Qadariyah [yang menafikan taqdir Allah secara mutlak] berkata: "Jika Anda mengatakan bahwa tidak ada sesuatu/peristiwa apa pun selain Allah yang menyebabkan adanya sesuatu yang lain, maka tidak ada kebutuhan dan tidak perlu untuk berbuat baik, karena perbuatan baik tidak menjadikan baik dan juga pengampunan dari Allah.
Respon Sunni: Hanya Allah yang menjadikan apa-pun menjadi ada, karena ini adalah definisi menciptakan, dan Allah adalah satu-satunya pencipta.Tidak ada sesuatu yang mempengaruhi Allah, karena Dia tidak memiliki kebutuhan apa pun.Bagaimana bisa seseorang menganggap diri mereka bisa benar-benar mempengaruhi Pencipta dunia ini. Subhan-Allah.
Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda: ". Perbuatan/amalan Anda tidak akan menempatkan Anda ke surga" lalu Mereka[sahabat] bertanya: "Apakah Anda juga seperti itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: " Ya, bagi saya juga, kecuali Allah menutupi saya dengan kasih karunia dan rahmatNya "(Sahih Al-Bukhaariy No 5349, 5/2147;` Umdat al-qaari 21/227).
Artinya bahwa Allah tidak wajib untuk melakukan sesuatu, dan bahwa perbuatan Anda tidak mempengaruhi Allah atau apa pun,tetapi ini bukan berarti bahwa Anda tidak perlu melakukan apapun. tetapi bahwa jika Anda tidak melakukan sesuatu kebaikan, maka hal ini menunjukkan bahwa Allah tidak menghendaki baik untuk Anda, dan ini adalah tanda bahwa Anda sedang menuju kerugian di alam akhirat. At-Tahaawi menyatakan: "Perbuatan ciptaan diciptakan oleh Allah dan sesuai dengan kehendak penciptaannya." Allah berfirman dalam Quran:
"وكان أمر الله قدرا مقدورا"
Artinya: " Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku. (Qs. Al-Ahzab : 38).
Ini berarti bahwa segala sesuatu, telah ditetapkan dan dibuat persis sebagaimana semua itu di adakan oleh Allah. Untuk menjelaskan lebih lanjut:
"والله خلقكم وما تعملون"
Artinya: "Allah menciptakan kalian dan apa yang kalian lakukan." (As-Saaffaat. 96)
Kebenaran ayat ini dapat dilihat dengan melihat diti sendiri. Sebagai contoh, mengambil contoh tindakan sederhana seperti berdiri. Tindakan sederhana ini membutuhkan kontraksi dan koordinasi jutaan saraf juga otot melalui sinyal dari otak, bahkan kita tidak menyadarinya. Hal berdiri ini sebenarnya sesuatu yang sangat kompleks dan terkoordinasi dengan tepat.Oleh karena itu pasti berada di bawah kendali seseorang dengan kehendak untuk menentukan peristiwa yang kompleks ini, dan hal tersebut tidak lain adalah Allah.
Itu semua bukan berarti bahwa kita tidak punya pilihan utk berbuat, pilihan yang kita anggap sebagai pilihan, kemampuan yang dirasakan untuk memilih salah satu dari tindakan tindakan, dan akhirnya kita menetukan pilihan atas apa yang akan kita lakukan,s emua itu diciptakan oleh Allah. Dengan kata lain, kita melakukan pilihan pilihan, tetapi Allah menciptakan semua yang di sebutkan tadi. Hal ini berbeda dengan tindakan yang tidak disengaja, seperti menggigil,kesemutan dll, Dalam hal ini kita tidak punya pilihan, bahkan kita tidak melakukannya. Pertanggungjawaban kita atas semua perbuatan kita adalah perbuatan yang kita lakukan dengan pilihan yang kita buat. Kita tidak bertanggung jawab atas tindakan yang tidak disengaja, seperti menggigil tadi.
Sehubungan dengan fakta di atas bahwa semua yang ada adalah dengan kehendak Allah dan allah Menciptakan proses tersebut, maka ada perlunya kita ceritakan perdebatan antara Al-Qadhi Abdul Jabbaar dari sekte Mutazilah, dan Imam besar Sunni pada waktu itu yaitu Abu Ishaq Al-Isfaraayiini (418 h.) Ketika keduanya bertemu, Abdul Jabbaar berkata;" Maha Suci Allah yang tidak pernah membuat keburukan/kejahatan "(ini adalah ekspresi dari pendapatnya, yang dia maksudkan adalah bahwa Allah tidak menciptakan kejahatan,dalam rangka menyindir abu ishaq yang bermadhab sunni asyariyah, Ini adalah pendapat sesat muktazilah, karena Muslim mesti percaya bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an bahwa Dia menciptakan segala sesuatu, dan bahwa tidak ada gerak dan diam apa pun kecuali oleh kehendak-Nya.)
Imam Al-Isfaraayini (418 AH) menyadari apa yang tersirat dari perkataan Abd jabbar dan menjawab: "Maha Suci Allah, yang tidak terjadi sesuatu apa pun kecuali dengan kekuasaan-Nya dan kehendak-Nya." Mu tazili tadi kemudian berupaya menjawab dengan cara lain dan berkata," Apakah Tuhan kita ingin di ma'siyati /di langgar ",lalu Al-Isfaraayini cepat menjawab," Apakah DIA terpaksa dengan kehendak-Nya untuk di ma'siyati/dilanggar oleh mahlukNya? Kalau begitu berarti Allah bisa kalah oleh mahlukNya karena terpaksa", Setelah itu` Abdul Jabbaar mencoba lagi untuk mengalahkan hujah lawannya dan berkata: "Jika Tuhan menjadikan saya sesat yakni tidak memberi hidayah pada saya, lalu memasukan ke neraka, apakah itu suatu hal yang adil? dan apakah dengan itu dia berbuat baik atau jahat pada saya?? "Al-Isfaraayini dengan tenang menjawab dengan senjata yang jitu:" Jika Dia tidak memberi dengan sesuatu yang merupakan milik anda , maka itu tidak adil dan merupakan kejahatan, tetapi jika DIA tidak memberi kepada anda dengan sesuatu yang merupakan milikiNya, maka itu bukanlah kejahatn dan ketidak adilan,DIA berhak berbuat apa yang Dia kehendaki. "` maka Abdul Jabbaar terdiam, dan tidak bisa menjawab lagi. Setelah kita tau semua hal itu, maka ketahuilah bahwa Allah adalah sebenar benarnya pemilik dari semua ciptaan. (Tabaqaat-al-Syafi'i iyyat-al-Kubra 4 /261-262.).
Akhirnya, sebelum seseorang membahas lebih lanjut tentang ini, kita harus ingat bahwa Allah berfirman:
لا يسأل عما يفعل وهم يسألون
Artinya: Dia tidak ditanya tentang apa yang Dia lakukan atas ciptaanNya, tetapi ciptaan di tanya dari apa yg dilakukannya." (Al-Anbiya, 23).
Qadari berkata lagi: Dengan segala hormat untuk kebesaran Al-Isfaraayiini, sebenarnya ada perbedaan antara adil secara hukum dan adil secara moral. Secara hukum, Allah telah menciptakan semua itu, dan itu adalah milik-Nya dan bebas untuk melakukan apa pun yang Ia inginkan. tetapi Secara moral, bagaimanapun itu adalah berbeda.
Respon Sunni: Jawabannya adalah walau pun Anda menyebutnya adil secara hukum atau secara moral, kenyataannya tetap bahwa Allah tidak mempunyai dzat lain yang menjadi hakimNya. Allah tidak tunduk pada moral maupun hukum, karena Dia tidak memiliki hakim. Abdul jabbar tidak menjawab Al-Isfaraayiyni, karena ia tahu bahwa ketidakadilan (dholim) adalah bahasa (dalam bahasa Arab): "untuk menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya atau bukan pada pemiliknya," dan dalam penggunaan umum: "maknanya di gunakan dalam hal berurusan dengan hak orang lain tanpa adanya hak , atau dalam hal melanggar melampaui batas seseorang. "Tak satu pun dari kedua makna ini dapat diterapkan kepada Sang Pencipta, karena semua hak itu milik-Nya, dan segala sesuatu adalah milik-Nya, dan Dia tidak terbatas dengan cara apapun.
DiNuqilkan Oleh : Bagus Rangin ~ Kertajati-Majalengka
Agan sedang membaca artikel tentang: Qadariyah: jika semua terjadi atas kehendak Allah,maka Perbuatan baik itu sia sia. Silakan agan copy dan paste atau sebarluaskan artikel ini jika dinilai bermanfaat,Ane juga menyediakan buku terjemahan kitab yang membantah wahabi: 1. buku "bid'ah mahmudah dan bid'ah idhafiyah antara pendapat yang membolehkan dan yang melarang" terjemah dari kitab: albid'atul mahmudah wal bid'atul idhafiyah bainal mujiziina wal maniin" karya Syaikh abdul fattah Qudais Al Yafi"i, 2.Terjemah kitab ‘At Tabaruk Bi As Sholihin Baina Al Muzijiin wa Al Maani’in: Mencari Keberkahan Kaum Sholihin Antara Pendapat yang Membolehkan dan yang Melarang, hub admin: hp/WA 0857-5966-1085.syukron :
Posting Komentar
Jangan lupa Tulis Saran atau Komentar Anda