News Update :
Home » » Ibn Kathir tentang Tawassul dalam Tafsirnya

Ibn Kathir tentang Tawassul dalam Tafsirnya

Penulis : Bagus Rangin on 30 Maret 2012 | 10.28.00



Ibnu Katsir






ومآ أرسلنا من رسول إلا ليطاع بإذن الله ولو أنهم إذ ظلموا أنفسهم جآءوك فاستغفروا الله واستغفر لهم الرسول لوجدوا الل ه توابا رحيما



Terjemahan: Kami tidak mengutus seorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan kehendak Allah.“Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Qs. An-Nisa`: 64)
lihat scan kitab pada halaman tsbt dan poinnya pada yang di kotak:
---


Ibnu Katsir (hura) mendukung Tawassul dalam tafsir ayat di atas,beliau mentafsirkan:

وقد ذكر جماعة منهم الشيخ أبو منصور الصباغ في كتابه الشامل الحكاية المشهورة عن العتبي قال: كنت جالسا عند قبر النبي صلى الله عليه وسلم فجاء أعرابي فقال: السلام عليك يا رسول الله سمعت الله يقول "ولو أنهم إذ ظلموا أنفسهم جاءوك فاستغفروا الله واستغفر لهم الرسول لوجدوا الله توابا رحيما "وقد جئتك مستغفرا لذنبي مستشفعا بك إلى ربي ثم أنشأ يقول: يا خير من دفنت بالقاع أعظمه فطاب من طيبهن القاع والأكم نفسي الفداء لقبر أنت ساكنه فيه العفاف وفيه الجود والكرم ثم انصرف الأعرابي فغلبتني عيني فرأيت النبي صلى الله عليه وآله وسلم في النوم فقال: يا عتبي الحق الأعرابي فبشره أن الله قد غفر له "


Terjemahan: Jamaah para ulama telah menyatakan tradisi ini,di antaranya adalah syaikh Abu Mansur al-Sabbagh yang menulis dalam kitabnya Al-Shamil Al-Hikayat-ul-mashhurah, daripada  'Utbi,ia berkata: Aku duduk di samping kuburan Nabi, ketika itu seorang Badui datang dan dia berkata:As salamu alaika ya rosulallah, Aku telah mendengar bahwa Allah berfirman:“Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”'sungguh Aku datang kepada enghau supara mensyafaatiku utk meminta pengampunan dosa-dosaku dan aku telah datang kepada Anda untuk tujuan ini. "Lalu ia membacakan syair: "wahai yang paling mulia di antara orang terkubur yang meningkatkan nilai dari dataran dan hillocks! Bolehkah saya mengorbankan hidup saya untuk kuburan yang dibuat berseri oleh Anda, (Nabi,) orang yang adalah (perwujudan sebuah) belas kasihan dan pengampunan. "Kemudian ia mengucapkan syair :
Wahai sebaik-baik manusia yang jasadnya dikuburkan di dalam tanah

Menjadi harumlah tanah dan bukit karenanya

Jiwaku sebagai penebus bagi kubur yang engkau tempati

Di dalamnya ada kesucian, kemurahan, dan kemuliaan

Orang Baduwi itu lantas pergi. Kemudian aku ngantuk dan tertidur. Aku melihat (dalam mimpi) Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Wahai ‘Utbiy, kejarlah orang Arab baduwi itu, dan kabarkanlah kepadanya bahwa Allah telah mengampuni dosa-dosanya” [Ibnu Katsir, Tafsir-ul-Qur'an al-azim Volume 004, No 140 Halaman, Di bawah Ayat 4:64]


Catatan Penting:Terlepas dari pendoifan ulama wahabi terhadap hikayat tsbt apakah dari segi matan atau rowi,yang jelas ulama muhadis dan mufasir jg tdk sembarangan memuat sebuah riwayat,dan Hikayat itu ditampilkan oleh ibnu katsir untuk mengungkapkan Aqidah indah beliau dan beliau telah menyatakan itu diriwayatkan oleh "Jamaah" dan menganggapnya sebagai Hikayat al "Mashur"

Harap dicatat bahwa Ibnu Katsir tdk menyebutnya syirik bahkan beliau menggunakannya sebagai bukti dalam Tafsir-nya yang megah.

Perlu diketahui juga bahwa Banyak ulama yg telah mengutip hikayat di atas dalam bab "Manasik Haji dan mengunjungi makam Nabi (saw) dan mereka telah melakukan Istadlal dari itu dan tak satu pun dari para Imam klasik yg menyebut insiden ini sebagai syirik atau bidah,  ini membuktikan atas segala keraguan,toh Imam Ahlus Sunnah mengkutip sebagai Bukti dan kepercayaan akan bolehnya Tawassul, kalau memang ada sedikit saja syirik dalam praktek tersebut maka mereka tidak akan pernah mengabaikan untuk membantahnya apalagi mengutipnya,apalagi sampai mempopulerkan dgn tanpa sdkt pun memberikan tahdir ketika membawakan hikayat tsbt, justru femahaman mereka tawasul seperti itu adalah perbuatan yang dianjurkan.

DiNuqilkan Oleh : Bagus Rangin ~ Kertajati-Majalengka

pucukpucuk Agan sedang membaca artikel tentang: Ibn Kathir tentang Tawassul dalam Tafsirnya. Silakan agan copy dan paste atau sebarluaskan artikel ini jika dinilai bermanfaat,Ane juga menyediakan buku terjemahan kitab yang membantah wahabi: 1. buku "bid'ah mahmudah dan bid'ah idhafiyah antara pendapat yang membolehkan dan yang melarang" terjemah dari kitab: albid'atul mahmudah wal bid'atul idhafiyah bainal mujiziina wal maniin" karya Syaikh abdul fattah Qudais Al Yafi"i, 2.Terjemah kitab ‘At Tabaruk Bi As Sholihin Baina Al Muzijiin wa Al Maani’in: Mencari Keberkahan Kaum Sholihin Antara Pendapat yang Membolehkan dan yang Melarang, hub admin: hp/WA 0857-5966-1085.syukron :

*** Dapatkan buku terjemah disini ***

Share this article :

Posting Komentar

Jangan lupa Tulis Saran atau Komentar Anda

 
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger