News Update :
Home » » Allah tidak dalam waktu [tercakup waktu]

Allah tidak dalam waktu [tercakup waktu]

Penulis : Bagus Rangin on 14 Februari 2012 | 11.37.00




 Syaikh Abdal-Majid Amin [sudan ]

Berawal dari menyerupakan Sang Pencipta dengan ciptaan, Lagi-lagi wahabi kembali ke  dasar keyakinan mereka terhadap Sang Pencipta yaitu bahwa Allah adalah sesuatu yang terbatas pada tempat (yaitu jisim/fisik) dan terkena perubahan dari waktu ke waktu. Mereka memahami realitas Allah dengan berdasarkan pada kesimpulan dari  imajinasi dan gambaran keberadaan mereka sendiri [mahluk]. Itu sebabnya, 'misalnya' mereka meyakini bahwa kehendak-Nya adalah serangkaian kehendak yang berubah dan berbeda dari waktu ke waktu, sama seperti kenendak kita. bahkan Sekarang mereka menjadikan Pengetahuan-Nya yang sempurna  sebagai sasaran serangan kesesatan mereka. Mereka berpendapat sebagaimana di atas yakni pengetahuanNya berubah dari waktu ke waktu, karena mereka tidak bisa membayangkan pengetahuan Allah yang sempurna tidak terlingkup waktu, dan mereka berpikir terhadap pengetahuan Allah dgn realitas yang terbatas pada apa yang bisa mereka bayangkan . Hal ini karena mereka mendasarkan argumen mereka pada imajinasi mereka terhadap apa yang telah mereka ketahui dgn indra dari ciptaan yang ada di sekitar mereka,shgg membuat begitu banyak kesalahan. 



Tidak bisa membayangkan sesuatu tidak berarti hal itu tidak benar


Tidaklah cukup dengan mengatakan: "Saya tidak bisa membayangkan sesuatu itu, sehingga  hal itu tidak mungkin benar," atau bahkan "Saya tidak bisa memahaminya sehingga itu tidak  benar." Bahkan dalam ilmu mempelajari ciptaan, terutama fisika, fakta-fakta dan konsep  berbicara tentang intuitif sangat kontra dan asing bagi pikiran dan pengetahuan  kita bahwa  semua itu tidak bisa dibayangkan. Itulah sebabnya mereka bergantung pada matematika kompleks untuk mengungkapkan teori mereka sebagai gantinya. Jadi, jika konsep-konsep dalam fisika tidak dapat dikonseptualisasikan dalam pikiran, apalagi kasus untuk Pencipta dan  sifat2-Nya???


Setiap aspek dari hal yang dicipta atau makhluk memiliki awal permulaan, karena aspek itu tidak ada yang kekal. Demikian juga segala sesuatu yang memiliki awal permulaan mesti memiliki pencipta, karena harus dibawa menjadi ada, Ini berarti bahwa Allah bukanlah sesuatu yang dapat di bayangkan, tidak-dzatNya dan juga sifat-Nya, karena imajinasi  kita didasarkan pada apa yang  kita lihat dan kita temui dgn indra yaitu hal-hal yang ada di sekitar kita yang memiliki awal permulaan, hal-hal yang  mungkin  berakhir dgn ketiadaan .


Berdasarkan hal itu, para ulama mengajarkan suatu konsep aturan bahwa "apa pun yang dapat di bayangkan dalam pikiran, maka Allah tidaklah seperti itu." Demikian pula, sepupu Nabi Muhammad SAW dan pendamping BELIAU yang terkenal yaitu Ibnu Abbas berkata : "Renungkanlah tentang ciptaan, dan janganlah merenungkan tentang  dzat Allah "(Fathu-l-Baariy 13/383). Beliau mengatakan hal ini karena kebiasaan manusia adalah menarik analogi antara Pencipta dgn apa yang terlihat dari ciptaan, yang merupakan penyebab kekafiran. Ini bertentangan dengan keyakinan kita kepada ke-Esa-an Allah ,karena  itu adalah keyakinan sesat bahwa Allah memiliki kesamaan dalam beberapa aspek dgn ciptaannya. Hal ini juga bertentangan dengan ayat Alquran " tidak ada sesuatu yang menyerupai Dia."


Dengan demikian, Imam AT-Ţaĥaawiyy  menyatakan dalam kitab-nya: "Barangsiapa yang  mengaitkan kpd Allah sifat yang memiliki makna-makna yang berlaku pada manusia maka ia telah kafir." Perhatikan kategori  dari beberapa"makna yang berlaku pada manusia",   Misalnya memiliki arah, tubuh, berubah atau sejenisnya. Perhatikan juga bahwa ia menyatakan "yang memiliki makna yang berlaku", dan bukan " memiliki kalimat yang berlaku," karena yang penting adalah arti makna kalimat, bukanlah kalimat itu sendiri. Akibatnya, jika seseorang berkata "Allah bukan jisim/tubuh," namun ia percaya bahwa Allah adalah sesuatu ada di suatu tempat, maka ia telah menyimpang, karena ia percaya bahwa Allah memiliki hubungan dengan makna jisim/tubuh yakni bertempat.


Apakah Wahhabi berpegang pada penyimpulan dari para ulama di atas?, mereka akan menolak argumen yang disajikan di atas dan mereka tetap tegas megklaim beraqidah sunni. Apa yang di katakan At thahawi adalah aqidah mayoritas umat Islam, karena mereka tahu bahwa mereka tidak dapat membayangkan Allah atau  sifat-Nya. Sebaliknya, kaum Wahhabi berawal dari kecenderungan mereka terhadaf femalaman jisim, mereka memutuskan untuk menyajikan argumen berdasarkan gagasan bahwa "apa yang terdapat pada ciptaan itu bisa terdapat pada Sang Pencipta."


Karena bagi kami kaum Sunni, tidak menyamakan Allah dengan ciptaan-Nya, dan kita tidak menarik analogi Pencipta dgn hal2 yang kita temui dgn indra dari ciptaan-Nya. Kami yakin bahwa Allah tidak dalam kerangka waktu dan tempat, tidak  seperti  aqidah Wahhabi,maka Pengetahuan Allah bukanlah seperti jenis pengetahuan kita, sehingga pegetahuannya tidak dibatasi dan terlingkup oleh waktu, Tidak ada ciptaan dapat sepenuhnya mengetahui realitas Allah atau  sifat-Nya. Adapun waktu adalah sesuatu yang kita terjebak melewatinya sehingga fungsi dari realitas keberadaan kita selalu di bawah perubahan yang konstan dan pembaharuan relatif dari semua hal lain di ruang angkasa. Allah tidak mengalami perubahan atau pembaharuan, tidak pula berada di tempat, sehingga sangat masuk akal untuk menarik analogi ketidak samaan antara diri kita atau pengetahuan kita dan dzat Allah juga Pengetahuan-Nya.


 "Fakta  waktu dan jam"


Yang membuat bingung wahabi adalah misal jam 1:27 ini adalah satu situasi waktu dan tempat, dan pada pukul 1:28 itu sudah di situasi waktu dan kondisi lain sebagaimana yang di  ukur oleh posisi matahari terhadap bumi,  Hal ini karena waktu adalah ukuran  pembaharuan atau perubahan oleh pembaharuan atau perubahan sesuatu yang lain Misalnya, hari diukur berdasarkan perubahan posisi matahari atau bulan. Jika matahari terbit diikuti oleh matahari terbenam maka itu dikatakan satu hari atau sehari telah berlalu, dan jika ini terjadi tujuh kali, maka kita mengatakan bahwa seminggu telah berlalu dan seterusnya. Elemen dan tubuh kita berada dalam keadaan konstan pembaharuan, karena setiap saat keberadaan mahluk itu hanya kemungkinan,  kita tidak tahu dengan pasti  dan mutlak apakah kita [ciptaan] akan ada di saat berikutnya atau tidak,oleh sebab itu,mahluk selalu dalam keadaan pembaharuan eksistensi. Itu sebabnya konsep waktu selalu berlaku untuk  mahluk, mereka semua tidak bisa melepaskan diri darinya selama mereka ada, Ini adalah arti melewati waktu,maka  Allah tidaklah begitu yakni tidak terlingkup atau berada dalam kerangka waktu, karena keberadaan Allah adalah suatu keharusan 'wajibul wujud',   yakni tidak mungkin Dia tidak ada, Dengan kata lain keberadaan-Nya tidak dalam waktu, karena keberadaan-Nya tidak terkena pembaharuan,maka Dia tidak terukur dalam hal waktu, karena waktu adalah ukuran perubahan atau perpanjangan relatif antara dua hal [awal-akhir], dan Allah tidak dikaitkan dengan perubahan atau pembaharuan, Dia adalah Pencipta waktu, karena waktu adalah sesuatu selain Allah, Allah berfirman dalam Kitab-Nya: Dia menciptakan segala sesuatu [qs az zumar 62] .),dalam misal di atas wahabi berpikir bahwa Allah juga berada di situasi atau waktu di 13:27 dan kemudian berada di 1:28 dst, Hal ini tidak begitu, karena Allah tidak dalam "situasi," sebagaimana Dia tidak  berada di tempat [menempat] dan juga tidak dalam waktu, maka Tidak berlaku kepada-Nya pertanyaan,:"kapan?"  maka jelaslah bahwa Allah tdk dalam waktu, seperti yang akan kita buktikan di bawah ini..........!!


Bentuk masa lalu adalah ekspresi yang mengacu pada situasi relatif sebelum itu antara makhluk satu sama lain, Jadi ketika seseorang mengatakan "jam 12:00 siang sudah lewat," berarti dia ia sudah melewati keadaan ruang dan perubahan yang relatif dan juga pembaharuan kreasi lainnya. Allah tidak melewati situasi relatif, karena Dia tidak menempat dan tidak berubah dan tidak mengalami pembaharuan. Sedangkan waktu sekarang, memang benar bagi saya ketika jam 1:27 bahwa itu adalah di 1:27, tapi ini hanya nama waktu untuk posisi relatif saya  yang berubah dari situasi ruang dan waktu sebelumnya, dan begitu juga semua ciptaan, Allah tidak  menempat dan tidak berubah atau dalam perpanjangan waktu, sehingga pengetahuan-Nya tidak di waktu yang relatif, Allah mengetahui segala sesuatu setiap saat,tanpa  Dia berada dalam waktu. Pengetahuannya tentang waktu adalah tanpa akhir  dan awal, atau perubahan dan perpanjangan.


Allah tahu semua hubungan ini, karena Dia menciptakan semua itu, Dia tahu dengan satu pengetahuan, dan pengetahuannya tanpa awal dan tanpa akhir, karena sifat ilmuNya tidak dibawa ke dalam keberadaan [di adakan/di cipta],  karena Dia tdk membutuhkan seorang pencipta. Bahkan Allah menciptakan persepsi " jam/waktu," sehingga Dia tahu "sekarang 1:27", untuk ciptaanNya yang mana itu adalah perubahan waktu, ruang dan relatif atau pembaharuan bagi kehidupan. Dia tahu semua itu dan pengetahuan-Nya  tanpa memiliki masa depan, masa lalu atau sekarang, karena DIa yang menciptakan waktu/masa. Dia tahu dengan sempurna karena Dia yang menciptakan setiap aspek tsbt, tidak seperti ciptaan, makhluk sekarang hanya memiliki pengetahuan dengan persepsi terbatas yang Allah ciptakan di dalamnya.


 Tidak mungkin  Allah  berada dalam waktu


orang2 yang menyimpang berpikir bahwa pengetahuan Allah adalah sesuatu yang dapat  berubah dari waktu ke waktu, sehingga konsep masa lalu, sekarang dan masa depan berlaku untuk pengetahuanNya,shgg mereka meyakini bahwa pengetahuanNya di masa lalu berbeda dgn masa sekarang atau masa yang akan datang. Itu tidak benar, karena keberadaan Allah itu bukanlah hal yang mungkin , tetapi eksistensiNya bersifat diperlukan (Waajibu-l-Wujuud). Untuk lebih jelas: sesuatu yang ada itu terbagi dua ; ada yang mungkin keberadaannya, dan ada yang diperlukan KEBERADAANNYA,dan Tidak ada yang ketiga dalam hal ini,maka sesuatu Yang mungkin ada pasti menerima  ketiadaan, sedangkan yang keberadaannya diperlukan itu tidak mgkn menerima ketiadaan. Allah itu selalu ada, dan segala sesuatu selainNya adalah mungkin adanya, dan apapun yang mungkin dalam keberadaannya itu perlu kpd sesuatu selain dirinya untuk ada. 


Jika keberadaan Allah  ada dalam periode waktu dan berubah dari situasi waktu ke waktu, maka  keberadaannya Nya berada dalam keadaan pembaharuan dari saat ke saat, dan apapun yang baru yakni menerima pembaharuan itu tidak selalu ada, melainkan hanya mungkin ada di saat berikutnya, yaitu mungkin tiada setelah ada . Dengan kata lain, pembaharuan eksistensi tidak berlaku untuk sesuatu yang selalu ada dan diperlukan keberadaanya, maka oleh karena itu,Allah tidak memerlukan dan tdk terkena pembaharuan.  jika  memerlukan pembaharuan, maka tidak akan selalu ada [wajibul wujud].  oleh sebab itu  eksistensi Allah tidak dalam saat-saat/waktu .


Cara lain untuk mengetahui hal ini adalah jika keberadaan Allah itu ada dalam saat-saat waktu, maka Dia memiliki awal, dan kita tidak percaya bahwa Dia memiliki awal permulaan. Dan jika keberadaannya ada dalam waktu dgn tanpa awal, maka ini berarti telah berlalu jumlah saat/waktu tak terbatas sebelum dunia ada, Jumlah waktu tak terbatas ke belakang itu tidak bisa di lewati  oleh penciptaan dunia yang sekarang kita jalani, karena saat/waktu tak terbatas kebelakang tidak dapat di selesaikan. Oleh karena itu dengan jumlah tak terbatas atau tak terhingga ke masa lampau itu tidak akan pernah selesai, dan ternyata dunia ada, maka benar lah bahwa keberadaan Allah itu tidak dalam waktu. Dengan demikian sifat2Nya tidak mengalami pembaharuan. 


Pengetahuan kita adalah suatu pengetahuan yang diperbarui seiring berjalannya waktu, sehingga pengetahuan kita yang ada pada 1:27 berbeda dari pengetahuan di 1:28, ini adalah berubah, dan karena itu ilmu/pengetahuan kita  bukanlah sesuatu yang wajib ada [wajib alwujud], dan karena itu eksistensi pengetahuan kita ada dalam waktu.


waktu adalah sesuatu yang mungkin adanya, karena merupakan bagian (saat) setelah satu sama lain berurutan, dan bagian-bagian ini pasti tidak kekal. Seluruh waktu yang ada setelahnya tergantung pada bagian sebelumnya, dan apapun yang tergantung pada sesuatu yang mungkin pasti ia pun mungkin adanya. Dengan demikian Sang Pencipta tidak bisa dalam waktu, Realitas ini bukanlah sesuatu yang dapat di fahami oleh fikiran , karena apa pun yang ada dalam pikiran adalah situasi waktu.  bagaimanapun,  kita tidak mampu memalaminya, karena pikiran tidak dapat mencakup apa yang tak terhingga.


Sekarang kita kembali ke titik bahwa realitas keberadaan Allah adalah tidak dipahami oleh manusia, Sebuah indikasi dari fakta adalah bahwa manusia tidak bisa mengkonseptualisasikan sesuatu kecuali hal yang dapat di lihat dan di rasakan dalam perasaan batinnya, seperti rasa sakit dan kesenangan, atau input dari indera-nya, seperti cahaya, warna, bentuk, suara , rasa, bau, suhu dan kelembutan. Sesuatu di luar itu sulit bagi manusia untuk mengkonsepnya. Karena realitas Allah itu tidak seperti apa yang kita rasakan melalui indera kita,maka kita tidak mampu untuk menkonsep-Nya.


Namun dgn indikasi yang tdk dimengerti ini, maka kita tahu tentang Dia adalah bukan jisim/badan, atau partikel dll Bahkan fakta yang paling jelas kita tahu adalah: "Dia Pencipta dunia," dan karena itu Ia ada sebelum semesta ada. Namun kita tidak dapat mengetahui realitas ini, karena tidak dalam waktu.


Asal usul titik-keraguan yang di sebarkan oleh wahabi adalah pemikirannya bahwa Allah melewati waktu, seperti  ciptaan. Jadi mereka berpikir bahwa hubungan waktu"sekarang" untuk Allah adalah sama dengan hubungan "waktu sekarang" untuk kita ciptaanNya. Pemikiran mereka ini berasal dari kegagalannya dalam memahami waktu dengan benar, dan kegagalan untuk membedakan antara Pencipta dan yang diciptakan. Jika ia benar-benar berusaha untuk mendapatkan kebenaran, ia akan memecahkan masalah ini dengan mendefinisikan waktu dengan benar. Atau, ia bisa mempercayai firman Allah tentang diri-Nya:

وخلق كل شيء وهو بكل شيء عليم [الأنعام: 101]

Artinya: "Dia menciptakan segala sesuatu, dan Dia mengetahui segala sesuatu [al an'am 101]"


Setelah jelas hal itu, maka waktu  adalah sesuatu selain Allah, maka Dia lah Pencipta waktu, dan Dia tidak melewati waktu atau dalam waktu............!!!

DiNuqilkan Oleh : Bagus Rangin ~ Kertajati-Majalengka

pucukpucuk Agan sedang membaca artikel tentang: Allah tidak dalam waktu [tercakup waktu]. Silakan agan copy dan paste atau sebarluaskan artikel ini jika dinilai bermanfaat,Ane juga menyediakan buku terjemahan kitab yang membantah wahabi: 1. buku "bid'ah mahmudah dan bid'ah idhafiyah antara pendapat yang membolehkan dan yang melarang" terjemah dari kitab: albid'atul mahmudah wal bid'atul idhafiyah bainal mujiziina wal maniin" karya Syaikh abdul fattah Qudais Al Yafi"i, 2.Terjemah kitab ‘At Tabaruk Bi As Sholihin Baina Al Muzijiin wa Al Maani’in: Mencari Keberkahan Kaum Sholihin Antara Pendapat yang Membolehkan dan yang Melarang, hub admin: hp/WA 0857-5966-1085.syukron :

*** Dapatkan buku terjemah disini ***

Share this article :

+ komentar + 1 komentar

3 Februari 2014 pukul 09.02

SubhanALLAH,Ma Syaa ALLAH,sungguh indah ciptaan-Nya.

Posting Komentar

Jangan lupa Tulis Saran atau Komentar Anda

 
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger