23 Juli 2012

Hukum tajsim; [menjisimkan Allah] Dan mujasimah; [Orang yang mejisimkan Allah] [BAG; 1]





الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وآله وصحبه وأتباعه وبعد :

Di sini saya akan menjelaskan hukum tajsim; menjisimkan Allah dan mujasimah; Orang yang mejisimkan Allah menurut madhab empat..Mungkin anda berkata bahwa tajsim itu masalah aqidah,kenapa bisa masuk kategori madhab fiqh yang empat?? ,maka jawabannya adalah bahwa masalah tajsim itu memilki dua keterkaitan:


  1. hakikat tajsim dan penjelasan batilnya tajsim juga masalah yang berkaitan dengannya, maka ini tempatnya adalah kitab aqidah
  2. hukum tajsim dari sudut penghukuman fasiq dan kafirnya ,maka ini di bahas dalam kitab aqidah dan fiqh

Adapun kitab aqidah,maka itu mencakup pengetahuan atas sampainya kebidahan,apakah masuk taraf kafir atau fasiq?adapun kitab fiqh,maka sungguh mencakup hal tajsim dalam masalah hukum yang berkaitan dengannya misal sholat,pernikahan,sembelihan,persaksian dan lain lainnya.

Dan telah ijma para ulama madhab aqidah islam atas tanzih;mensucikan Allah dari kejisiman [kefisikan], apakah ahli hadis, asy'ariyah,al maturidiyah, muktazilah, khowarij zaidiyah, kecuali sebagian kelompok yang di nisbatkan pada pendahulu syiah dan karomiyah dan orang orang yang mengikutinya yang berpendapat atas kejisiman Allah. 


Maka saya menjadikan pembahasan ini pada beberapa bab:

Bab pembahasan pertama: 

Hukum tajsim dan mujasimah menurut madham hanafi

Madhab hanafi memberi rincian atas hukum tajsim dan mujasim ini: Jika orang berkata: allah adalah jisim/fisik seperti jisim,atau berkata allah jisim saja,misal tangan allah seperti tangan mahluk,atau berkata tangan allah saja,maka ia jatuh pada bidah mukafiroh: bidah yang membawa kafir.inilah pendapat pendapat madhab hanafi dalam menghukumi tajsim dan mujasimah :

1. Berkata Dalam kitab tabyin al haqoiq karya al zaila'i 1/135:

: ( والمشبه إذا قال له تعالى يد ورجل كما للعباد فهو كافر ملعون وإن قال جسم لا كالأجسام فهو مبتدع; لأنه ليس فيه إلا إطلاق لفظ الجسم عليه وهو موهم للنقص فرفعه بقوله لا كالأجسام فلم يبق إلا مجرد الإطلاق وذلك معصية تنتهض سببا للعقاب لما قلنا من الإيهام بخلاف ما لو قاله على التشبيه فإنه كافر وقيل يكفر بمجرد الإطلاق أيضا وهو حسن بل أولى بالتكفير ...
بخلاف مطلق اسم الجسم مع نفي التشبيه فإنه يكفر لاختياره إطلاق ما هو موهم النقص بعد علمه بذلك ولو نفى التشبيه فلم يبق منه إلا التساهل والاستخفاف بذلك) اه


:Dan kaum musyabih apabila ia menyatakan bagi Allah ada tangan atau kaki sebagaimana yang ada pada hamba, maka ia kafir lagi terlaknat, dan jika ia berkata bahwa Allah itu benda bukan seperti benda-benda lain, maka ia adalah ahlu Bid’ah [Mubtadi’] karena tidak ada dalam pernyataan nya tersebut kecuali hanya sebatas pemakaian kata “BENDA” untuk dzat Allah subhanahu wata’ala, dan penyebutan benda kepada dzat Allah seperti itu dapat menunjuki kepada kurang atau keserupaan pada dzat Allah dan telah di hilangkan dengan pernyataan sesudahnya “Laa Ka al-Ajsam” [tidak sama dengan benda lain], maka pemakaian kata “BENDA” bukan maksudnya benda seperti biasa, tapi maksudnya adalah dzat Allah, dan pernyataan seperti demikian kepada dzat Allah adalah maksiat yang menggiringnya kepada sebab diazab nya karena alasan yang telah kami sebutkan yakni dapat menunjuki kepada kurang pada dzat Allah, sebaliknya bila ia menyatakan dengan menyerupakan Allah, maka ia menjadi kafir, dan menurut satu pendapat ia juga menjadi kafir hanya dengan pernyataan yang mutlak, pendapat tersebut bagus, bahkan orang ini lebih aula menjadi kafir (dengan pernyataan mutlak nya)”. ini berbeda dengan yang memutlakkan menyebut jisim di sertai menafikan tasybih,maka ia kafir karena memilih menyatakan sesuatu yang bersifat kekurangan [bagi allah] setelah ia tau hal itu,dan walau pun menafikan tasybih,karena tidak ada setelah mengetahuinya kecuali mengentengkan.

Dan lihatlah perkataan yang sama dalam fathul qodir 1/350.

2. Berkata Ibnu nazim dalam kitab bahrur roiq 5/151: 

:( أما لو كان مؤديا إلى الكفر فلا يجوز أصلا كالغلاة من الروافض …والقدرية والمشبهة القائلين بأنه تعالى جسم كالأجسامومن ينكر الشفاعة أو الرؤية أو عذاب القبر أو الكرام الكاتبين 
أما من يفضل عليا فحسب فهو مبتدع من المبتدعة الذين يجوز الاقتداء بهم مع الكراهة وكذا من يقول أنه تعالى جسم لا كالأجسام ومن قال أنه تعالى لا يرى لجلاله وعظمته ) : 

: Adapun bila dapat membawanya kepada kufur maka tidak boleh ikut sholat di belakang nya sama sekali, contoh yang kafir seperti Syi’ah Rafidhoh yang ghuluw (dan seterusnya………), dan seperti Jahmiyyah, dan Qadariyyah, dan Musyabbihah yang berkata sesungguhnya Allah ta’ala itu benda (Jism) seperti benda lain, dan seperti orang yang ingkar Syafa’ah atau Ru’yah atau Azab kubur, atau Kiram al-Katibin, adapun orang yang melebihkan Sayyidina Ali, maka ia boleh [jadi Imam], ia termasuk Mubtadi’ yang boleh diikuti tetapi makruf, begitu juga orang yang berkata sesungguhnya Allah itu benda (Jism) tapi tidak sama dengan benda lain, dan begitu juga orang yang berkata bahwa Allah tidak bisa di lihat karena keagungan-Nya dan kebesaran-Nya (bukan karena kekurangan-Nya)”. [kitab Al-Bahru Ar-Raik- Jilid 5 halaman 151]
3. Berkata Al-Khadimi Al-Hanafi [w 1168 H] :

: ( والبدعة في الاعتقاد هي المتبادرة من إطلاق البدعة و المبتدع والهوى وأهل الأهواء فبعضها كفر ) ..والكفر كاعتقاد الجسمية كسائر الأجسام والتفصيل فيما سيذكره المصنف ...

;Dan bidah dalam itiqod yaitu terburu buru menyebut bidah dan mubtadi dan ahli hawa,maka sebagiannya adalah kufur,dan kufur juga seperti itiqod kejisiman sperti jisim jisim yang lain,dan hukum yang rinci atas hal itu akan di sebutkan oleh musonif.

lalu beliau menyebutkan:

( وبعضها ليست به ) أي بكفر كإنكار سؤال القبر واعتقاد أنه جسم لا كالأجسام
( ولكنها أكبر من كل كبيرة في العمل ) .. ( وليس فوقها ) أي البدعة في الاعتقاد ( إلا الكفر ) اه

:dan sebagiannya bukan termasuk kekafiran seperti orang yang mengingkari pertanyaan dalam qubur atau mengitiqodkan bahwa allah itu jisim tapi tidak seperti jisim,tetapi hal itu lebih besar dosanya daripada dosa besar dalam masalah amalan,dan tidak ada di atas bidah itiqod kecuali kekufuran.

ولكن ما هو المراد بقولهم جسم لا كالأجسام ؟ 
المراد أن القائل يطلق على الله لفظ الجسم دون حقيقته ولوازمه فهو عنده بمعنى الموجود والقائم بنفسه ولا يريد ما يمكن فرض الأبعاد فيه فيكون الخلاف معه حينئذ في إطلاق اللفظ 
أما إذا قال إن الله جسم بمعنى أنه يمكن فرض الأبعاد فيه وأن له مقدار وحدا ونهاية وجرم وكثافة فهذا داخل في قولهم ( جسم كالأجسام ) وإن قال صاحبه لا كالأجسام فهو لذر الرماد على العيون فهو في الحقيقة جعله كالأجسام

: tetapi apa yang di maksud dengan perkataan mereka jisim tapi tidak seperti jisim??maksudnya bahwa yang berkata itu mengatakan jisim pada allah tapi tidak menetapkan hakikat jisim atau kelazimannya,dan itu bermakna allah ada dan berdiri dengan sendirinya,dan tidak bermaksud perkiraan yang jauh,maka perbedaan dengan nya di sini adalah masalah lafad saja,adapun jika berkata sesungguhnya Allah itu jisim dengan makna adanya kemungkinan makna yang jauh atau Dia memilki ukuran dan batas juga ujung juga bentuk atau maka ini masuk pada perkataan mereka jisim tidak seperti jisim,walaupun mereka berkata dengan batasan tidak seperti jisim,itu seperti belek di mata yang tidak kelihatan,maka itu hakikatnya menjadikan allah sebagai jisim.

Beliau juga berkata;

( رجل وصف الله تعالى بالفوق أو بالتحت ) ( فهذا تشبيه ) أي بالأجسام فتجسيم ( وكفر ) لعله إن كان مراده من الفوق هو العلو , والرفعة , والقهر , والغلبة فلا يكفر بل ينبغي إجراء التفصيل السابق من إرادة حكاية ما في الأخبار كقوله تعالى ** يد الله فوق أيديهم } ** وهو الذي في السماء إله وفي الأرض إله } ) اه 

“Dan dalam nya (kitab Fatawa At-Tatarkhaniyah) disebutkan, seorang yang mensifati Allah ta’ala dengan “di bawah” atau “di atas” maka ini adalah Tasybih (menyerupakan) yakni dengan semua benda, maka di sebut Tajsim, dan ia telah kafir, tapi mudah-mudahan jika ia maksud dari kata “di atas” adalah tinggi martabat (bukan tinggi tempat) dan menguasai, maka ia tidak kafir, tapi sepantasnya di sini berlaku rincian yang telah disebutkan yaitu karena hendak menghikayah lafadh yang ada dalam khabar SEPERTI YADULLAH FAUQO AIDIHIM ”[kitab Bariqah Mahmudiyah- Jilid 1 halaman 228]

4. Berkata Ibnu Abidin

( قوله كقوله جسم كالأجسام ) وكذا لو لم يقل كالأجسام , وأما لو قال لا كالأجسام فلا يكفر لأنه ليس فيه إلا إطلاق لفظ الجسم الموهم للنقص فرفعه بقوله لا كالأجسام , فلم يبق إلا مجرد الإطلاق وذلك معصية ) اه 

“(Qauluhu : seperti perkataannya “Allah itu Jism seperti Jism lain”) dan seperti demikian kalau ia tidak berkata “seperti benda lain” , dan adapun kalau ia berkata “tidak sama dengan benda lain” maka ia tidak kafir, karena tidak ada pada perkataan nya kecuali hanya pemakaian kata “Jism” yang menunjuki kepada kekurangan, maka ia hilangkan kekurangan tersebut dengan kata “tidak sama dengan Jism lain” maka yang tersisa hanya pemakaian kata saja (tanpa makna sesungguhnya), dan yang demikian itu maksiat (tidak kufur tapi berdosa)”.[kitab Hasyiyah Ibnu Abidin- Jilid 1 halaman 562]

5. Berkata Ibnu Amir Al-Hajj Al-Hanafi

:( ولا تقبل شهادة المجسمة ; لأنهم كفرة ويوافقه ما في المواقف 

dan tidak bisa di terima kesaksian Mujassimah (orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk) karena sesungguhnya mereka kafir”dan orang orang yang sama mauqifnya dengan mereka. [kitab At-Taqrir wa At-Tahbir- Jilid 3 halaman 319]

6. Berkata : Al-Mulla ‘Ali Al-Qari

( من اعتقد أن الله لا يعلم الأشياء قبل وقوعها فهو كافر وإن عُدّ قائله من أهل البدعة، وكذا من قال: بأنه سبحانه جسم وله مكان ويمرّ عليه زمان ونحو ذلك كافر، حيث لم تثبت له حقيقة الإيمان ) اه

“Siapa yang meyakini bahwa Allah tidak mengetahui semua sesuatu yang belum terjadi, maka ia kafir, sekalipun yang berpendapat (berfatwa) ini di anggap sebagai ahlu Bid’ah, dan seperti demikian juga orang yang berkata bahwa Allah (subhanahu wa ta’ala) itu Benda (Jism) dan bagi-Nya ada tempat, dan berlaku masa bagi-Nya, dan seumpama demikian, maka ia menjadi kafir, sekiranya tidak sebut baginya hakikat Iman”.[kitab Syarah Al-Fiqh Al-Akbar – halaman 271]

 ===========================================================

Bab pembahasan kedua: 

Hukum tajsim dan mujasimah menurut madham Maliki: 

Tidak ada perbedaan pendapat antara Madhab hanafi dan maliki dalam masalah hukum tajsim dan mujssimah,memberi rincian atas hukum tajsim dan mujasim ini: Jika orang berkata: allah adalah jisim/fisik seperti jisim,atau berkata allah jisim saja,misal tangan allah seperti tangan mahluk,atau berkata tangan allah saja,maka ia jatuh pada bidah mukafiroh: bidah yang membawa kafir.dan jika berkata jisim tidak seperti jisim atau memutlakkan,maka tidak jatuh pada kekafitan tapi hanya bidah mufsiqoh:membawa kefasiqan. inilah pendapat pendapat madhab maliki dalam menghukumi tajsim dan mujasimah:
1. Berkata Ibnu arobi dalam ahkam alquran 2/475; 

: ( فإذا أنكر أحد الرسل أو كذبهم فيما يخبرون عنه من التحليل والتحريم , والأوامر والندب , فهو كافر ; وذلك كالقول في التشبيه والتجسيم والجهة , أو الخوض في إنكار العلم والقدرة , والإرادة والكلام والحياة , فهذه الأصول يكفر جاحدها بلا إشكال ) اه


;dAN JIKA MENGINGKARI salah seorang Rasul atau mendustakannya atas apa yang di bawanya dari hukum haram dan halal atau perintah perintahnya dan anjutannya,maka ia kafir, Begitu juga dengan perkataan yang membawa kepada tasybih, tajsim, bertempat ( Allah s.w.t. itu bertempat) atau terlibat dalam mengingkari sifat ilmu, kuasa, kehendak, kalam dan sifat hidup (dari Allah s.w.t.), maka ia adalah kesalahan dalam usul yang mana kufurlah yang menafikannya kufurlah orang yang menafikan sifat-sifat ma'nawi tersebut dan yang menetapkan kejisiman dan tempat bagi Allah s.w.t.) dengan tidak muskil lagi. (Ahkam Al-Qur'an 475)

2. Imam Ibn Al-Arabi berkata lagi: 

: ( وقع نزاع في تكفير المجسم قال ابن عرفة : الأقرب كفره , واختيار العز عدم كفره لعسر فهم العوام برهان نفي الجسمية ) اه 

Telah berlaku perselisihan tentang masalah mengkafirkan orang mujassim (yang menjisimkan Allah s.w.t.). Ibn 'Urfah berkata: Lebih dekat (pendapat yang dipegang oleh beliau) ialah, kufurlah dia (mujassimah). Imam Al-Izz memilih pendapat bahawasanya tidak dikafirkan orang mujassimah karena orang awam susah memahami bukti-bukti yang menafikan kejisiman (Al-Fawakih Ad-Diwani 1/94) 

3. Imam Al-Kharasyi berkata:
:( مثال اللفظ المقتضي للكفر أن يجحد ما علم من الدين بالضرورة كوجوب الصلاة , ولو جزءا منها , وكذا إذا قال : الله جسم متحيز ) اه 


; Adapun contoh lafaz yang membawa kepada kekufuran ialah, seseorang yang mengingkari apa saja yang diketahui secara dhoruri seperti kewajipan solat, walaupun menafikan satu bagian saja daripadanya (solat tersebut), begitu juga, jika seseorang yang berkata: "Allah s.w.t. berjisim dan mengambil ruang" (syarh Al-Kharsyi 'ala Khalil 8/62)

4. Imam Al-'Adawiy berkata dalam hasyiah 'ala Al-Kharsyi: 

: ( قوله : وكذا إذا قال : الله جسم متحيز ) أي : آخذ قدرا من الفراغ , والمراد أنه قال : جسم كالأجسام هذا هو الذي يكفر قائله , أو معتقده , وأما من قال : جسم لا كالأجسام فهو مبتدع على الصحيح ) اه


 Kata beliau (Imam Al-Kharasyi): "Beitu juga jika seseorang yang berkata Allah itu berjisim dan mengambil ruang…" (Imam Al-'Adawiy berkata: ) Maksudnya: (Orang itu berkata bahwa) Allah s.w.t. itu mengambil suatu ukuran (bagian) daripada ruang. Maknanya di sini ialah, orang itu berkata bahawa Allah itu jisim seperti jisim-jisim makhluk. Orang yang berkata dengan perkataan tersebut dihukum kafir, begitu juga dengan yang berpegang dengan faham tersebut. adapun orang yang berkata jisim tidak seperti jisim,maka ia adalah ahli bidah menurut qaul sohih.

5. Berkata Abu Hasan Ali Ibnu Ahmad Al-‘Adawi : 

: ( فالذنب المخل بالإيمان يكفر به ; لأنه حينئذ ليس بمسلم أي كرمي مصحف بقذر وكمن يعتقد أن الله جسم كالأجسام , وأما من يعتقد أنه جسم لا كالأجسام فلا يكفر إلا أنه عاص ; لأن المولى سبحانه وتعالى ليس بجسم ) اه


“Maka Dosa yang dapat mencederai Iman ialah dosa yang kufur dengan nya, karena ketika itu ia bukan lagi Muslim, artinya seperti melempar Mushaf (Al-Quran) dengan kotoran, dan seperti orang yang meyakini bahwa Allah adalah benda seperti benda lain, adapun orang yang meyakini bahwa Allah adalah benda tapi bukan seperti benda lain, maka ia tidak kafir, tapi ia berdosa, karena bahwa Allah subhanahu wa ta’ala bukan benda (Jism)”.[Kitab Hasyiyah Adawi ala Kifayah At-Thalib, Jilid 1, Halaman 102]

6. Berkata Ahmad ibnu Muhammad As-Showi Al-Maliki : 

[ أي يقتضي الكفر ] : أي يدل عليه دلالة التزامية كقوله جسم متحيز أو كالأجسام , وأما لو قال : جسم لا كالأجسام فهو فاسق , وفي كفره قولان رجح عدم كفره ) اه 


“kata Musannif [artinya ia menunjuki akan kufur], artinya ia menunjuki atas kufur secara melazimi, seperti perkataan nya “Allah adalah benda yang menempati ruang atau benda seperti benda lain”, adapun kalau ia berkata “Allah adalah benda tidak seperti benda lain, maka ia telah fasiq, dan tentang kufur atau tidak nya, ada dua pendapat, pendapat yang kuat ia tidak kufur”.[Kitab Hasyiyah As-Showi ala Asy-Syarhi As-Shoghir, Jilid 4, Halaman 432]
7. Berkata Muhammad ibnu Ahmad ‘Ulaisyi Al-Maliki : 

(باب الردة كفر المسلم بقول صريح أو بلفظ يقتضيه ) أي يستلزم اللفظ الكفر استلزاما بينا كجحد مشروعية شيء مجمع عليه معلوم من الدين ضرورة , فإنه يستلزم تكذيب القرآن أو الرسول , وكاعتقاد جسمية الله وتحيزه , فإنه يستلزم حدوثه واحتياجه لمحدث ونفي صفات الألوهية عنه جل جلاله وعظم شأنه ) اه كلام عليش 


“(Bab Riddah, kafirlah seorang Muslim dengan perkataan yang shorih atau dengan ucapan yang melazimi kufur), artinya ucapan yang melazimi kufur lagi yang nyata, seperti mengingkari syariat sesuatu yang telah Ijma’ lagi maklum dari Agama secara mudah, maka lazim ia telah mendustai Al-Quran dan Rasul, dan seperti I’tiqad kebendaan Allah dan Allah menempati ruang, maka ia melazimkan kepada baru Allah dan berhajat-Nya kepada pembaharu, dan hilanglah sifat ketuhanan dari-Nya, maha agung Allah lagi maha besar”.[Kitab Manhu Al-Jalil syarah Mukhtasar Khalil, Jilid 9, Halaman 206] 

8. Berkata Muhammad bin ali bin husain mufti madhab maliki di mekkah [w 1367 H] dalam tahdzib alfaruq wal qowaid sunniyah fi asroril fiqhiyah 4/266: 

( والقسم الثاني ) ما ورد نظيره في كتاب أو سنة صحيحة وإلى مثاله وحكمه أشار العلامة الأمير في حاشيته على شرح الشيخ عبد السلام على جوهرة التوحيد بقوله واعلم أن من قال جسم [ لا ]كالأجسام فاسق ولا يعول على استظهار بعض أشياخنا كفره كيف وقد صح وجه لا كالوجوه ويد لا كالأيدي نعم لم ترد عبارة جسم فليتأمل 
  بلفظها
قلت [ القائل هو المالكي ] : ومن هذا القسم قول القائل إنه تعالى في مكان ليس كمكان الحوادث لأنه قد صح استواء على العرش لا كالاستواء على السرير نعم لم ترد عبارة مكان ) اهـ 


bagian kedua yaitu apa apa yang datang persamaanya dalam kitab dan sunnah yang sohih dan yang semisalnya,dan hukumnya telah isyarah al alamah al amir dalam hasiyahnya terhadap syarah syaikhul islam Syaikh Abdus salam dalam jauharot tauhid dgn ucapannya:dan ketahuilah bahwa orang yang berkata Jisim tapi tidak seperti jisim itu adalah fasiq dan janganlah melihat atas apa yang di perlihatkan oleh guru guru kami atas kufurnya,bagaimana itu di hukumi kufur sedangkan telah datang perkataan wajah tidak seperti wajah,yad tidak seperti yad,walaupun emang benar tidak datang perkataan jisim,maka berfikirlah dengan lafadnya.aku berkata [yang berkata adalah madhab maliki,dan termasuk bagian ini adalah perkataan orang yang berkata allah itu bertempat tapi tidak seperti tempat yang hudus [ada permulaan] karena telah datang istiwa allah di atas arasnya tidak seperti istiwa di atas singgasana,walau pun memang benar tidak datang perkataan makan [tempat] bagi Allah.

bersambung BAG; 2 INSYAALLAH =====>>

2 komentar:

  1. jarang sekali ada org/blogger yg menulis tentang masalh aqoid seperti ini, saya juga kurang suka menulis masalah qaoid, selain krn kurang matang dlm ilmu ini, banyak juga mustholah dlm ilmu aqoid yg susah dicarikan padanannya dlm bahasa indonesia, jadi aga sulit mengkonversikannya kedlam artikel indonseia...

    Mantab mas ustadz, lanjutkan!
    Kunjungi juga http://zarkasih20.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama mas saya juga masih belajar...mohon doanya z..ya insallah ana berkunjung.......

      Hapus

Jangan lupa Tulis Saran atau Komentar Anda