Wahabi : Allah memang di atas Arsy-Nya dan terpisah dari ciptaan-Nya, semua bukti menunjukan atas poin ini. Kami tidak mengatakan Allah adalah jisim atau apa pun-kita hanya menegaskan apa yang dikatakan Allah dan Rasul-Nya (sallallahu aleyhi wasallam).
Komentar: Jika yang Anda maksud dengan "di atas Arsy" dalam arti kebesaran status atau sejenisnya, maka ini adalah benar, dan semua muslim mesti percaya hal itu. Ini adalah arti yang paling indah yang bisa mengerti dari pernyataan ini, dan itu bagaimana yang harus dipahami, karena Allah memiliki asma yang paling indah.
Namun, tidak benar menyatakan bahwa bukti menunjukkan Allah berada di atas Arsy dalam arti lokasi dan arah, karena Allah mengatakan kepada kita bahwa Dia tidak menyerupai apa pun, dan karena di atas dgn arti lokasi dan arah bukanlah arti yang paling indah dari lafad itu,dan jika di katakan di atas,maka pasti ada sesuatu di bawahnya,maka tidak benar di katakan di atas tapi terpisah dgn ciptaanNya,atau mgkn ada maksud lain dari kata terpisah?? dan jika terpisah,maka apakah ada jarak,apakah jarak terbatas atau tdk terbatas,dan itu berarti ada ruang lagi utk Allah,terus apakah ruang itu qodim: tanpa permulaan [tdk di cipta], atau ada permulaan? ,jika tdk ada permulaan berarti ada selain Allah yang qodim,dan jika ada permulaan [di cipta],maka artinya tdk terpisah dgn ciptaan...!
Jika Allah berada di suatu tempat, maka Dia akan memiliki batas berdekatan dengan Tempat [Arsy], dan dgn batas ini akan menjadi adanya bentuk tertentu,dan Seperti setiap bentuk itu perlu ditetapkan dan di adakan, yaitu diciptakan oleh pencipta, sama seperti semua bentuk lainnya, maka dgn Allah berada di suatu tempat berarti bahwa Allah akan membutuhkan pencipta, dan berarti Dia seperti ciptaan. Itulah mengapa salaf mengatakan bahwa sifat Allah itu bila kaif: tanpa bagaimana, yaitu, tanpa bentuk. Ini sebenarnya sangat jelas. Lihat juga link ini Wahabi :Imam Malik mengatakan sifat Allah memiliki kaifiyat/bagaimana
Adapun perkataan Anda, "Kami tidak menyatakan Allah jisim/fisik atau apapun ...." ini melenceng ....!! Ini bukan masalah kata-kata yang Anda gunakan,tetapi maknanya...Jika Anda mengatakan bahwa Allah itu di tempat / lokasi di atas Arsy, kemudian Anda katakan bahwa Dia bukanlah jisim/tubuh, maka ini tidak benar,karena berada di lokasi memerlukan batas untuk hal di tempat itu,karena sesuatu yang di lokasi, baik di semua lokasi, atau di beberapa lokasi,itu dibatasi oleh perbatasan dan memiliki ukuran dan bentuk yang membatasi untuk lokasi itu,dan itu melazimkan kemestian jisim/fisik, Itulah sebabnya tidak masuk akal untuk mengatakan "Allah ada di tempat, tapi bukan jisim". Kami tidak peduli tentang kata "bukan jisim/tubuh, sebalikmya kita peduli maknanya,Atau mgkn menurut anda ada dalam cara lain??, kita peduli tentang kata jisim karena maknanya.
Tanya-jawab:
Wahabi mengatakan: mengapa Anda tdk mengikuti konsep albaqilani,dan abu hasan as'ari dan ulama awal generasi as'ariyah yang percaya Allah berada di atas arsy,dan anda tdk mengatakan mereka sebagai Wahabi?
Telah dinyatakan oleh lebih dari satu orang ulama tentang hadits tersebut, bahwa tidak ada tashbeeh (kemiripan) dalam sifat Allah, dan Tuhan kita - Yang Terpuji dan Maha Tinggi - turun ke langit terendah pada setiap malam. para muhaddis mengatakan: "menetapkan riwayat-riwayat ini, dan iman dgnnya dan tidak menafikannya, atau bertanya bagaimananya." ini telah meriwayatkan dari Malik bin Anas, Sufyan ath-Thawri, Ibnu Uyainah dan Abdullah bin al -Mubarak, yang semua berkata tentang hadits tersebut: "berjalankan sebagaimana adanya, tanpa bertanya bagaimana." Demikianlah perkataan ulama Ahl us-Sunnah wal-Jama'ah, Namun, Jahmiyyah menentang riwayat-riwayat ini dan mengatakan: Ini adalah tasybeeh! Namun, Allah Yang Mahatinggi, telah menyatakan dalam berbagai tempat dalam Kitab-Nya tentang sifat al-Yad (tangan), as-Sama '(Mendengar), dan al-Basr (melihat) - tetapi Jahmiyyah membuat Takwil dari ayaat ini, dan mereka menjelaskan dengan cara selain yang tdk di lakukan ulama ahlussunnah,Mereka mengatakan tentang hadis : Sesungguhnya Allah menciptakan Aadam dengan Tangan-Nya sendiri - mereka mengatakan Tangan itu dgn arti Kekuatan Allah. [Sunan Imam Trimdhi - Vol 1, hal 128-129], mengapa Anda tdk memberi label wahabi mujasim kepada Imam Tirmidzi ?
Jawaban: Apakah Anda tidak membaca artikel di atas? Anda tidak tahu tentang maksud dari perkataan ulama Asariyyah. Imam Asariyy tidak menafikan lafadz2 tsbt,yang menafikan lafad2 itu adalah kaum Mutazilah bukan Asħariyyah, Asariyyah menerima dan mengimani lafad2 tsbt dgn konsensus, tetapi mereka semua sefakat bahwa artinya bukan fisik, Dengan kata lain artinya adalah tanpa bagaimana [modalitas] baca di link ini: Imam Asy'ari menetapkan sifat khobariyah seperti sifat ma'ani. Jadi "yad" tidak berarti "tangan" berupa alat, bagian atau anggota badan, tidak seperti yang Anda klaim, dan makna "nuzuul" tidak berarti berpindah dari satu tempat ke tempat lain, karena itu adalah jisim/fisik dan apapun jisim itu perlu pencipta untuk menentukan hal ukuran, bentuk, gerakan, diam, perubahan, dan waktu. Di samping itu beberapa kholaf menentukan interpretasi untuk sebagian dari lafad2 itu, tapi ini hanya ikhtilaf kecil dan ikhtilaf pada masalah inti/dasar,Bahkan sebagian salaf juga membuat interpretasi terhadap lafad2 tsbt,dan sebagian lagi menghindarinya karena takut untuk menyatakan sifat Allah dng sesuatu tidak Dia maksudkan , sementara ulama lain memberikan intrepetasi itu karena merasa terdorong untuk menangani musuh yang mencoba menyebarkan gagasan makna atau femahaman dari lafad2 itu bahwa Allah adalah bentuk jisim seperti kalian. Anda bukan termasuk Sunni, dan At-Tirmidhiyy bukan termasuk salah satu dari faham Anda.
Asariyyah juga tidak mengatakan bahwa "Allah tidak di atas arsy," mereka mengatakan bahwa Dia di atas semua ciptaan, termasuk Arsy, tetapi tidak dalam arti tempat atau ciptaan.Dengan kata lain, Allah di atas semua ciptaan dalam arti status bukan berarti berada di tempat atau arah Inilah maksud dari perkataan Imam Asariyyah , dan bukan seperti yang Anda klaim, Masalahnya Anda tidak mengerti apa yang mereka maksudkan ketika mengatakan lafad2 tsbt "tanpa bagaimana," tanpa batas dan tempat dan seterusnya. Hal ini karena Anda memiliki kebiasaan menerima keyakinan yamg kontradiktif [bertentangan]
Wahabi mengatakan: Anda asariyah seperti jahmiyah menjelaskan makna yang jauh dari narasi, memaknai Allah berada di atas arasy itu dgn di atas statusnya tidak dalam arah atau tempat, Anda membuat Taweel dari ayat allah di arsy seperti jahmiyah, Anda juga mengintrepetasikan lafad yad dari allah sebagai kekuasaannya seperti jahmiyah tidak seperti yang ditunjukkan oleh Imam Tirmidzi .. karena saya dengan jelas melihat hal itu, Mereka mengatakan: Sesungguhnya Allah menciptakan Aadam dengan Tangan-Nya sendiri - mereka mengatakan Tangan itu berarti Kekuatan Allah,lihat [ Sunan Imam Trimdhi - Vol 1, hal 128-129]
jawaban: Sebenarnya as'ariyah hanya menafikan bahwa makna "yadayy" ada hubungannya dengan anggota tubuh atau organ/bagian, atau makna jisim dan berhenti di situ, dan sebagianya yang lain memberikan interpretasi dgn kekuasaan,dan itu pun tdk qot'i,dan hal itu di lakukan dgn alasan tuk menghindari femahaman awam ats text mtuasabihat karena interpretasi selain itu dianggap sangat lemah.
Apa yang Anda sebut menjelaskan tentang lafad, itu hanyalah sebuah penafsiran non-harfiah dari teks Alkitab. Ini adalah sesuatu yang di lakukan oleh semua orang, bahkan oleh anda sendiri, Ini adalah tentang mana yang di ambil makna secara harfiah dan mana yang tidak. Ulama Sunni menyatakan bahwa tulisan suci secara dohirnya ada yang memberi arti bahwa Allah adalah jisim, atau karakteristik jisim, maka text seperti ini tidak dapat dipahami secara harfiah.Dengan kata lain, mereka memberjalankan dengan arti mutlak dari ayat:" tidak ada sesuatu yang menyerupai-Nya. Para anthropomorphists, di sisi lain menilai teks2 mutasabehat dgn makna jisim bahwa Allah adalah fisik di atas arsy, dan menafsirkan setiap ayat2 yang seperti itu dgn femahaman jisim, sedangkan ayat2 tsbt bertentangan dgn ayat "tidak ada sesuatu yang menyerupai-Nya." , dan tidak bisa keduanya di berjalankan secara mutlak dan harfiah.
Dengan demikian, anthropomorphists banyak yang percaya Allah adalah sesuatu yang secara fisik terletak di atas arsy, tetapi anehnya mereka tdk memahami secara literal dari teks-teks tertentu, seperti dalam nas berikut: "Dia adalah cahaya langit dan bumi" (An-Nuur, 35), dan, " Kami lebih dekat kepadanya daripada urat leher "(Qaaf, 16), dan," DIa bersama kalian di manapun kalian berada "(Al-Ĥadiid 57:4), dan," ke mana saja kalian menghadap, maka di sana ada wajah Allah " (Al-Baqarah, 115), dan hadis:"Ketika Aku mencintainya, maka Akulah pendengaran yang ia pakai utk mendengar, mata yang dengannya dia melihat, tangan yang dengannya dia menggenggam, dan kaki yang dgnnya ia berjalan. "(Al-Bukħaariyy # 6502)," Mereka tidak menerima text-text ini dgn pemahaman literal, dan mentakwil semua text itu dgn makna kiasan, karena text-tex itu tidak sesuai dengan keyakinan pagan mereka atas keberadaan Allah yang menempat di atas arsy, karena pemahaman makna literal dari text-text itu memberikan ide bahwa Allah bukan di atas Arasy. namun banyak dari mereka juga percaya bahwa fisik tuhan mereka secara harfiah mengelilingi dunia, Dengan demikian, mereka percaya bahwa ke mana pun arah kita menghadap, maka tepat pada wajah Allah. Keyakinan mereka itu karena pencipta memiliki batas yang berbatasan dengan permukaan luar dunia dari semua sisi. Itulah sebabnya yang membuat byk kontradiktisi,sebagian mereka juga ada yang menerima secara harfiah ayat:"ke mana saja kalian menghadap,disana ada wajah Allah."
ulama Sunni sama seperti sebagian anthropomorpists, yaitu menafsirkan dgn kiasan, tetapi karena Allah tidak seperti makhluk-Nya, sehingga Dia bukan jisim,oleh Karena itu,Allah tidak menempat sama sekali, tedak di tempat tertentu dan tidak di setiap tempat, karena tempat hanya untuk jisim/tubuh dan bagian-bagiannya, Oleh karena itu mereka menafsirkan "Dia adalah cahaya langit bumi" dgn "Pencipta cahaya", "lebih dekat padainya daripada urat leher " dgn pengetahuanNya" "Allah bersama kalian di manapun kalian berada" dgn "pengetahuan;" "dan pernyataan" Akulah pendengaran yang dengannya ia mendengar, dll " dgn makna bahwa orang itu akan bertindak dengan pertolongan Allah atau sejenisnya.
Kemudian ada teks-teks wahyu yang pemahaman harfiahnya ditolak oleh kaum Sunni, karena lafad2 itu mengindikasikan jisim atau tempat. Misalnya lafad2 yang datang dgn menunjukkan di atas, relokasi tempat, perubahan, atau organ. Contohnya lafad "yad", yang harfiahnya adalah "tangan," atau "qadam:kaki," lafad2 ini Biasanya tdk di fahami kiasan oleh kaum anthropomorphists, karena semua lafad2 itu tidak bertentangan dengan keberadaan tuhan mereka yang terletak di atas arsy, karena keyakinan mereka bahwa Allah adalah jisim yang bergerak ke langit terendah di sepertiga terakhir malam dgn sebenar-benarnya.
Pendekatan ulama Sunni ketika sebuah penafsiran non-harfiah tertentu tidak jelas, adalah dgn memilih penafsiran tertentu yang kemungkinan besar makna itu dimaksudkan, dan mereka tdk mengqot'i kan makna tsbt,itu di lakukan hanya sekadar utk menolak penafsiran literal, Hal ini tlah di lakukan oleh salaf dgn bervariasi antara satu ulama dgn ulama yang lain dan antara satu teks kitab suci dgn text yang lain,baca kink ini Ta'teel,Takwil dan Tafwid. Ketika Sunni menafsirkan teks-teks seperti dgn makna kiasan, para Wahabi menyebutnya interpretasi ta'wiil , sedangkan mereka sendri melakukan interpretasi sebagaimana tlh di sebutkan, Mereka tidak menyukai adanya itrepetasi pada lafad misal yad,qodam dst, karena makna harfiah kafad2 itu tidak bertentangan dengan keyakinan mereka tentang tuhan yang mumiliki lokasi fisik di atas arsy.
Maka bagaimanapun, jelaslah bahwa pendekatan Sunni adalah satu-satunya yang masuk akal. Hal ini karena anthropomorphist yang memahami ketinggian secara tempat,mereka tidak mungkin dapat menunjukkan bahwa semesta tdk membutuhkan pencipta yang tidak diciptakan,karena Allah ada di suatu tempat itu akan memerlukan pencipta, dan ini bertentangan dengan ayat Al-Qur'an:
ليس كمثله شيء وهو السميع البصير
Artinya: " tidak ada yang menyerupai Dia, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (Ash-Sħuuraa, 11). Jelas dgn ayat ini bahwa Allah tidak memiliki sifat yang memerlukan spesifikasi dan dibawa menjadi ada [di adakan],seperti ukuran dan bentuk. Ini tidak seperti anthropomorphists yang percaya bahwa Allah berbeda dengan ciptaan dengan cara seperti bedanya ciptaan satu dgn yang lainnya, yaitu beda cuma dalam ukuran dan bentuk dan hal-hal yang ada dalam sesuatu yang memiliki ukuran dan bentuk.
Cara mudah untuk menjelaskannya adalah sebagai berikut: setiap kali kita melihat sesuatu terdiri dari bagian-bagian, atau dengan ukuran, kita mengatakan: ". Seseorang telah meletakkannya di sana seperti itu" Sebagai contoh, ketika Anda melihat mobil, Anda tahu bahwa mobil ini memiliki awal; seseorang meletakkannya di mana sekarang. Secara sederhana Jika ini benar untuk mobil , lalu bagaimana dengan seluruh alam semesta? sama saja..! Jika seseorang menerima argumen ini, maka ia juga harus menerima bahwa Tuhan bebas dari atribut yang membuat seseorang berkata: "seseorang telah menempatkan di sana dgn bentuk seperti itu." Ini adalah atribut ciptaan seperti memiliki berat, volume, panjang, lebar, bentuk, batas , komposisi, gerakan , jarak dan arah fisik. Dengan kata lain, Anda harus menerima bahwa Allah tidak menyerupai makhluk-Nya dgn sifat2 sbgmn telah di sebutkan, Inilah maksud dari perkataan Muslim ketika mereka mengatakan:" tidak ada yang menyerupai Dia [Allah].
Kepercayaan anthromorphist bahwa Allah berada di atas arsy itu tidak mungkin bisa di kompromikan dengan pernyataan yang eksplisit dari Nabi Muhammad yang paling fasih,sebagaimana riwayat Muslim dan Al-Bayhaqiyy:
اللهم أنت الأول فليس قبلك شيء وأنت الآخر فليس بعدك شيء وأنت الظاهر فليس فوقك شيء وأنت الباطن فليس دونك شيء
"Ya Allah, Engkau adalah Al Awwal, maka tidak ada apa pun sebelum engkau, dan engkau adalah Al Akhir dan tdk ada tidak ada pun setelah engkau. dan engkau adalah Al-dħaahir,maka tidak ada apapun di atas engkau.Dan engkau adalah Al-Baaţin, dan tidak ada apapun di bawah engkau "
Jika tidak ada yang di atas-Nya dan tidak ada yang di bawah-Nya, maka ia bukan jisim/tubuh atau berada di arah, dan Dia tidak memiliki spesifikasi fisik.
Wahabi mengatakan: tidak perlu menggali istilah seperti ukuran, bentuk, arah tempat, yang diwarisi dari filsafat yunani, karena tesis kata-kata itu tidak diketahui oleh Nabi dan sahabat nya
jawaban: Para shahabat tidak tahu tentang ukuran, tempat bentuk, dan arah?? Anda memiliki pandangan yang sangat rendah pada mereka,masa mereka lbh bodoh dari para filsuf kafir,mereka tau semua itu,tapi tdk membahasnya karena waktu itu blm ada kebutuhan utk menjelaskan hal itu,toh mereka memahami bahasa arab fasih dgn segala asfeknya dan mereka dah memahami karena dekatnya masa mereka dgn kenabian.
wahabi mengatakan: Anda mengatakan, asariyah memahami allah berada di atas arsy tanpa bagaimana tanpa batas dan tempat, kami juga mengerti bahwa tidak ada yang di atas arsy selain Allah
Jawaban: mereka mengerti bahwa tanpa bagaimana atau tempat" ,di atas" di sini bukan dalam arti lokasi atau berada di arah. Al-Baaqillaaniyy mengatakan dalam Al-Insaaf: "والله تعالى لا يوصف بالجهات, ولا أنه في جهة" "Allah tidak dikaitkan dengan arah [atas, bawah, kiri, kanan, depan, atau belakang), dan Dia tidak berada di arah. "
Pernyataan Anda "tidak berada di atas Arsy kecuali Allah," menunjukkan bahwa pikiran anda memahami Allah berada di sana, mengisi suatu ruang di sana. Ini adalah kepercayaan dari Karraamiyah dan Hashawiyyah, bukan keyakinan Sunni atau Muslim . Anda menggabungkan kepercayaan ini [Allah di atas arasy] dengan menyatakan "bebas dari tempat, ruang dan sebagainya," ,ini pernyataan yang kontradiksi..!
Wahabi mengatakan: di atas arsy bebas dari setiap atribut ciptaan dapat masuk akal anda ketika Anda membuang femikiran dangkal dari otak Anda. pertanyaan saya untuk you adalah di mana tempat allah? apa di atas arsy? silahkan jawab jika Anda memiliki kecerdasan
Jawaban: hehe anda menyuruh ana jadi orang gila tanpa otak dan akal. Allah tidak memiliki pencipta, sehingga Dia bukanlah sesuatu yang memerlukan pencipta untuk menentukan kuantitas dan bentukNya, Oleh karena itu Dia bukan jisim/tubuh,maka Dia tidak menempat. Jadi Dia sekarang seperti Dia sebelum ada arsy, yaitu tanpa tempat.
DiNuqilkan Oleh : Bagus Rangin ~ Kertajati-Majalengka
Agan sedang membaca artikel tentang: Wahabi: Allah berada di atas Arsy, tetapi Dia bukan jisim/fisik. Silakan agan copy dan paste atau sebarluaskan artikel ini jika dinilai bermanfaat,Ane juga menyediakan buku terjemahan kitab yang membantah wahabi: 1. buku "bid'ah mahmudah dan bid'ah idhafiyah antara pendapat yang membolehkan dan yang melarang" terjemah dari kitab: albid'atul mahmudah wal bid'atul idhafiyah bainal mujiziina wal maniin" karya Syaikh abdul fattah Qudais Al Yafi"i, 2.Terjemah kitab ‘At Tabaruk Bi As Sholihin Baina Al Muzijiin wa Al Maani’in: Mencari Keberkahan Kaum Sholihin Antara Pendapat yang Membolehkan dan yang Melarang, hub admin: hp/WA 0857-5966-1085.syukron :
+ komentar + 8 komentar
“Rasullullah bertanya kepada budak perempuan itu, “Dimanakah Alloh?” Jawab Budak perempuan, “Di atas Langit” Beliau betanya lagi, “Siapakah Aku?” Jawab budak itu, “Engkau adl Rosulullah.” Beliau bersabda, “Merdekakanlah dia! Karena sesungguhnya DIA SEORANG MU’MINAH (Perempuan Beriman).” (Hadits Shohih dikeluarkan jama’ah ahli hadits : Imam Malik (Tanwirul Hawaalik Syarah Muwaththo juz 3 hal.5-6 oleh Imam As-Suyuthi), Muslim 2/70-71, Abu Dawud no.930-931, Nasa’I 3/13-14, Ahmad 5/447,448,449, Darimi 1/353-354, Abu Dawud Ath-Thoyaalisiy di musnadnya no.1105, Ibnul Jaarud di Al-Muntaqo no.212, Baihaqy di Sunanul Kubro 2/249-250, Ibnu Khuzaimah di kitab At Tauhid hal.121-122, Ibnu Abi ‘Ashim di kitab As-Sunnah no.489
.
Madzhab Salaf dan yang mengikuti mereka spt : Imam yg 4, Abu Hanifah, Malik, Syafi’iy dan Ahmad bin Hanbal dll Ulama termasuk Imam Abul Hasan Al-Asy’ariy sendiri : MEREKA SEMUANYA BERIMAN BAHWA ALLOH AZZA WA JALLA “ISTIWA” DI ATAS “ARSY-NYA” SESUAI DENGAN KEBESARAN DAN KEAGUNGAN-NYA.
.
Mereka tidak mengta’wil “ISTIWA/ISTAWA” dengan “ISTAWLA” yg artinya : BERKUASA” spt halnya kaum jahmiyyah (yg sesat) dan yg sefaham dg mereka yg berkata “Alloh istiwa di atas Arsy itu maknanya Alloh menguasai Arsy! Bukan Dzat Alloh berada di atas Arsy-Nya karena Alloh berada di mana-mana tempat.” Mereka telah merubah perkataan dari tempatnya dan telah mengganti perkataan yang tidak pernah dikatakan Alloh kepada mereka sama seperti kaum Yahudi. (Baca : QS Al Baqoroh : 58-59)
KATAKAN PADA MEREKA :
Kalau makna Istawa itu Istawla/berkuasa, maka Alloh Azza Wa Jalla berkuasa atas segala sesuatu, bukan hanya menguasai ‘Arsy. Alloh menguasai langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya dan sekalian makhluq (Selain Alloh dinamakan Makhluq).
(Sesungguhnya) Alloh azza wa jalla telah mengabarkan tentang ISTIWA-NYA DI ATAS ARSY-NYA dalam 7 tempat di dalam Kitab-Nya Al Qur’an. Dan semuanya dengan lafadz “ISTIWA”. INI MENJADI DALIL YANG SANGAT BESAR BAHWA YANG DIKEHENDAKI DENGAN “ISTIWA” ADALAH SECARA “HAKIKAT” BUKAN “ISTAWLA” DG JALAN MENGTA’WILNYA.
.
Telah berfirman Alloh dalam MUHKAN TANZIL-Nya :
“Ar Rohman di atas Arsy, Ia Istiwa.” (Thoha : 5)
“Kemudian Ia istiwaa (bersemayam) di atas ‘Arsy.”
Pada 6 tempat Alloh berfirman di kitab-Nya, yaitu : QS AL A’ROF : 54, YUNUS : 3, AR-RA’D : 2, AL FURQON : 59, AS SAJDAH : 4, AL HADID : 4.
Menurut Lughoh/bahasa, apabila “FI’IL (KATA KERJA) ISTIWA” DI MUTA’ADDIKAN OLEH HURUF “’ALA” : TIDAK DAPAT DIFAHAMI KECUALI (BERARTI) BERADA DI ATASNYA.”
Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala yg artinya :
“Dan berhentilah kapal (Nuh) di atas (wastawa-t ‘ala) gunung/bukit judi.” (Hud : 44)
Pada ayat ini : Fi’il istiwa dimuta’addikan oleh huruf ‘ala, yang tidak bisa difahami dan diartikan kecuali kapal Nuh alaihi salam secara hakikat betul-betul berlabuh/berhenti di atas gunung judi. Dapatkan kita artikan bahwa “kapal Nabi Nuh menguasai gunung judi”? yakni mengta’wil “Istiwa” dengan “Istawla” yang berada di tempat lain bukan di atas gunung judi? (yg sama dg ayat di atas baca : QS Az-Zukhruf : 13).
.
Berkata Mujahid (tabiin besar murid Ibnu Abbas) :
“Ia (Alloh) istiwa (bersemayam) di atas Arsy, maknanya Ia berada tinggi di atas Arsy (HR Bukhari Juz 8 hal.175)
.
Imam Ibnu Khuzaimah – imamnya para Imam- di kItab Tauhidnya hal 101 ; “Kami beriman dg kabar dari Alloh Jalla wa ‘Ala sesungguhnya Pencipta kami (Alloh), Ia istiwa di atas Arsy-Nya. Kami tidak akan mengganti/mengubah Kalam (firman) Alloh dan kami tdk akan mengucapkan perkataan yg tidak pernah dikatakan (Alloh) kepada kami sebagaimana (kaum) yg menghilangkan sifat-sifat Alloh, Jahmiyyah telah berkata, “Sesunggunya Ia (alloh) istawla (menguasai) Arsy-Nya tidak Istiwa!” Maka mereka telah mengganti perkataan (Alloh) yg tidak pernah dikatakan (Alloh) kepada mereka spt perbuatan Yahudi tatkala diperintahkan mengucapkan “Hiththatun (ampunkanlah dosa-dosa kami)” menjadi, “Hinthah (gandum). Mereka (kaum Yahudi) telah menyalahi perintah Alloh Yang Maha Bear dan Maha Tinggi, seperti itulah (kaum) Jahmiyyah.”
Yakni :
Alloh Jalla Wa ‘Ala telah menegaskan pada 7 tempat di kitab-Nya yang mulia bahwa Ia (Alloh) istiwa di atas ‘Arsy-Nya (Dzat Alloh istiwa/bersemayam di atas ‘Arsy-Nya yg sesuai dg kebesaran-Nya SEDANGKAN ILMU-NYA BERADA DI MANA-MANA/SETIAP TEMPAT, TIDKA SATUPUN TERSEMBUNYI DARI PENGETAHUAN-NYA). Kemudian dataglah kaum Jahmiyyah mengubah firman Alloh “istiwa” dengan “istawla” yakni menguasai ‘Arsy, sedangkan Dzat Alloh berada di mana-mana/di setiap tempat. Maha Suci Alloh dari apa yang disifatkankaum Jahmiyyah.
.
Adapun Mazhab Salaf (Manhaj & Akidah Salaf) : Mereka beriman dengan menetapkan/istbat (sifat sifat Alloh termasuk istiwa)
Tanpa “Tahrif” (merubah arti/lafadz),
Tanpa “Ta’wil” (Memalingkan arti yg zhahir ke arti lain),
Tanpa “Ta’thil” (Meniadakan /menghilangkan sifat Alloh baik sebagian maupun secara keseluruhan),
Tanpa Tasybih (Menyerupakan Alloh dg makhluq),
dan Tanpa Takyif (Bertanya : Bagaimana (caranya)?)
Alangkah Indahnya jawaban Imam Malik ketika beliau ditanya “Bagaimana caranya Alloh istiwa di atas ‘Arsy?” Maka beliau menjawab
“Istiwa itu bukanlah sesuatu yg tidak dikenal (yakni telah kita maklum artinya) tetapi bagaimana caranya (Alloh istiwa) tidaklah dimengerti/diketahui. Sedangkan iman dengannya (bhw Alloh istiwa) adalah WAJIB, akan tetapi BERTANYA TENTANGNYA (BGMN CARANYA) ADALAH BID’Ah (Fatawa Hamawiyyah Kubro hal 45-46)
.
Perhatikan :
1. Arsy adl makhluq Alloh yg paling tinggi dan berada di atas tujuh langit dan sangat besar sebagaimana diterangkan Ibnu Abbas :
“Dan Arsy tidak seorangpun dapat mengukur betapa besarnya.” (Berkata Imam Adz-Dzahabi dalam Kitab Al Uluw hal.102 : Rowi-rowinya tsiqot. Suailh Albani berkata bahwa sanadnya Shohih, rowi-rowinya semua tsiqot…. Dikeluarkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah di kitab At-Tauhid)
2. Bahwa Alloh Azza Wa Jalla istiwa-Nya di atas Arsy, tidak tergantung kepada Arsy. Bahkan sekalian makhluq termasuk Arsy bergantung kpd Alloh.
QS AL Ankabut : 6 = Sesungguhnya Alloh Maha Kaya dari sekalian alam… Yang artinya Alloh tidak berkeperluan kepada sekalian makhluq.
.
“Apakah kamu merasa aman kepada Dzat Yg di Atas Langit bhw Dia akan menenggelamkanmu ke dalam bumi, maka tiba-tiba ia (bumi itu) bergoncang? Ataukah kamu merasa aman thd Dzat Yg Di Atas Langit bhw Dia akan mengirim kepada kamu angin yg mengandung batu kerikil?….. (QS Al Mulk : 16-17)
.
Berkata Ibnu Khuzaimah setelah membawakan ke-2 ayat tsb di kitabnya At-Tauhid hal 115 :
“Bukankah Dia (Alloh) telah memberitahukan kepada kita “WAHAI ORANG YG BERAKAL, YAITU PENCIPTA LANGIT & BUMI DAN APA-APA YG BERADA DI ANTARA KEDUANYA SESUNGGUHNYA DIA DI ATAS LANGIT”
.
Berkata Imam Abul Hasan Al Asy’ari di kitabnya Al Ibaanah fi Ushulid Diyaanah hal 48 stlh membawakan ayat di atas :
“Di atas langit-langit itu adalah Asry maka tatkala Arsy berada di atas langit-langit, Dia berfirman : Apakah kamu merasa aman thd Dzat yg berada di atas langit? Karena sesungguhnya Dia istiwa (bersemayam) di atas Arsy’ yg berada di atas langit dan setiap yg tinggi itu dinamakan AS-Samaa (langit). Maka ‘Arsy berada di atas langit. BUKANLAH YANG DIMAKSUD APABILA IA (ALLOH) BERFIRMAN : ‘APAKAH KAMU MERASA AMAN TERHADAP DZAT YANG DI ATAS LANGIT? YAKNI SELURUH LANGIT. TETAPI YANG IA (ALLOH) KEHENDAI ADALAH ‘ARSY YANG BERADA DI ATAS LANGIT.”
Ibnu Mas’ud berkata :Arsy itu di atas air dan Alloh Azza wa Jalla di atas Arsy. Ia mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.” (Riwayat shohih oleh Imam Thabroni di kitabnya al-Mu;jam Kabir no.8987, dll imam)
Imam Dzahabi di Al-Uluw hal.103 berkata : Sanadnya Shohih, dan Syaikh Alabani menyetujuinya.
Tentang ‘Arsy Alloh di atas air ada firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala (yg artinya) :
“Dan ‘adalah Arsy-Nya itu di atas air (QS Hud : 7)”.
Imam Abu Hanifah berkata, “Barangsiapa yg mengingkari sesungguhnya Alloh di atas langit mk sesungguhnya dia telah KAFIR.”
Adapun thd orang yang tawaqquf (mendiamkan) dg mengatakan : “Aku tidak tahu apakah Tuhanku di langit atau di bumi.” Berkata Imam Abu Hanifah : “SESUNGGUHNYA DIA TELAH KAFIR, KARENA ALLOH BERFIRMAN : ‘AR-ROHMAN DI ATAS ‘ARSY, IA ISTIWA.” (Yakni Abu Hanifah telah mengkafirkan orang yang mengingkari atau tidka tahu bahwa Alloh istiwa di atas ‘Arsy-Nya.
.
Imam Malik bin Anas berkata (ttg Alloh lebih dekat dari urat nadi) , “Alloh berada di atas langit sedangkan ilmunya di setiap tempat, tidak tersembunyi sesuatu pun dari-Nya.”
.
Imam Syafi’iy berkata : “Dan Sesungguhnya Alloh di atas Arsy-Nya di atas langit-Nya”
.
Imam Ahmad bin Hambal pernah ditanya , “Alloh di atas tujuh langit di atas Arsy-Nya, sedangkan kekuasaan-Nya dan ilmu-Nya berada di setiap tempat?” Jawab beliau : “BENAR! ALLOH DI ATAS ‘ARSY-NYA DAN TIDAK ADA SESUATUPUN TERSEMBUNYI DARI PENGETAHUAN-NYA.”
.
Imam Ali bin Madini (guru Imam Bukhori) pernah ditanya : “APA PERKATAAN AHLU JAMA’AH?” Beliau menjawab : “MEREKA BERIMAN DENGAN RU’YAH (YAKNI MELIHAT ALLOH PADA HARI KIAMAT DAN DI SURGA, KHUSUS BAGI KAUM MUSLIMIN), DAN DENGAN KALAM (YAKNI ALLOH BERKATA-KATA). DAN SESUNGGUHNYA ALLOH AZZA WA JALLA DI ATAS LANGIT DI ATAS ‘ARSY-NYA IA ISTIWAA.”
http://singkirkankepalsuan.blogspot.com/2012/06/apakah-imam-alqurtubi-menyatakan-bahwa.html
jika di maknai bahwa di atas arasy itu bahwa azat allah berada di arsy,maka akan banyak bertentangan dengan ayat dan hadis2 yang dohirnya allah menempat di selain arasy...misal dalam note di atas....
“Asas Aqidah As-Salaf As-Soleh” perlu disimpulkan berdasarkan perkataan-perkataan majoritas ulama’ salaf yang qat’ie ad-dilalah (jelas petunjuk dan maksudnya). Saya sudah menyusun dan memberi pelbagai perkataan para ulama’ salaf yang jelas menafikan konsep “menetapkan makna dzahir” atas nas-nas mutasyabihat. Hanya saja, sebagian pengakuan salafi dewasa ini tidak tahu tentang membedakan antara konsep menetapkan “lafad” mutasyabihat yg dipegang oleh ulama’ salaf dengan menetapkan “makna dhahir” bagi lafazd mutasyabihat yang dipegang oleh Ibn Taimiyyah.
konsep salaf-soleh adalah, menetapkan lafad mutasyabihat lalu tidak mentapkan makna apapun bagi lafad tersebut karana menyerahkan (tafwidh) maknanya kepada Allah s.w.t..
Imam Abu Ubaid berkata secara jelas: “Jika ditanya kepada kami, tentang tafsiran (ayat-ayat mutasyabihat), maka kami tidak menafsirkannya…” (Al-Asma’ wa As-Sifat karangan Imam Al-Baihaqi: 355)
Makna tidak mentafsirkan ayat-ayat mutasyabihat adalah tidak memahaminya dengan makna apa pun.hal Ini karena mrk menyerahkan maknanya kepada Allah s.w.t.. Berbeda dgn Ibn Taimiyyah yg sekadar menyerahkan kaifiyyat (tatacara/bentuk/dll) makna tersebut kepada Allah s.w.t., bukan menyerahkan maknanya kepada Allah s.w.t..
salaf-soleh tidak memahami hadith-hadith mutasyabihat dengan makna dhahir. Mereka hanya menetapkan lafazd mutasyabihat tersebut dgn menyerahkan maknanya kpd Allah s.w.t.. Inilah pendirian mrk.
Al-Khallal meriwayatkan dalam kitab As-Sunnah daripada Imam Ahmad r.a., bahawasanya Imam Ahmad brkata ktika berinteraksi dgn hadith-hadith sifat (mutasyabihat):
“Kami beriman dengannya dan membenarkannya tanpa kaif dan tanpa makna” (rujuk Takallamah Ar-Radd oleh Imam Al-Kauthari m/s60)
Imam Ibn Katsir pun menukilkan perkataan salaf
إمرارها كما جاءت
melewatinya (membacanya tanpa mendalami makna mutasyabihat) sebagaimana datang nya (disebut dalam Al-Qur’an dan Hadith). (Tafsir: 2/221)
Apa makna perkataan salaf “sebagaimana datangnya”?
Maksudnya, tetapkan lafad mutasyabihat sebagaimana adanya,nah Mengapa yadd ditukar dengan tangan? yang disebut di dalam Al-Qur’an itu yadd atau tangan? Yadd itu lebih luas maksudnya daripada tangan kerana membawa kemungkinan ada makna lain bagi yadd selain makna dhahirnya yaitu tangan (makna kejisiman) sebagaimana yang difahami oleh orang-orang mujassimah dan sebagainya. Contohnya istiwa, tak mesti di maksudkan semayam(makna kejisiman). Kalau istiwa di tukar maknanya dengan semayam, maka hilang fungsi “isytiraq makna” dalam ungkapan ‘istiwa tersebut krn penggunaan istiwa dan emayam dalam dua bahasa, adalah beda maknanya, maka fahamilah.
Kalau yang ngaku salafi menetapkan yadd tanpa memaknai dengan makna dhahir yg membawa kepada makna kejisiman, maka tiada seorang pun pun yg akan menolak hal itu. Tapi, justru mrk memahami yadd dgn makna kejisiman lalu menterjemahkannnya ke bahasa2 lain dgn makna dhahirnya yg jisim tersebut seperti tangan, hand dll. Itulah yg salah. secara tidak Langsung itu tidak menetapi konsep “imraruha kama jaa’at…”
http://singkirkankepalsuan.blogspot.com/2011/12/membongkar-dusta-wahabi-terhadap-imam.html
Posting Komentar
Jangan lupa Tulis Saran atau Komentar Anda