News Update :
Home » » Ta'teel,Takwil dan Tafwid

Ta'teel,Takwil dan Tafwid

Penulis : Bagus Rangin on 5 Februari 2012 | 10.28.00

Syaikh Gibril Fouad Haddad
Pertanyaan: Salafi berpendapat bahwa dengan memberikan interpretasi figuratif [takwil] terhadap salah satu sifat Allah itu sama dengan ta'teel [menafikan sifat Allah].Apakah betul saperti itu??  

Jawaban: itu bukan ta'teel, interpretasi figuratif hanyalah sebuah penafsiran yang sesuai dengan aturan qoidah tata bahasa Arab dikenal, dengan demikian maka tidak ta'teel. .Ta'teel adalah  menfikan sifat yang mapan sebagai sebuah sifat . Perhatikan........!   sebuah sifat itu  memiliki kalimat, seperti "ilmu" yang artinya "pengetahuan", terKadang- sebuah kalimat dapat memiliki lebih dari satu makna, Jika kalimat itu ditetapkan sebagai sifat , maka pertanyaan berikutnya adalah "apa makna yang tepat untuk kalimat itu? Jika seseorang memilih makna fisik seperti anggota badan, maka dia melakukan tashbih. Jika ia memilih makna yang layak bagi Allah, maka ia adalah seseorang yang meyakini bahwa Allah  tidak memiliki kesamaan dgn ciptaan. Dia memahami firman Allah dalam ayat muhkamat yang menegaskan: "tidak ada sesuatu pun yang menyerupai Allah". maka harus   mengkmpromikan dengan teks-teks lain . Jika ada teks yang benar-benar jelas [ayat muhkamat], atau ada konsensus ilmiah, kemudian ia mengabaikan hal ini, maka ini barulah di kategorikan sebagai bentuk penafian  sifat , atau ta'teel.

Sebagai contoh, Mu`tazilah mengabaikan konsensus ilmiah bahwasanya Allah akan di lihat oleh kaum Muslim di akhirat dengan tanpa menempat di suatu tempat, jauh atau pun dekat,tidak  memiliki bentuk, atau berada di arah,yaitu berbeda dgn penglihatan  yang  digunakan di dalam kehidupan ini, karena Allah tidak menyerupai makhluk-Nya.dan melihat Allah di surga jelas ada dalam sebuah hadis, dan Mereka [muktazilah] menolak konsep sifat melihat sesuatu dgn tanpa adanya sesuatu itu berada di suatu tempat dekat atau pun jauh, maka mereka menafikan bahwa Allah dapat di lihat di surga dgn alasan Allah bukan dzat yang menempat, dan mengatakan bahwa maksud melihat di sini maknanya adalan "mengharapkan," atau "mengetahui" dan semisalnya,Maka Ini adalah ta'wil yang mencapai tingkat ta'teel, karena mereka menafikan melihat dan memberikan makna lain pada kalimat melihat, tanpa adanya adanya suatu qorinah yang menafikannya.,Para ulama Sunni  membantah mereka dgn pernyataan:, "Mengapa tidak meyakini bahwa Allah dapat terlihat dgn tanpa berada di suatu tempat, dgn tanpa bentuk atau memiliki batas, sebagaimana kalian mengatakan bahwa Allah mengetahui dan berkehendak dgn tanpa berada di suatu tempat, bentuk atau memiliki batas?"

Musyabbihah sejalan dengan Muktazilah`bahwa tidak ada hal melihat tanpa sesuatu itu berada di suatu tempat, sementara Mu`tazilah menta'wil dgn alasan di atas untuk melarikan diri dari tasybih, atau utk menafikan batas bagi  Allah, sedangkan mushabbihah menetapkam adanya melihat,dan karena akal tajsim mereka tdk mampu memahami melihat tanpa menempat,maka mereka berkata bahwa Allah dapat di lihat di surga dalam arah, tempat dan dgn adanya jarak, sehingga mereka menghubungkan kepada-Nya batas. maka Apa yang diyakini oleh Mu `tazilah adalah konyol dan masuk kategori ta"til, sedangkan Apa yang diyakini oleh mushabbihah adalah kufur polos,pantesan mereka sama 2 sesat,ee ternyata adik kakak..hehehe

Pertanyaan: Mereka berpendapat bahwa tafwid tidak benar sebagaimana Allah telah mewajibkan kita untuk memehami quran dgn merenungkannya.

Jawaban: Tafwid adalah ketika seseorang tidak menetapkan arti khusus terhadap ayat2 mutasyabihat ketika seseorang tidak yakin terhadap salah satu maknanya. Ini hanyalah hal yang aman untuk dilakukan  sebagaimana agama enggan berbicara tentang sesuatu tanpa pengetahuan, terutama  tentang sifat Allah.Dilarang berbicara tentang sifat Allah kecuali  bagi seseorang yang memiliki izin untuk  hal itu [rosyikhuna fil ilm].


Mitsal: Ibn Hibban, bersama jumhur ulama, berpendapat bahawa hadis mengandung majaz sebagaimana Al-Qur’an dan teks-teks berbahasa Arab lainnya. Sebab majaz adalah bagian yang tidak terpisahkan dari tradisi berkomunikasi yang dilakukan bangsa Arab.[ catatan:  Berkata Ibn Al-Sayyid al-Bathliyusi [w. 521 H], “Inilah pendapat yang benar, tidak boleh selainnya.” Lihat Abdullah bin Muhammad Ibn Al-Sayid Al-Batlyusi, “Al-Inshaf fi Al-Tanbih ‘ala Al-Ma’ani wa Al-Asbab allati awjabat Al-Ikhtilaf bayna Al-Muslimin fi Ara’ihim”, tahqiq Dr Muhamad Ridwan Al-Dayah, Damsyiq: Dar Al-Fikr, 1987, cet. ke-3, hal. 71.] Ibn Hibban bahkan membuat tarjamah (tajuk hadis) seperti ini: “Menyebutkan hadis yang menunjukkan bahwa lafaz-lafaz ini yang berasal daripada kategori ini menggunakan lafaz-lafaz tamtsil dan tasybih sesuai dengan tradisi masyarakat (Arab) tanpa menghukumkan dengan dzahirnya.”

Beliau lalu meriwayatkan hadis qudsi yang berisi perbincangan antara Allah Swt dan seorang hamba pada hari kiamat. Allah berkata kepadanya: “Wahai anak Adam, aku sakit kenapa engkau tidak menjengukku? Manusia itu berkata: Wahai tuhan, bagaimana aku menjenguk-Mu padahal engkau adalah tuhan alam semesta? Allah berfirman: Tidakkah engkau tahu bahwa hambaku Si Polan tengah sakit, namun engkau tidak menjenguknya. Tidakkah engkau tahu, bahawa jika engkau menjenguknya, engkau akan menemukan Aku di sisinya.”[“Al-Ihsan fi Tartib Sahih Ibn Hibban”, tahqiq Kamal Yusuf Al-Hut, [Beirut: Dar Al-Fikr, 1987] 1/243.]


Ibn Hibban menjadikan hadis ini sebagai hujah bahawa Allah dan Rasul-Nya menggunakan kalimat-kalimat majaz tanpa menginginkan makna hakikat kata tersebut (“Aku sakit, mengapa engkau tidak menjenguk-Ku?”). Kalau begitu, maka menjadi kewajiban manusia untuk menangkap dengan teliti pesan yang disampaikan tanpa terjerumus dalam kekeliruan.

Atas dasar itu, Ibn Hibban berusaha menafsirkan setiap hadis yang menyebutkan sifat-sifat Allah, yang dzahirnya nampak menyerupai sifat-sifat makhluk, dengan cara yang tidak berlawanan dengan kaidah-kaidah bahasa Arab. Di bawah ini, saya akan menyebutkan beberapa contoh praktik dari metod penafsiran Ibn Hibban semoga memberikan gambaran yang lebih jelas tentang perkara ini,lihat disini:  IBN HIBBAN DAN HADIS-HADIS SIFAT .

Selain aktif menafsirkan Ibn Hibban terkadang juga mengambil sikap tafwid, yakni hanya menerima dan mengimani tanpa penafsiran. Saya melihatnya sebagai sebuah sikap berhati-hati apabila tidak menemukan penafsiran yang cukup meyakinkan untuk kalimat yang hendak ditafsirkan. 
Sejauh bacaan saya, tidak satu orangpun yang mampu mentakwil semua kalimat dalam hadis sehingga meninggalkan tafwid sama sekali, sebagaimana tidak ada satu orangpun yang mampu berpegang kepada tafwid sepenuhnya sehingga meninggalkan takwil sama sekali.

Sikap tafwid Ibn Hibban saya temui apabila beliau meriwayatkan hadis nuzul, yakni Allah Swt turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir.



Beliau berkata: “Sifat-sifat Allah tidak dapat dijelaskan kaifiatnya dan tidak dapat dikias dengan sifat makhluk. Sebagaimana Allah berbicara tanpa alat -dengan gigi, lidah dan bibir seperti makhluk, maha tinggi Allah dari penyerupaan ini, dan tidak boleh dikias ucapan-Nya dengan ucapan kita karena ucapan makhluk menggunakan alat, sementara Allah berbicara sepertimana kehendak-Nya tanpa alat- maka begitu juga Allah turun tanpa alat, pergerakan dan perpindahan dari satu tempat ke tempat yang lain...”[ “Al-Ihsan fi Tartib Sahih Ibn Hibban”, tahqiq Kamal Yusuf Al-Hut, [Beirut: Dar Al-Fikr, 1987 2/136 ]

DiNuqilkan Oleh : Bagus Rangin ~ Kertajati-Majalengka

pucukpucuk Agan sedang membaca artikel tentang: Ta'teel,Takwil dan Tafwid. Silakan agan copy dan paste atau sebarluaskan artikel ini jika dinilai bermanfaat,Ane juga menyediakan buku terjemahan kitab yang membantah wahabi: 1. buku "bid'ah mahmudah dan bid'ah idhafiyah antara pendapat yang membolehkan dan yang melarang" terjemah dari kitab: albid'atul mahmudah wal bid'atul idhafiyah bainal mujiziina wal maniin" karya Syaikh abdul fattah Qudais Al Yafi"i, 2.Terjemah kitab ‘At Tabaruk Bi As Sholihin Baina Al Muzijiin wa Al Maani’in: Mencari Keberkahan Kaum Sholihin Antara Pendapat yang Membolehkan dan yang Melarang, hub admin: hp/WA 0857-5966-1085.syukron :

*** Dapatkan buku terjemah disini ***

Share this article :

Posting Komentar

Jangan lupa Tulis Saran atau Komentar Anda

 
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger