News Update :
Home » » Aqidah Salafy vs ulama Salaf shaleh

Aqidah Salafy vs ulama Salaf shaleh

Penulis : Bagus Rangin on 30 Maret 2012 | 20.50.00




 
    Syaikh. Abul Khayr al Maydani Damaskus, Suriah 
Para ulama salaf yang SHALEH - yaitu, umat Islam yang ada pada tiga abad pertama setelah Hijrah Nabi صلى الله عليه وسلم - mereka menangani nas-nas mutasyabihat dengan cara sebagai berikut: 



mereka tidak memberikan interpretasi dan tidak menentukan salah satu makna dari sekian makna yg bisa diterima dalam kaidah bahasa arab faseh yang memungkinkan dimaksud dari ayat atau hadits mutasyabihat tsbt. 

Ketika Imam Malik, al-Syafi `i, dan lain-lain ditanya tentang penafsiran ayat al-rahman` ala al-'arsy istawa khususnya, dan tentang ayat-ayat yang serupa pada umumnya, mereka selalu mengatakan: "kami menerima ayat-ayat dan hadits sifat sebagaimana datangnya tanpa memberikan makna yang berkaitan dgn kaif/cara dan makna yang ada pada ciptaan atau sejenisnya."Imam Ahmad Ibn Hanbal berkata: "Allah menyebutkan sifat (al-istiwa ') sebagaimana yang Dia maksudkan tentang hal itu, bukan sbgmn yang dibayangkan oleh manusia."
Dari kutipan di atas jelas bahwa salaf termasuk Imam Ahmad, menolak makna yang menyiratkan mode atau cara (kayf) dari "nas-nas tsbt" karena dgn menentukan cara, itu akan menyiratkan kemiripan dengan makhluk. 

Jadi kita melihat bahwa jalan ulama Salaf adalah sekedar ekspresi mengimani dan menerima nas-nas itu tanpa mengatakan maksud dari lafad2 tsbt, dan tanpa penambahan, pengurangan atau memaknai dgn lafad lain sebagai sinonim, dgn menekankan transendensi mutlak bagi sifat Allah dgn menafikan karakteristik makhluk dalam rangka mencegah menyamakan Dia dgn ciptaan-Nya.
Dan tdk ada riwayat dari mereka yng menyatakan bahwa mereka menambahkan istilah: "julus: duduk" atau "secara dzatNya" (biDzatih) pada nas2 yang menunjukkan Allah di atas atau menambahkan istilah "harfiah" (haqiqatan) atau ala dhohiriha: dgn makna dohirnya, maka dgn menambahkan istilah2 tsbt,itu adalah kebohongan atas salaf yg menolak kayf dari Allah swt.
Ketika menyampaikan riwayat dari salaf tentang hal ini, kaum yang menyatakan diri "Salafi" gemar mengutip ungkapan: bila kayf (tidak memberikan-modalitas) , tetapi mereka mengambil femahaman dari kaum mujasimah/ anthropomorphists yang ada pada masa salaf dan menyimpang dari pandangan salaf shaleh seperti femahamn muqotil bin sulaiman dan yang lain2nya , meskipun mereka mengaku mengikuti salaf yang lurus. 
Seperti yang kami katakan sebelumnya, pernyataan mereka adalah mujasimah,mereka beralasan bahwa satu-satunya alternatif utk menentang kepercayaan Jahmi yakni "Allah ada di setiap tempat" adalah dgn mengatakan:"Dia berada di satu tempat saja, di atas aras-Nya" ini hanyalah hujjah palsu utk menolak Dia berada di setiap tempat, karena Allah ada tanpa tempat. Namun keyakinan bahwa Allah ada di tempat,mereka klaim sebagai pendapat salaf. dgn hanya mengambil femahaman dari seseorang yg tinggal di tiga abad pertama, itu tidak berarti bahwa dia mewakili ajaran salaf.
Dan apa yg di yakini oleh salaf itu menjadi jelas dgn melihat pendapat orang2 yang ada setelah masa Salaf dan bertemu dgn salaf, karena mereka tau maksud ucapan salaf tsbt,mereka adalah ulama Khalaf, dan posisi yang benar dari aqidah Ahl al-Sunnah tidak pernah menambahkan istilah :bidzatih"secara dzatNya" atau dgn dohirnya "harfiah" sebab itu adalah menentukan kaifiyat/modalitas  bagi sifat Allah.


Metodologi Khalaf 


Para ulama Khalaf adalah mereka yang datang setelah salaf,mereka adalah generasi penerus dari generasi yang ada di tiga abad pertama Hijriah. Contoh dari metode khalaf dalam menafsirkan ayat:yad Allahi fawqa aydihim (58:10) terjemah hsrfiyah: ". Tangan Allah di atas tangan mereka"  Ulama khalaf biasanya memberikan makna scra eksplisit dari ayat-ayat tersebut Dengan cara yg dapat diterima dari kaidah2 bahasa arab, karena jika tdk begitu di hawatirkan ada orang2 akan menafsirkan dgn makna antropomorfis, yang merupakan bentuk menyamakan Allah dgn ciptaan-Nya (tashbih), dan yang mulai berbicara tentang istilagh "tangan"-Nya secara (haqiqi) harfiah adalah Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim, dan ulama madhab Hanbali yang anthropomorphists dan menyimpang sebagaimana di kecam oleh Ibn al-Jawzi al hambali. 

Dengan demikian,maka para ulama Khalaf menjelaskan yad  Allah (tangan Allah) dalam ayat ini sebagai `ahd Allah, yaitu," Perjanjian Allah. Demikian pula mereka menafsirkan yadayy (dua Allah tangan) dalam ayat lima khalaktu bi yadayy yang secara harafiah "yg saya ciptatdengan dua Tangan" dgn makna pertolonganNya (al-'inayah). 

Para ulama telah menunjukkan bahwa al-yad di antara lugot orang-orang Arab pada masa shahabat juga ada yg di maknai dgn kekuatan (al-quwwa),sbgmn dalam Ayat ini :"Kami telah membangun langit dengan tangan kami" (51:47) dalam kamus besar al-Hafiz al-Zabīdī yg brnama: "Taj al-'Arus" (10:417) bahwa "tangan "bisa berarti" kekuatan. " dan bisa juga berarti kepemilikan (al-mulk) sebagaimana firmanNya:"Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah!" (3:73). dll...

An Nawawi mengatakan dalam syar muslim:, banyak dari Salaf juga yg memberikan interpretasi figuratif(ta'wil) dari "Tangan," Allah, itu terlihat dari penjelasan kata aydin (Tangan) sebagai "kekuatan" di ayat:"Kami telah membangun langit dengan tangan" kami(51:47) Ibnu Jarir al-Tabari mengatakan dalam Tafsir-nya: Ibnu Abbas berkata: "Artinya:. Dengan kekuatan" riwayat dari Mujahid, Qatada, Mansur, Ibnu Zaid dan Sufyan al-Thawri.[ 1 ]

penjelasan Imam al-Ash `ari yg di sampaikan oleh Ibnu Furak . 2 :kami mmenerima ayat-ayat sifat dan tidak menolak sedikit pun dari salah satu Asma Allah yang ada secara ijma konsensus,di sertai keyakinan bahwa kata yad(tangan) bukan berarti organ seperti yang kita tahu, sesuai dengan ayat: "Tidak ada sesuatu yang menyerupai Dia(42:11), 

Ibnu Rajab dalam Dhayl Tabaqat al-hanabila berkata bahwa Ibn al-Fa'us al-Hanbali memberikan arti harfiyah dari hadis :"Dia pernah berkata: Batu Hitam Tangan Kanan Allah secara harfiah (haqiqatan)." 3, maka dalam penjelasan biografi Abu Bakar bin Furak,imam as subki menulis bahwa ia memulai studi kalam (teologi) karena hadits ini"[Tabaqat al-shafi` iyya]. 4


1 Ibnu Jarir al-Tabari, Tafsir 7:27.
2 Abu Bakar bin Furak, Mujarrad Maqalat al-Ash `ari (Beirut, 1987) hal. 44.
3 Ibnu Rajab, Dhayl Tabaqat al-hanabila 7:174-175.
4 al-Subki, Tabaqat al-syafi `iyya 3:53.

SUBHAT DAN BANTAHAN

Salafy berkata: berkata Ath-Tholamnaki dan Ibnu Abdil bariy ijma akan hal itu Berkata Adz-Dzahabi dalam kitabnya Al-‘uluw ,berkata imam Abu Muhammad Bin Abi Zaid Al- Maghribi syaikh malikiyah dalam awal tulisannya yang terkenal dalam madzhab maliki dan sesungguh nya Allah ta’ala diatas arsy-NYA yang mulia dengan dzat-NYA dan ilmu Allah ta’al ada di segala tempat. itu bukti bahwa salaf menambahi kalimat bi dzatih: dgn DzatNya



JAWABAN: Berkata adz zdahabi stlh menyatakan perkataan yahya bin amar :

: ﻗﻮﻟﻚ ” ﺑﺬﺍﺗﻪ
” ﻣﻦ ﻛﻴﺴﻚ
:perkataan engkau: ‘BIDZATIH’ itu dari sakumu ( al uluw:547 )

Dan begitu juga stlh menuqil perkataan ibnu abi jaed almaliki,ad dzahabi berkata:

: ﻭﻗﺪ ﻧﻘﻤﻮﺍ ﻋﻠﻴﻪ

ﻓﻲ ﻗﻮﻟﻪ ” ﺑﺬﺍﺗﻪ ” ﻓﻠﻴﺘﻪ ﺗﺮﻛﻬﺎ

:dan sungguh para ulama menentang ATAS ucpn bidzatih’,selayaknya lafad itu di hilangkan.



MAKAnya kalau membawakan tuqilan jgn stngah2..!

Salafy berkata: dan juga berkata Al-Imam Abul Hasan Al-Kaarjiy As-Syafi’i dalam qosidahny berkata bi dzatih,Qosidah ini tertulis dengan tulisan Al-‘Alamah Taqiyuddin Bin Sholah inilah aqidah ahlussunnah dan ashabul hadits

JAWABAN: imam subki menjelaskan tntg qosidah tsbt:
“: ﺃﻥ ﺍﺑﻦ
ﺍﻟﺼﻼﺡ ﺗﺮﺟﻢ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺮﺟﻞ ،
ﻭ ﺣﻜﻰ ﻛﻼﻡ ﺍﺑﻦ
ﺍﻟﺴﻤﻌﺎﻧﻲ ، ﺇﻻ ﻓﻴﻤﺎ
ﻳﺘﻌﻠﻖ ﺑﻬﺬﻩ ﺍﻟﻘﺼﻴﺪﺓ
ﻓﻠﻢ ﻳﺬﻛﺮﻩ ..”
ibnu solah sdang meNULISKAN BIOGRAFI lelaki tsbt(AL KARJI) dan ia meriwayatkan ucapan imam sam’ani, kecuali pada ucapan yg bersangkutan dgn yang ada dalam qasidah ini,maka beliau tdk menyebutkannya (tobaqot safi’iyah 6/14)

JADI TERNYATA TDK DI SEBUTKAN QOSIDAH ITU OLEH IBNU SHOLAH,KEMUNGKINA QOSIDAH TSBT DI SUSUPKAN OLEH TANGAN2 MUJASIM,APALAGI DGN UCPN DZAHABI DI ATAS,MAKIN JELAS BHW ITU KEDUSTAAN.

Salafy BERKATA:Al-Imam Al-Muqriy Al-Muhaddits abu amr ahmad bin muhammad at-tholamnaki (429H) berkata :”berkata Ahlussunnah dalam firman Allah ta’al), bahwasanya istiwa’ allah diatas arsy-NYA itu berdasarkan hakikat bukan majaz (alibanah :3/136) Dan juga berkata Ath-Tholamnaki dan Ibnu Abdil bariy ijma akan hal itu

JAWABAN:betul itu lafad haqiqat bukan majaz, dan maknanya scra bhsa di ketahui yad;tangan dll dan SALAF tdk mentakwil,tetapi salaf JG tdk memegang dgn makna dohir scra lugot,lht perkataan imam nawawi:

ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ : ﻭﻫﻮ ﻗﻮﻝ ﺟﻤﻬﻮﺭ
ﺍﻟﺴﻠﻒ ﻭﻃﺎﺋﻔﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺘﻜﻠﻤﻴﻦ ،
ﺇﻧﻪ ﻻ ﻳﺘﻜﻠﻢ ﻓﻲ ﺗﺄﻭﻳﻠﻬﺎ ﺑﻞ ﻧﺆﻣﻦ
ﺃﻧﻬﺎ ﺣﻖ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺃﺭﺍﺩ ﺍﻟﻠﻪ ، ﻭﻟﻬﺎ
ﻣﻌﻨﻰ ﻳﻠﻴﻖ ﺑﻬﺎ ﻭﻇﺎﻫﺮﻫﺎ ﻏﻴﺮ
ﻣﺮﺍﺩ ﻫـ . ﺍ ، ﺷﺮﺡ ﺻﺤﻴﺢ ﻣﺴﻠﻢ
:pertama adalah madhab jumhur salaf dan sebsgian mutakalimin, mereka tdk mentakwil, tetapi kami iman bahwa itu haq sebagaimana yg dimaksudkan ALLAH,dan dgn makna yg layak bagi ALLAH, adapun makna dohirnya, itu tdk dimaksudkan (syarah soheh muslim 17/183)

Salafy berkata: apa-apa yang mereka ingkari dari perkataan (ya sakina as- sama’ )telah berkata demikian imam mereka abul hasan asy’ariy,berdalil dengan perkataan ini bahwa Allah berada diatas. dan disebutkan pula bahwa itu adalah qoul seluruh umat islam Al-Ibanah lil asy’ariy (hal 79-103) Dari perkataan diatas kita bisa mengetahui bahwa Allah ta’ala itu berada diatas hambanya dengan dzat-NYA.dan inilah pemahaman salaf,mereka menafikkan ilmu dalam hal kaifiyahnya(tata caranya]

JAWABAN: LAH UNGKAPAN DGN DZATNYA ITU PERKIRAAN MEREKA SAJA,LHT: Ibnu hajar berkata:

” ﻭﻻ ﻳﻠﺰﻡ ﻣﻦ ﻛﻮﻥ ﺟﻬﺘﻲ ﺍﻟﻌﻠﻮ
ﻭﺍﻟﺴﻔﻞ ﻣﺤﺎﻻ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻥ ﻻ
ﻳﻮﺻﻒ ﺑﺎﻟﻌﻠﻮ ﻷﻥ ﻭﺻﻔﻪ ﺑﺎﻟﻌﻠﻮ
ﻣﻦ ﺟﻬﺔ ﺍﻟﻤﻌﻨﻰ ، ﻭﺍﻟﻤﺴﺘﺤﻴﻞ
ﻛﻮﻥ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺟﻬﺔ ﺍﻟﺤﺲ ﻫـ “

tidak mesti adanya 2 arah atas dan bawah itu mustahil bagi ALLAH untuk disifati dgn di atas ,karena sifat allah al uluw (di atas) adalah scra maknawi,dan yg mustahil BAGINYA adalah di atas scra tempat.(fathul bari 6/136)

Wallahu a"lam.......................

DiNuqilkan Oleh : Bagus Rangin ~ Kertajati-Majalengka

pucukpucuk Agan sedang membaca artikel tentang: Aqidah Salafy vs ulama Salaf shaleh. Silakan agan copy dan paste atau sebarluaskan artikel ini jika dinilai bermanfaat,Ane juga menyediakan buku terjemahan kitab yang membantah wahabi: 1. buku "bid'ah mahmudah dan bid'ah idhafiyah antara pendapat yang membolehkan dan yang melarang" terjemah dari kitab: albid'atul mahmudah wal bid'atul idhafiyah bainal mujiziina wal maniin" karya Syaikh abdul fattah Qudais Al Yafi"i, 2.Terjemah kitab ‘At Tabaruk Bi As Sholihin Baina Al Muzijiin wa Al Maani’in: Mencari Keberkahan Kaum Sholihin Antara Pendapat yang Membolehkan dan yang Melarang, hub admin: hp/WA 0857-5966-1085.syukron :

*** Dapatkan buku terjemah disini ***

Share this article :

+ komentar + 1 komentar

2 April 2012 pukul 13.51

Mantaf , , , tpi kok gak ada anak wahaby yg berani membantah

Posting Komentar

Jangan lupa Tulis Saran atau Komentar Anda

 
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger