentar Anda