News Update :
Home » » Itsbat [menetapkan] sifat Allah atau tajsim[menjisimkan] Allah ???

Itsbat [menetapkan] sifat Allah atau tajsim[menjisimkan] Allah ???

Penulis : Bagus Rangin on 1 Februari 2012 | 22.19.00




Aku melihat sebagian saudara kita mensifati Allah swt dengan semayam [julus] dan menetap [istiqror] di atas arasNya dan mereka menetapkan batasan pada Allah, dengan hal itu mereka mengira istbat [menetapkan] sifat2 Allah swt, Dan sebenarnya sikap mereka itu bukanlah hal baru, karena sebelum mereka pun sudah ada yang berkeyakinan seperti itu dari kalangan karomiyah yang menyatakan Allah di atas aras secara dzatNya,dengan femahaman menetap.
  Dan telah melanda faham tasybih ini pada umat islam semenjak kemunculan kaum muktazilah dan di perparah dgn munculnya jahmiyah yang menafikan sifat Dan karena kaum salaf  menetapkannya, maka sebagian orang berlebih2an dalam menetapkan sifat sampai kepada batas tasybih [menyerupakan Allah dgn mahluk/ciptaan], mereka menambahi terhadap apa yang telah di katakan ulama salaf,maka mereka berkata: tidak bisa tidak,kita mesti ijro"i ala dhohiriha: mamberjalankan pada dhohirnya ayat, padahal salaf cuma berkata: ijroiha ala ma jaat: memberjalankan lafad yang datang,bukan ala dohiriha: memberjalankan terhadap makna dohir.!! dan kemudiaan mereka mentafser lafad2 sbgmn datangnya dengan tidak mentakwel dan juga tidak menafikan makna dohir, maka mereka terjatuh pada tasybih murni,maka mereka berbeda dengan apa yang diyakini oleh salaf, Dan salaf dalam masalah sifat khobariyah, terbagi kepada dua kelompok,ada yang mentakwil dengan jalan yang berlaku menurnt lugot arab yang fasih dan sebagian lagi diam dari takwil dgn menyerahkan makna pada Allah.benarlah perkataan Imam Ibnu sholah:

( إمامان ابتلاهما الله بأصحابهما وهما بريئان منهم أحمد بن حنبل ابتلى بالمجسمة وجعفر الصادق ابتلى بالرافضة )
: dua imam yang di uji dengan kejelekan pengikutnya, padahal dua  imam itu terlepas darinya: pertama Imam Ahmad bin hambal di uji dengan pengikutnya yang mujassimah dan kedua Imam Jafar Asshodieq di uji dengan pengikutnya yang rofidoh.

Dan yang soheh dalam masalah ini adalah femahaman Ahlussunnah yang berkeyakinan "Allah ada dan tidak ada tempat/ciptaan sebelum Dia mencipta tempat, kemudian mencipta tempat dan Dia tidak butuh kepadanya, Dia tetap dalam keadaanNya setelah mencipta tempat, tidak berobah dari keadaan sebelum mencipta tempat": Allah ada tanpa tempat", dan tidak di katakan Dia ada di setiap tempat sebagaiman perkataan jahmiyah,,dan juga tidak di setiap tempat dengan tidak menempat dan berarah sebagaimana ucapan an nijariyah,dan arasy bukanlah tempat baginya,tidak semayam di atasnya, istawanya sebagaimana yang Dia katakan,bukan sebagaimana yang terlintas/terbayang di hati',Dan tidak lazim dgn adanya arah atas dan bawah, mustahil bagi Allah untuk di sifati dengan arah  atas,karena mensifati Allah dgn di atas itu secara maknawi,bukan secara hissi/fisik,dan yang mistahil adalah mensifati Allah dgn di atas scra hissi.Allah di atas langit dengan tanpa arah karena Allah  di sucikan dari menampat,tetapi karena arah atas lebih utama dari arah lainnya,maka di nisbatkanlah arah tsbt kepadaNya yang merupakan isarah atas kemuliaan dan keutamaanNya.
Allah swt di atas langit di atas arasNya dengan ketiinggian yang tidak menjadikanNya lebih dekat atau lebih jauh dari aras dan langitAya,dan di antara makna tinggi bagi Allah adalah tinggi status,sebagaimana perkataan:الخليفة فوق السلطان والسلطان فوق الأمير : khalifah di atas gurbernur dan gurbernur di atas bupati,dansesungguhnya di atas secara maknawi/status itu merupakan hal yang umum dalam perkataan arab dan juga tertera dalam Al Quran,mitsalnya ayat: ولا تهنوا ولا تحزنوا وأنتم الأعلون ; Dan janganlah engkau merasa hina dan jgn pula merasa sedih dan kalianlah orang orang yg tinggi",dan ayat: إن فرعون علا في الأرض ; Dan sungguh firaun tinggi di muka bumi",dan ayat-ayat yang lainnya.

subhat dan bantahan

Mereka yang menetapkan Allah di atas langit secara tempat berhujjah dengan peristiwa mi"raj bahwa Rasul saw di bawa ke atas langit untuk bertamu pada Allah, maka jawabannya: itu bukanlah hujjah bahwa Allah ada di atas langit karena: pertama tidak ada bukti nas bahwa Rasul saw mi"raj ke langit utk menemui Allah,ke dua 'jika miraj dgn naiknya nabi ke langit di jadikan bukti Allah di langit,maka ayat yang dohirnya menunjukan tempat bagi Allah itu banyak, Musa AS mendengar kalam Allah di thursina dan Allah yang menyuruhnya ke sana,apakah ini membuktikan bahwa Allah ada di bumi yakni di gunung thur??,Dan Allah berfirman tentang qisah Nabi Ibrahim : إني مهاجر إلى ربي : sungguh aku akan hijrah pada robbku,dn waktu itu Nabi Ibrahim pergi ke syam,apakah ini menunjukan Allah ada di syam??,adapun firman Allah dalam qisah miraj : ثم دنا فتدلى : kemudian mendekat dan.....," itu adalah dekat kemuliaan bukan dekat bersandingan" sama sebagaimana dalam ayat: واسجد واقترب : bersujudlah dan mendekatlah"'

kemudian mereka berkata: Resulullah ketika miraj bertemu dengan Allah dan melihatnya utk menerima perintah shalat,berarti Allah menempat di sana....., maka jawabannya: Tempat bukan  untuk yang di lihat [Allah], tetapi tempat hanyalah untuk yang melihat [Rasul] yang mana beliau melihat dari tempat itu dan ketika itu, tidak di lihat dari tempat lain, Dan melihat Allah bisa terjadi dengan di bukakan hijab oleh Allah, maka di mana pun bisa terjadi ketika Allah menghendaki, sebagaimana Allah akan di lihat di surga dgn mata kepala kita,itu terjadi dengan tanpa bagaimana dan tanpa terbatas, tidak seperti ciptaanya, tidak dalam tempat dan arah, dan tidak dgn adanya jarak antara kita dgn Allah, hanya Allah yang mengetahui hal itu, dan setelah melihat Allah  kemhdian hijab di tutup kembali, kita tdk bisa membayangkan bagaimanaNya.
Dan ada pun mengangkat tangan ke atas ketika berdoa, itu karena langit adalah qiblat doa dan tempat turunnya hujan,berkah dan kebaikan,juga tempat malaikat yang di suruh Allah mengatur segala urusan mahluq,Allah berfirman: وفي السماء رزقكم وما توعدون : dan di langitlah rizqi kalian dan apa2 yang di janjikan". jika mereka berkata: Menafikan tempat dari sesuatu yang ada itu sama dengan menafikan keberadaanya karena mustahil ada tanpa menempat...
Maka jawabannya: sesuatu yang ada itu terbagi dua: pertama yang Ada dan tidak terjangkau oleh sangkaan  juga oleh fikiran dan bayangan, ke dua yang ada dan terjangkau oleh semua hal tadi, maka yang pertama terhindar dari tempat, dan Allah tidak terjangkau dgn semua itu harena bukan jisim? fisik ,maka sah adanya Allah tanpa tempat.

Penyempurna

Di sini saya akan bawakan hadis hadis yahg soheh yang berlawanan dengan hadis2 yang di namai oleh mujassimah dengan hadis al uluw:di atas: Dari Abdullah bin Umar RA,bahwa Rasul sak bersabda:   إذا كان أحدكم يصلي فلا يبصق قبل وجهه فإن الله قبل وجهه إذا صلى ). رواه البخاري ومسلم

“Jika seorang dari kamu shalat maka janganlah ia meludah di arah wajahnya, sebab sesungguhnya Allah berada di sisi wajahnya jika ia shalat [ Shahih Bukhari.1/509 dan Shahih Muslim,1/388]

 jika mereka berkata : apakah Allah tidak berfirman:  الرحمن على العرش استوى: Allah yang maha Rahman istawa di atas arasnya",kita wajib memegang makna dohirnya....!!,
maka kita katakan : Allah juga berfirman:  وهو معكم أينما كنتم: Dan Dia bersama kalian di manapun kalian berada",dan juga : ألا إنه بكل شىء محيط: ingatlah Dia meliputi segala sesuatu, maka kita pun wajib memegang makna dohirnya ayat ayat tsbt sehingga Dia ada di atas arasy juga ada beserta kita, dan juga meliputi alam dgn dzatnya",jika mereka berkata:  وهو معكم أينما كنتم: Dan Dia bersama kalian di manapun kalian berada" maksudnya adalah ilmunya, : ألا إنه بكل شىء محيط: ingatlah Dia meliputi segala sesuatu" maksudnya meliputi dgn ilmunya...!!, kita katakan:   الرحمن على العرش استوى: Allah yang maha Rahman istawa di atas arasnya" yakni menguasai dan menjaganya.
Dan imam Malik rh berkata: الاستواء معلوم والكيف مجهول :estiwa di ketahui dan kaefiyatnya majhul; tdk di ketahui"dan dalam riwayat lain : الاستواءُ معلومٌ ولا يقالُ كيفٌ والكيفُ غيرُ معقولٍ: istiwa di ketahui dan jangan di katakan padanya kaef, dan kaefiyatnya tidak tercapai aqal" maka sifat Allah tdk bisa di kaefiyatkan : di tanyakan bagaimana" oleh sebab itu ulama menafikam semua jenis kaef dgn ungkapan: Bila Kaef: tanpa bagaimana".,
mujahid berkata: ثم استوى على العرش: maknamya adalah علا عليه: meninggi ke atasnya",apakah itu maksudnya tinggi secara tempat??, yakni sebelum ada aras , Allah tidak tinggi di atasnya? jika begitu maka  sebelum ada aras , Allah tidak di sifati dgn maha tinggi,, dgn hal itu berarti sifat maha tinggi Allah ada permulaanya ,ini adalah batil, karena sifat-sifat Allah tidak ada permulaan [qodim]

DiNuqilkan Oleh : Bagus Rangin ~ Kertajati-Majalengka

pucukpucuk Agan sedang membaca artikel tentang: Itsbat [menetapkan] sifat Allah atau tajsim[menjisimkan] Allah ???. Silakan agan copy dan paste atau sebarluaskan artikel ini jika dinilai bermanfaat,Ane juga menyediakan buku terjemahan kitab yang membantah wahabi: 1. buku "bid'ah mahmudah dan bid'ah idhafiyah antara pendapat yang membolehkan dan yang melarang" terjemah dari kitab: albid'atul mahmudah wal bid'atul idhafiyah bainal mujiziina wal maniin" karya Syaikh abdul fattah Qudais Al Yafi"i, 2.Terjemah kitab ‘At Tabaruk Bi As Sholihin Baina Al Muzijiin wa Al Maani’in: Mencari Keberkahan Kaum Sholihin Antara Pendapat yang Membolehkan dan yang Melarang, hub admin: hp/WA 0857-5966-1085.syukron :

*** Dapatkan buku terjemah disini ***

Share this article :

+ komentar + 1 komentar

3 Februari 2012 pukul 01.29

mantab gus :-]

Posting Komentar

Jangan lupa Tulis Saran atau Komentar Anda

 
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger