Ulama Salafi Muhammad bin Ibrahim berkata tentang kitab al-lum'ah karya Imam Ibnu Qudamah:
(128 - قول صاحب اللمعة () وجب الايمان به لفظا )
واما كلام صاحب اللمعة فهذه الكلمة مما لوحظ في هذه العقيدة, وقد لوحظ فيها عدة
كلمات أخذت على المصنف, إذ لا يخفى ان مذهب أهل السنة والجماعة هو الايمان بما ثبت
في الكتاب والسنة من أسماء الله وصفاته لفظا ومعنى, واعتقاد أن هذه الأسماء
والصفات على الحقيقة لا على المجاز, وأن لها معاني حقيقة تليق بجلال الله وعظمته .
وادلة ذلك أكثر من أن تحصر. ومعاني هذه الأسماء ظاهرة معروفة من القرآن كغيرها
لا لبس فيها ولا اشكال ولا غموض, فقد أخذ أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم عنه
القرآن ونقلوا عنه الأحاديث لم يستشكلوا شيئا من معاني هذه الآيات والأحاديث
لأنها واضحة صريحة, وكذلك من بعدهم من القرون الفاضلة, كما يروى عن مالك لما سئل
عن قوله سبحانه: (الرحمن على العرش استوى) () قال: الاستواء معلوم,
والكيف مجهول والايمان به واجب, والسؤال عنه بدعة. وكذلك يروى معنى ذلك عن ربيعة
شيخ مالك, ويروى عن أم سلمة مرفوعا وموقوفا .
أما كنه الصفة وكيفيتها فلا يعلمه إلا الله سبحانه, إذ الكلام في الصفة فرع عن
الكلام في الموصوف, فكما لا يعلم كيف هو - إلا هو - فكذلك صفاته. وهو معنى قول مالك :
والكيف مجهول .
أما ما ذكره في ((اللعمة)) فانه ينطبق على مذهب المفوضة وهو من شر المذاهب
واخبثها. والمصنف رحمه الله إمام في السنة ومن أبعد الناس عن مذهب المفوضة وغيرهم
من المبتدعة. والله أعلم. وصلى الله على محمد وآله وصحبه وسلم .
:Perkataan pengarang kitab lum'ah hal 128: wajib iman terhadap nas mutasyabihat secara lafadnya saja",perkataan ini merupakan perkataan yg mesti di amati dalam hal aqidah karena tdk samar lagi bahwa madhab ahlis sunnah dalam asma was sifat adalah iman secara lafad dan makna,dan mengitiqadkan secara hakikat bukan majaz.....
"Adapun yang disebutkan dalam ((Al-Lum'ah)) maka itu sesuai dengan madhab mufawwidah dan madhab itu merupakan madhab terburuk dan yang paling menjijikkan. Penulis adalah Imam dari ahlusSunnah dan dari orang yang jauh dari mufawwidah dan selainnya dari ahli bidah. "
Ada lagi Salah satu kutipan yang disebutkan ulama Salafi Abdar Razzaq Afifi menyebutkan dalam sebuah fatwanya bahwa Imam Ibnu Qudamah adalah Mufawwid berdasarkan apa yang ada dalam al-Lumah I'tiqad:
-
عن بعض عبارات الامام ابن قدامة في لمعة الاعتقاد التي يفهم منها التفويض
فاجاب :
مذهب السلف هو التفويض في كيفية الصفات لا في المعنى, وقد غلط ابن قدامة في لمعة
الاعتقاد, وقال: بالتفويض ولكن الحنابلة يتعصبون للحنابلة, ولذلك يتعصب بعض
المشايخ في الدفاع عن ابن قدامة, ولكن الصحيح ان ابن قدامة مفوض
المصدر : -
فتاوى ورسائل عبد الرزاق عفيفي
الطبعة الثانية - ص 347 - فتاوى العقيدة سؤال رقم 4
Beliau di tanya tentang perkataan Imam Ibnu qudamah dalam lumah itiqad yang di fahami tafwid ,beliau menjawab: madhab salaf adalah tafwid kaifiyat sifat bukan tafwid dalam makna,dan ibnu qudamah telah salah dalm kitabnya lumah itiqod,dan berkata dgn tafwid.....dean shgg para masyayih membuat pembelaan pada ibnu qudamah,tetapi yang benar ia adalah mufawwidoh { fatawa dan rosail abd rozzaq al afifi cet kedua hal 347]
dan Jawaban ulama Salafi al-Fawzan untuk pertanyaan dalam kitabnya Syarh Lum'atul Itiqad sbgai berikut:
T: Apakah benar bahwa Ibnu Qudamah dalam Rawdatun Nadhir mengatakan bahwa Ayat Sifat itu termasuk dari Mutashabih ? Dan kata-katanya di sana (dalam buku itu) sama dgn yang ada di sini?
Jawaban: Apa yang dianggap dalam kitab tsbt adalah tertulis di sini, namun ia membagi Sifat menjadi dua macam, satu adalah Wadih (jelas) dan yang satunya [Mushkil] (sulit / ambigious), dan ini semuanya salah,Semua Sifat Allah ta'ala itu jelas, tidak ada yg sulit / ambiguitas di dalamnya. Adapun apa yang ada dalam Rawdatunadiir, memang ia membagi sesuai dengan metode ulama sebelumnya dari kalangan 'Ashariyah dan lainnya. Dan dikatakan (Yuqal) diambil dari kitab al-Ghazali,dan Ghazali adalah 'Ashari. (Page 296-297 kitab Syarh Luma'at)
Ibnu Qudamah Al-Hanbali Seorang Mufawwid
A - 'Allamah Ibnu Qudamah menyatakan bahwa Ayat sifat termasuk dari nas mutasyabihat, seperti yang dinyatakan dalam Rawdatun Nadhir. Setelah menyatakan hal itu,ia mengatakan bahwa waqof yang benar dalam ayat yang berbicara tentang muhkamat dan mutasyabihat adalah pada lafad allah:"Tidak ada yang tahu interpretasinya kecuali Allah ta'ala. dan orang2 yang rosyihhina fil ilmi mengatakan kami terhadapnya ... "
Ibnu Qudamah menganggap waqof/ berhenti yang benar adalah pada illallah: kecuali Allah ta'ala", artinya Dia satu-satunya yang tahu makna mutasyabihat, dan tidak ada selainNya yang tau. Dan Ibnu Qudamah menyatakan bahwa termasuk mutasyabihat adalah Ayat dan khobar Sifat, sehingga menyimpulkan bahwa pengetahuan Sifat hanya diketahui oleh Allah ta'ala, seperti Huruf al-Muqat'oat.
Ini adalah Tafwid al-Ma'ana, seperti dikemukakan oleh Ash'irah dan Maturidiya dan bertentangan dengan ulama salafi sekarang yang saya kutip mengenai pernyataan mereka tentang mutasyabihat itu.
B - Indikasi lain tafwid al-Ma'ana Ibnu Qudamah ada dalam Lum'atul Itiqad, dimana ia menyatakan,"menetapkan lafad (ayat dari Sifat) dan meninggalkan menggali maknanya , dan kami menyerahkan pengetahuan maknanya kepada (Allah ta'ala), dan Allah ta'ala memuji dalam alquran yang nyata-dengan pernyataan-Nya, "dan Mereka rosyikhuna fil ilmi mengatakan kita percaya terhadapnya, semua dari Tuhan kami."
C - Sudah jelas dari pernyataan di mana ia mengatakan kami menetapkan lafadnya, namun kami menyerahkan makna kepada Allah ta'ala, Ibnu Qudamah melanjutkan dengan mengatakan Allah ta'ala mencela mereka yang mencari takwil/interpretasi dari nas Mutashabih
Jelas maksud dari perkataan Ibnu Qudama adalah hanya Allah saja yang tahu makna mutasyabihat, dan Ayat dari Sifat termasuk mutasyabihat menurut Ibnu Qudamah. Dan dengan demikian kita tidak tahu interpreatinya itu.
D - pada Bagian lain ia menyatakan setelah hadits "Allah ta'ala akan dapat di lihat di akhirat", "dan yang selaras dengan hadis ini, kita percaya lafadnya, tanpa kaifiyat dan makna, dan kami tidak menolaknya ... "Sekali lagi Ibnu Qudamah menekankan bahwa makna serta modalitas tidak diketahui.
DAN Aturan tata bahasa LUGAT arab bahwa ketika Wawu athaf digunakan itu menandakan perbedaan antara hal sebelum wawu dengan hal setelah wawu, sebagaimana dalam perkataan Ibnu Qudamah: kaif wal ma'na, maka Kayf dan Ma'ana adalah dua hal yang berbeda, tidak sama, karena beberapa wahabi mencoba mendistorsi makna keduanya.
---
"Perkataan Para Imam madhab Al-Hanabilah tentang ibnu qudamah almaqdisi"
Ibnu an-Najjaar menjelaskan: Ibnu Qudamah adalah"Imam Al-Hanabilah (madhab Hanbali) di Masjid Damaskus, ia adalah orang tsiqoh, sosok mulia, sangat murah hati, bersifat bersih, seorang ahli ibadah yg wara, pengikut metodologi Salaf,memancarkan cahaya (pengetahuan dan kesalehan) nya!.[Syarh Lum `Atul-I` tiqaad]
Ad dzahabi: "Tidak ada yang memiliki pemahaman agama yang lebih tinggi setelah Al-Awzaa'ee, selain Syaikh Imam Al Muwaffaq (Ibnu Qudamah)" [Siyar An-A'laam Nubalaa ']
Ibnu Katsir berkata tentang dia, "Dia adalah Syaikh ul Islam,seorang Imam, dan tidak ditemukan seseorang di masanya yang memiliki Fiqh lebih daripada ibnu qudamah.."[Al-Bidaayah wan Nihaayah-]
Ibnu Rajab mengatakan tentang kitab2nya "Dia menhasilkan kitab2 yang bermanfaat bagi semua umat Islam pada tingkat umum, dan para ulama dari (Hanbali) madhab pada tingkat husus. kitab2nya tersebar luas dan sangat populer,karena dari niatnya dan ketulusan saat menulis kitab2nya. " [Dhayl Tabaqaatil-Hanabilah 'Volume # 2 Page # 133]
DiNuqilkan Oleh : Bagus Rangin ~ Kertajati-Majalengka
Agan sedang membaca artikel tentang: Imam Ibnu Qudamah ANTARA celaan wahabi dan pujian para Imam. Silakan agan copy dan paste atau sebarluaskan artikel ini jika dinilai bermanfaat,Ane juga menyediakan buku terjemahan kitab yang membantah wahabi: 1. buku "bid'ah mahmudah dan bid'ah idhafiyah antara pendapat yang membolehkan dan yang melarang" terjemah dari kitab: albid'atul mahmudah wal bid'atul idhafiyah bainal mujiziina wal maniin" karya Syaikh abdul fattah Qudais Al Yafi"i, 2.Terjemah kitab ‘At Tabaruk Bi As Sholihin Baina Al Muzijiin wa Al Maani’in: Mencari Keberkahan Kaum Sholihin Antara Pendapat yang Membolehkan dan yang Melarang, hub admin: hp/WA 0857-5966-1085.syukron :
+ komentar + 11 komentar
Termasuk iman kepada Allah yaitu mengimani dan menetapkan terhadap Asma’ [ nama-nama ] dan sifat - sifat yang Allah dan Rasul-Nya sifatkan pada diri-Nya [ Allah ],dalam al Qur’an dan as Sunnah.Dengan tanpa merubah makna [ Tahrif ],tanpa membuang [ Ta’thil ],tanpa bertanya bagaimana hakikatnya [Takyif ],dan tanpa menyerupakan dengan makhluk-Nya [ Tamtsil ].
Mereka [ Ahli Sunnah Waljama’ah ] beriman BAHWA TIDAK ADA SESUATUPUN YANG MENYERUPAI ALLAH DAN DIA-LAH YANG MAHA MENDENGAR LAGI MAHA MELIHAT.
Ahli Sunnah Waljama’ah tidak pernah menafikan sifat-sifat yang Allah sifatkan pada diri-Nya
dan tidak merubah makna dari makna dhahirnya,serta tidak menyelewengkannya dengan makna lain.
Karena tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya,tidak ada tandingan bagi-Nya,dan tidak bisa disamakan dengan makhluk-Nya.Dia-lah yang Maha Kuasa,Dia-lah yang berhak diagungkan dan disembah,Dia-lah Yang Maha segala-galanya,dan Dia-lah yang paling mengetahui tentang diri-Nya daripada makhluk-Nya.
Dia-lah yang paling benar dalam firman-Nya,paling fasih dalam kalam-kalam-Nya ,paling baik,bijak dan jelas dalam pernyataan-Nya.
Karena itulah para Nabi dan Rasul selalu benar dan dibenarkan dalam berkata,sebab selalu mengikuti petunjuk wahyu Ilahi,begitu juga orang-orang yang mengikuti jejak para Nabi dan Rasul.Mereka akan selalu mendapat pertolongan dalam mendakwahan kebenaran TAUHID.
Berbeda dengan orang-orang yang berbicara tanpa landasan dalil,hanya menduga dan menyangka sekedar menuruti hawa nafsunya,akan tersesat dan celakalah mereka.
“ SUNGGUH MAHA SUCI ALLAH DARI APA YANG MEREKA SIFATKAN / KATAKAN “
Allah berfirman :
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“ Hanya milik Allah asmaa-ul husna[585], maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya[586]. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan “.QS.Al A’raf ; 180.
[585] Maksudnya: nama-nama yang agung yang sesuai dengan sifat-sifat Allah.
[586] Maksudnya: janganlah dihiraukan orang-orang yang menyembah Allah dengan nama-nama yang tidak sesuai dengan sifat-sifat dan keagungan Allah, atau dengan memakai asmaa-ul husna, tetapi dengan maksud menodai / menyelewengkan nama Allah atau mempergunakan asmaa-ul husna untuk nama-nama selain Allah.
وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الْأَعْلَى وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Dan Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.QS.An Nahl ; 60.
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“ Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat “.QS.Asy Syura’ ; 11.
*GOLONGAN SESAT DALAM ASMA DAN SIFAT *
Dalam masalah Asma’ dan Sifat Allah,ada dua golongan yang tersesat,yaitu :
1.Golongan Mu’aththilah ; mereka adalah golongan yang mengingkari seluruh nama-nama dan sifat-sifat Allah atau mengingkari sebagiannya.Menurut dugaan mereka,menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah dapat menyebabkan TASYBIH [ Penyerupaan ] ,yakni menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya.
Seperti golongan Jahmiyah ; mereka menafiakan / membuang semua Asma’ dan Sifat Allah.
Kemudian golongan Mu’tazialah ; mereka menetapkan Asma Allah tanpa makna serta menafikan / membuang seluruh sifat-sifat Allah.
Selanjutnya yang termasuk golongan sesat adalah golongan Asya’iroh [ Asy’ariyah ],mereka menetapkan semua Asma Allah akan tetapi mereka menetapkan Cuma tujuh sifat yaitu ;Al Ilmu,Al Hayat,Al Qudrat,Al Iradat ,Al Sama’ ,Al Bashar serta Al Kalam ,kemudian mereka membuang / menafikan sifat lainnya.
*.Pendapat diatas ini jelas keliru,karena :
a.Dugaan di atas akan mengakibatkan hal-hal yang bathil atau salah,karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan untuk diri-Nya nama-nama dan sifat-sifat serta telah menafikan sesuatu yang serupa dengan-Nya.
Andaikata menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah itu menimbulkan adanya penyerupaan [ TASYBIH ] ,berarti ada pertentangan dalam kalam Allah.
Yakni sebagian firman-Nya bertolak belakang dengan sebagian yang lain.
b.Adanya persamaan nama atau sifat dari dua zat yang berbeda tidak mengharuskan persamaan keduanya dari segala hal dan sisi.Anda melihat ada dua orang yang keduanya manusia,sama-sama bisa mendengar,melihat, dan berbicara.Akan tetapi tidak harus sama dalam makna-makna kemanusiaannya,pendengarannya,penglihatannya dan pembicaraannya.Anda juga melihat beberapa binatang yang punya tangan,kaki dan mata,akan tetapi persamaan itu tidak mengharuskan tangan,kaki dan mata mereka sama persis dari segala hal dan sisi,ukuran,bentuk dan warna.
Apabila antara makhluk-makhluk yang serupa dalam nama atau sifatnya saja memiliki perbedaan yang sangat nyata,maka tentulah perbedaan antara sang Khaliq [ Allah Yang Maha Pencipta ] dan makhluq sebagai ciptaan-Nya akan lebih jelas dan jauh perbedaannya.
2.Golongan Musyabbibah ; yaitu golongan yang menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah,akan tetapi mereka menyerupakan Allah Ta’ala dengan makhluk-Nya.Seperti sebagian kaum sufi dan kaum Hululi yang mengatakan bahwa Allah mempunyai paras wanita yang sangat cantik atau diantara dari keyakinan mereka adalah setiapmanusia yang berwajah tampan dan perparas cantik jika wanita maka mereka meyakini bahwa makhluk itu adalah titisan sang Maha Kuasa.Mereka mengira keyakinan seperti ini adalah yang paling benar dan sesuai nash-nash al Qur’an,karena Allah berbicara deangan hamba-hamba-Nya,dengan sesuatu yang dapat dipahaminya.
*.Anggapan seperti ini jelaslah sangat keliru ditinjau dari beberapa hal,antara lain ;
a.Menyerupakan Allah Ta’ala dengan makhluk-Nya jelas merupakan sesuatu yang bathil menurut akal maupun syara’.Padahal nash-nash al Qur’an dan As Sunnah sebagai wahyu Ilahi yang suci tidak mungkin menunjukan pengertian yang bathil.
b.Allah berbicara dengan hamba-hamba-Nya dengan sesuatu yang dapat dipahami maknanya.Adapun hakikat makna yang berhubungan dengan zat dan sifat Allah maka itu tidak ada seorangpun yang mengetahuinya kecuali Dia [ Allah ] saja.
Apabila Allah menetapkan untuk diri-Nya bahwa Dia Maha Mendengar maka pendengaran itu sudah maklum dari segi maknanya,yaitu menangkap suara-suara.Akan tetapi hakikat hal itu bila dinisbatkan kepada pendengaran Allah maka tidak seorangpun yang mengetahuinya.Karena hakikat pendengaran itu sangat berbeda walau pada makhluk-makhluk sekalipun.
Karena itulah sudah pasti dan barang tentu perbedaan hakikat sifat pencipta dan yang diciptakan akan sangat jelas dan jauh perbedaannya.
Apabila Allah Ta’ala memberitakan tentang diri-Nya bahwa Dia bersemayam [ diam ] di atas Arsy-Nya ,maka kata “ BERSEMAYAM “ dari segi asal maknanya sudah bisa dimaklumi.Akan tetapi hakikat bersemayamnya Allah itu tidak dapat diketahui.Karena bersemayamnya para makhluk saja satu dengan yang lainnya sangat berbeda.Contoh ; ada seseorang ketika bersemayam di atas kursi akan berbeda sifat dan posisinya ketika dia bersemayam di atas hewan tunggangan.Bila bersemayamnya seorang makhluk saja sangat berbeda apatah lagi bersemayamnya Allah sebagai sang Khaliq di atas Arsy makhluk ciptaannya yang paling besar yang tidak bisa diketahui ciri,sisi,ukuran dan warnanya tentunya lebih jauh dan pasti serta sangatlah jelas perbedaannya.
MANHAJ SALAF SHALIH DALAM SIFAT
Berikut ini adalah diantara pernyataan – pernyataan dan Manhaj Salaf Shalih tentang sifat-sifat Allah ;
1.Imam Muhammad bn Muslim Az Zuhri pembesar Tabi’in berkata :
من الله الرسالة وعلي الرسول البلاغ وعلينا التسليم
“ Dari Allah-lah Risalah,wajib atas Rasul untuk menyampaikan dan wajib bagi kita untuk pasrah , [ mengimani / menerima apa adanya ]”.
2.Imam Sufyan bn Uyainah berkata :
كل ماوصف الله تعالي به نفسه في القرآن , فقراءته تفسيره , لا كيف ولا مثل
“ Semua sifat yang Allah sifatkan pada diri-Nya dalam al Qur’an,bacaannya [ dibaca apa adanya tanpa menyelewengkan makna / ta’wil ] itulah tafsirnya,tanpa bertanya bagaimna hakikatnya dan tanpa menyerupakan pada makhluknya”.
3.Imam Abu Hanifah berkata :
لا ينبغي لأحد أن ينطق في دَات الله بشيء , بل يصف بما وصف به نفسه , ولا يقول فيه برأيه شيئا, تبارك الله تعالي رب العلمين
“ Tidaklah layak bagi seseorang mengatakan sesuatu pada zat Allah,justru seharusnya dia mensifati Allah dengan sifat yang telah Allah sifatkan pada diri-Nya.Dan janganlah mengatakan sesuatu terhadap Allah dengan pendapatnya,Maha Suci Allah Rabb Semesta Alam”.
Dan ketika beliau ditanya tentang sifat turunnya Allah,beliau menjawab :
ينزل بلا كيف
“ Allah akan selalu turun dan tidak perlu ditanyakan bagaimana hakikat turun-Nya”.
4.Imam Anas bn Malik berkata :
“ Waspadalah terhadap para ahli bid’ah ” ; lalu dipertanyakan kepadanya ;” Sipakah ahli bid’ah itu ?,beliau menjawab :
أهل البدع هم الدَين يتكلمون في أسماء الله وصفاته وكلامه وعلمه وقدرته , ولا يسكتون عما سكت عنه الصحابة والتابعون لهم بإحسان
“ Ahli bid’ah adalah mereka orang-orang yang selalu membicarakan nama-nama Allah,sifat-sifat-Nya,kalam-Nya,ilmu-Nya dan kekuasaan-Nya.Dan mereka tidak mau diam dari apa-apa yang para sahabat serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik diamkan”.
5.Al Walid bn Muslim Al Qurasyi berkata :
“ Aku telah bertanya kepada Imam Al Auza’i,Imam Sufyan bn Uyainah dan Imam Malik bn Anas tentang hadits-hadits yang menjelaskan sifat-sifat Allah,lalu mereka menjawab :
أمروها كما جاءت بلا كيف
“ Biarkan/jalankan seperti datangnya kabar,tanpa harus ditanyakan bagaimana hakikatnya “.
6.Imam Asy Syafi’i berkata :
آمنت بالله وبما جاء عن الله علي مرادالله,آمنت برسول الله وبما جاء عن رسول الله علي مراد رسول الله
“ Aku beriman kepada Allah dan beriman kepada apa yang datang dari Allah menurut kehendak Allah.Dan aku beriman kepada Rasulillah dan juga beriman kepada apa yang datang dari Rasulillah menurut kehendak Rasulillaah “.
Lihat Lum’ah al I’tiqad karya Ibnu Qudamah
BARANGSIAPA YANG MENGINGKARI SIFAT-SIFAT ALLAH ADALAH KAFIR
-.Imam Asy Syafi’i berkata ketika beliau membahas tentang Asma’ dan Sifat Allah yang telah ditetapkan dalam al Qur’an dan As Sunnah :
فإخالف بعدثبوت الحجة عليه فهو كافر , فأما قبل ثبوت الحجة عليه فمعدَور بالجهل .
“ Maka barangsiapa yang mengingkari sifat dan asma Allah setelah tegaknya hujjah atasnya maka dia KAFIR.Apapun sebelum tegaknya hujjah maka dimaafkan sebab kebodohannya”.
Lihat Mukhtashar al ‘Uluw hal.177 dan Ijtima’ al Juyus al Islamiyah hal.165.
-.Imam Nu’aim bn Hammad guru imam al Bukhari berkata :
من شبه الله بخلقه كفر , ومن جحد ما وصف الله به نفسه فقد كفر , وليس فيما وصف الله به نفسه ولا رسوله تشبيه
“ Barangsiapa yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya maka dia KAFIR,barangsiapa yang mengingkari sifat-sifat Allah yang telah Allah sifatkan pada diri-Nya SUNGGUH DIA TELAH KAFIR,dan mensifati Allah dengan sifat-sifat yang telah Allah dan Rasul-Nya sifatkan kepada Diri-Nya itu BUKANLAH TASYBIH [ menyerupakan kepada makhluknya ]”.
Lihat Tafsir Ibnu Katsir juz.2 hal.280 dan Siyar A’lam An Nubala’ juz 10 hal.610.
* PENUTUP *
Aqidah dan Manhaj Salaf Shalih Ahli Sunnah Waljama'ah ini adalah satu-satunya jalan yang terbaik bagi umat ini.Karena Manhaj ini jauh dan sepi dari PENYIMPANGAN serta PENYELEWENGAN dalam mengimana dan menetapkan Asma dan Sifat Allah yang Allah dan Rasul-Nya telah tetapkan dalam al Qur'an dan As Sunnah.
Semoga Allah yang Maha Tinggi dan Mulia memberikan petunjuk-Nya kepada kita untuk mengikuti Manhaj terbaik ini,serta menjadikan kita sebagai para pengikut Salaf Shalih Yang Setia,Aamiin Yaa Mujib as Saailiin.
,.,.,., والله أعلم ,.,.وبالله التوفيق,.,.,
* وصلي الله علي نبينا محمد وعلي آله وصحبه وسلم *
Referensi / Maraaji’ :
-Al Qur’an Al Kareem
-Tafsir Ibnu Katsir
-Syarh As Sunnah karya Imam al Baghawi
-Al I’tiqaad Ahli Sunnah Waljama’ah karya Imam Alalika’i
-Lum’ah al I’tiqaad karya Imam Ibnu Qudamah
-Syarah Ushul al Iman karya syekh Muhammad bn Shalih al Othemin
-Al Irsyad ilaa Shahih al I’tiqaad karya Doktor Shalih al Fauzan
-Al Wajiz Fii Al Aqidah Salaf Shalih karya Abdullah bn AbdulHamid al Athari
-Dhawabith Takfir al Mu’ayyan karya syekh Abdullah bn AbdulRahman al Jibrin
*.Riyadh ,.,Rabu 10 Muh. 1433 H,.,al Muwafiq 4 Jan.2012 M.
*.Shohib al Hussein [ Abu Faza ].
kebanakan membawa perkataan ulama yang textual tanpa tau maksud dan manhaj ulama yg di bawakannya...poin intinya saja,Benar menjadi kewajiban setiap muslim untuk menetapkan sifat-sifat Allah s.w.t. sebagaimana yang termaktub dalam Al-Qur'an, tetapi siapa yang mewajibkan kita memahami nas-nas mutasyabihat dengan makna dhahirnya, dan menafikan baginya atas adanya makna yang lebih sesuai selain makna dhahirnya??
Dalil dari Al-Qur'an yang menunjukkan ada konsep ta'wil dalam nas-nas Al-Qur'an:
“Dialah yang menurunkan kepadamu (Muhammad) Al-Kitab (Al-Qur'an), daripadanya ada ayat-ayat yang muhkamat (jelas maknanya) yang mana ia adalah ummul kitab, dan selainnya merupakan ayat-ayat mutasyabihat (samar maknanya) Adapun orang-orang yang ada dalam hati mereka kecenderungan ke arah kesesatan, maka mereka selalu menuruti apa yang samar-samar (mutasyabihat) dari Al-Qur’an untuk mencari fitnah (dengan memahaminya dari sudut yang samar tersebut) dan mencari-cari ta'wil (memutarkan maksudnya menurut yang disukainya). Sesungguhnya tiada yang mengetahui ta'wilnya kecuali Allah, Dan orang-orang yang mendalam ilmunya... ” (Ali Imran: 7)
Golongan salafus soleh mewakafkan (memberhentikan) bacaan “tiada yang mengetahui ta'wilnya (ayat-ayat mutasyabihat) tersebut...” pada kalimat“..melainkan Allah...”. Jadi, maksud bacaan tersebut, hanya Allah s.w.t.-lah yang mengetahui ta'wilannya, dan bacaan ini paling tepat menurut kebanyakan ulama'.
Kebanyakan golongan khalaf, membaca ayat tersebut dengan bacaan: “tiada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya...” Mereka meletakkan waqof disini" dan meng athafkan hukum dengan perkataan sebelumnya yang berarti: “Allah s.w.t. dan orang-orang yang mendalam ilmunya mengetahui ta'wil ayat-ayat mutasyabihat tersebut.
yang paling penting, ta'wil bagi ayat-ayat mutasyabihat itu sendiri ada, tidak perlu apakah hanya Allah s.w.t. saja yang mengetahui maknanya ataupun orang-orang yang mendalam ilmunya juga mengetahuinya. Yang penting, ta'wil itu sendiri jelas ada.
Jadi, ayat ini sendiri menjelaskan bahwasanya, ta'wil (maksud lain bagi suatu perkataan) itu memang ada penggunaannya dalam berinteraksi dengan nas-nas mutasyabihat tersebut...
Jadi, golongan yang mengingkari ta'wil dalam penggunaan nas-nas Al-Qur'an berarti telah mengingkari ayat ini.
komentar anda juga cuma kopasan...ibnu qudamah dalam kitabya tafwid makna,dan beliau di akui dan tdk di bantah pendapatnya dalam hal itu kecuali oleh pengikut konsep salaf ala ibnu taemiyah yaitu fauzan dlll..........lihat tuh note...jika anda mau ikiti konsep fauzan yg bermuara pada taemiyah,ya silahkan,roh imam ibnu qudamah jg banyak ulama lainnya berbeda dgn taemiyah yg menetapkan makna dhohir....sedangkan salaf tafwid......
perlu dicek lagi itu kopasan wahabi diatas..
mana scan kitabnya..cetakan mana,tahun berapa,penerbit mana , siapa yg men tahqiq..
wahabi ini suka dzalim dalam dalam editing isi kitab ulama2 salaf..
perlu dicek lagi ..semua kopasan wahabi..
karena ke dzaliman wahabi dalam editing kitab kitab klasik karya ulama.
MantabSsSs
Aqidah wahabi begitu kotor dan buruk, dan noda2nya mereka sebarkan ke seluruh kaum muslimin dg pengubahan2 fatwa para ulama2 yg haq di kitab2 buatan mereka. Berhati2lah ketika membaca sebuah ilmu, atau mendengarkan ceramah, atau mendownload kitab dan buku2 islami. karena bisa saja kesucian ilmu sudah di kotori oleh tangan2 mereka. Inilah zaman yang amat sulit mendapatkan kebenaran.
Posting Komentar
Jangan lupa Tulis Saran atau Komentar Anda