21 Juli 2012

Di syriatkannya tabaruk dengan orang shalih [selain Nabi]






Telah menetapkan para fuqoha atas di syariatkannya tabaruk dengan sesuatu bekas sholihin yang bukan Nabi,dan telah mantap atas hal itu ulama madhab hanafi sebagaimana dalam hasiyah Ibnu abidin 2/193.begitu juga madhab Maliki sebagaimana dalam Hasiyah ad dasuqi 1/422,juga madhab syafiiyah sebagaimana dalam nihayatul muhtaj 3/34,juga madhab Hanbali dalam kisyaf alqina 5/181.

Dan telah menunjukkan atas di syariatkannya hal itu dalam sunnah as syarifah dengan jalan yang berbeda beda, ada yang berupa perbuatan,perkataan dan penetapan Nabi SAW;

1Adapun dalil prilaku Rasul SAW;Di riwayatkan dari ibnu umar RA,beliau berkata:

قلت يارسول الله: الوضوء من جر جديد مخمر أحب اليك أم من المطاهر؟ فقال ( لابل من المطاهر , إن دين الله الحنيفية السمحة ) قال ((وكان رسول الله يبعث الي المطاهر فيؤتي بالماء فيشربه يرجو بركة أيدي المسلمين ))


Artinya : Aku mengatakan, Ya Rasulullah, Apakah berwudhu’ dengan bejana baru yang tertutup ataukah tempat bersuci ? Rasulullah menjawab : “tidak”, tetapi dengan tempat bersuci saja, karena agama Allah itu mudah, lembut dan toleran. Ibnu Umar berkata : “Rasulullah bangkit menuju tempat bersuci mendatangi air dan beliau meminumnya mengharapkan berkah tangan-tangan kaum muslimin.(Hadits ini diriwayat oleh Thabrany dalam al-Ausath 1/242 ]
Berkata Al-Haitsamy, Mujma’ al-Zawaid, Darul Fikri, Beirut, Juz. I, Hal. 502, No. Hadits : 1071 ;

ورجاله موثوقون ,وعبد العزيز بن أبي رواد ثقة ـ
: Rowi rowinya terpercaya,dan abdul aziz bi abi rowad tsiqot

2Dalil perkataan Rasul SAW: Di antaranya adalah perintah rasul kepada para sahabatnya:

أن يستقوا من البئر التي كانت تردها الناقة. 

: Agar menggunakan air dari sumur yang disinggahi oleh unta-unta, (HR Bukhari 2/290 hadis ke [3379] dan Muslim [2981]). 

Berkata abul abbas alqurtubi dalam syarah muslim:

((وأمره (صلي الله وعليه وسلم)أن يستقوا من بئر الناقة دليل علي التبرك بآثار الأنبياء والصالحين وإن تقادمت أعصارهم )) ا.هـ.


; Dan adapun perintah Rasul SAW untuk menggunakan air dari sumur yang di singgahi unta unta,itu menunjukan atas tabruk dengan bekas para Nabi dan orang orang shalih walaupun mereka telah jauh berlalu.

3. DaliL penetapan [iqror ] Nabi SAW: itu ada dalam qisah juraiz seorang rahib yang hidup setelah nabi Isa AS yang mengikuti ajaranNya.,telah datang tentangnya : 

(( قال:ياغلام من أبوك ؟ قال: فلان الراعي.قال: فأقبلوا علي جريج يقبِّلونه ويتمسَّحون به 


; Juraiz bertanya; 'Hai bayi kecil, siapakah sebenarnya ayahmu itu? ' Ajaibnya, sang bayi langsung menjawab; 'Ayah saya adalah si fulan, seorang penggembala.' Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: 'Akhirnya mereka menaruh hormat kepada Juraij. Mereka menciuminya dan mengusapnya mengharap berkah darinya.[HR MUSLIM 4/1976] 


Dan dengan dasar itu,telah berlaku amalan kaum muslimin, berkata Syaikh ZARUQ dalam qowaid fi tashowuf 136: 


: "كرامة التابع شاهدة بصدق المتبع ... فمن ثم جاز التبرك بآثار أهل الخير ممن ظهرت كرامته بديانة أو علم أو عمل أو أثر ظاهر ... ولم يزل أكابر الملة يتبركون بأهل الفضل من كل عصر وقطر؛ فلزم الاقتداء بهم حسب ما يهتدي اليه الظن من الأشخاص."ا.هـ


:Karomah tabi [yang mengikuti] itu bagaimana al mutabba[yang di ikuti] oleh karena itu di bolehkan tabaruk dengan bekas ahli kebaikan dari orrang orang yang nampak karomahnya apakah karena agamanya tau ilmunya atau amalnya atau karena ada dampak yang nampak,dan tidak hentinya pembesar agama bertabaruk kepada ahli utama pada setiap waktu dan tempat,maka lazim mengikuti meereka dengan sesuatu petunjuk dengan dhon dari orang orang tersebut.

Berkata Abul abbas an nasiri dalam al istisqo li akhbaril magrib al aqso 3/122;

: "التبرك بآثار الأنبياء عليهم الصلاة والسلام والأولياء رضي الله عنهم وزيارة مشاهدهم من الأمر بالمعروف عند أمة محمد صلى الله وعليه وسلم."


;Tabaruk dengan bekas Nabi nabi S dan wali wali RA dan ziyarah tempatnya itu merupakan hal yang di kenal menurut ummat muhammad SAW.

Dan di ikutkannya para solihin dengan para Nabi dalam hal tabaruk dengannya itu masyhur penetapannya menurut ulama,di antaranya adalah perkataan Ibnu daqiq al ied dalam ahkam al ahkam 1?178:

"عن أبي جحيفة وهب بن عبد الله السوائي قال: "أتيت النبي (صلي الله وعليه وسلم) وهو في قبة له حمراء من أدمَ قال : فخرج بلال بوضوء فمن ناضح ونائل."يؤخذ من الحديث التماس البركة بما لابسه الصالحون بملابسته , فإنه ورد في الوضوء الذي توضأ منه النبي (صلي الله وعليه وسلم), ويعد بالمعني الى سائر مايلابسه الصالحون ))

: Dinarasikan Aun ibn Abi Juhaifah dari bapaknya: Saya mendatangi Nabi saw. di Makkah, ketika itu Nabi berada di Abthah, dengan mengenakan jubah merah terbuat dari kulit. Sekonyong-konyong Bilal datang membawakan air wudhu untuk beliau. Dari sisa air itu ada orang yang mendapatkannya dan ada pula yang hanya mendapat percikannya.pent,maka di ambil pelajaran dari hadis ini dapatnya memperolehnya berkah dengan sesuatu yang di pakai oleh orang orang salih dsengan memakainya,karena sesuungguhnya telah datang dalam hal wudu yang di pakai wudu oleh nabi SAW, DAN TERMASUK DI DALAMNYA APA APA YANG DI PAKAI OLEH ORANG ORANG SHOLIH.


Begitu juga perkataan yang sama di katakan oleh as safaroini dalam kasyfu al litsam 2/167:

"وفي الحديث: التماس البركة بما لابسه الصالحون فإنه ورد في الوضوء الذي توضأ به النبي (صلي الله وعليه وسلم) , وفي معناه كمالابسه الصالحون )) ا.هـ .



Dan di antara contoh tabaruk dengan bekas bekas orang solih adalah:
1.TABARUK DENGAN LUDAH MEREKA ketika tahnik [Tahnik adalah mengunyah dan meletakkan kurma atau buah buahan lainnya dimulut si bayi dan meratakannya ke langit-langit mulut bayi] pada saat kelahirannya,sebagaimana di lakukan oleh Rasul saw: 

فعن أسماء بنت أبي بكر الصديق (رضي الله عنهما)أنها حَمَلَتْ بعبد الله بن الزبير بمكة.
قالت: "خرجت وانأ متم فأتيت المدينة فنزلت قباء فولدت بقباء ثم أتيت به رسول الله (صلي الله وعليه وسلم) فوضعته في حجره ثم دعا بتمرة فمضغها ثم تفل في فيه فكان أول شيء دخل جوفه ريق رسول الله (صلي الله وعليه وسلم) ثم حنكه بالتمر, ثم دعا له فبرك عليه, فكان أول مولود يولد في الاسلام ففرحوا به فرحاً شديداً أنهم قد قيل لهم: إن اليهود سحرتكم فلا يولد لكم 


: telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Urwah dari Bapaknya dari Asma binti Abu Bakar radliallahu ‘anhuma, Bahwasanya di Makkah ia hamil karena hubungannya dengan Abdullah bin Zubair (suaminya). Ia berkata, “Aku lalu keluar menuju Madinah, ketika sampai di Quba, aku singgah dan melahirkan di sana. Aku lalu membawa bayiku menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan aku letakkan di pangkuannya. Kemudian Beliau minta diambilkan buah kurma, lalu mengunyahnya untuk kemudian meludahkannya ke dalam bayiku. Maka pertama kali yang masuk ke dalam perutnya adalah ludah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau memberi kunyahan kurma dan mendoakan keberkahan kepadanya. Dia adalah bayi pertama yang lahir dalam Islam. Orang-orang pun bangga, sebab telah dikatakan kepada mereka ‘sesungguhnya orang-orang Yahudi telah menyihir kalian, sehingga kalian tidak akan memiliki anak’.” (Hr . Bukhori No. Hadist: 5047 Dan Juga hadis lainya dalam masalah tahnik.

Oleh sebab itu berkata An nawawi dalam syarah muslim 9/237:

(( ( ومن فوائد حديث التحنيك ) حَمْل المولود عند ولادته الي واحد من أهل الصلاح والفضل , يحنكه بتمرة ليكون أول مايدخل جوفه ريق الصالحين فيتبرك به ))

;Dan di antara faidah hadis tahnik di atas yaitu membawa amak ketika kelahirannya kepada seseorang dari ahli solah dan utama untuk mentahniknya dengan kurma supaya asupan pertama dalam perut bayi itu adalah ludah orang sholih maka menjadi berkah baginya.

Dan berkata Ibnu hajar dalam fath albari 1/327;

: "وفي الحديث من الفوائد : التبرك بأهل الفضل , وحمل الاطفال اليهم حال الولادة وبعدها." ا.هـ


: DALAM HADIS itu banyak faidah: di antaranya adalah tabaruk pada ahli utama.dan membawa anak kepadanya saat nabis kelahirannya.

2. Tabruk dengan bekas bersucinya juga makanan dan minumannya atau semisal itu, dalam hadis yang sohih dari abi juhaifah yang di sebutkan sebelumnya,itu menunjukkan di syariatkannya hal itu,berkata Imam Nawawi dalam syarh muslim 4/219

: "فخرج بلال بوضوء فمن نائل وناضح ..." وقد جاء مبيناً في الحديث الآخر : ( فرأيت الناس يأخذون من فضل وضوئه) , ففيه التبرك بآثار الصالحين , واستعمال فضل طهورهم وطعامهم وشرابهم ولباسهم )) ا.هـ .


; ada orang yang mendapatkannya dan ada pula yang hanya mendapat percikannya.dan telah datang dengan jelas dalam hadis lain:aku melihat manusia mengambil bekas wudunya[rasul],di dalamnya menunjukan tabruk dengan atsar orang orang solih,dan menggunakan bekas bersucinya,makanan dan minumannya juga pakaiaanya.


Dan telah tetap di syariatkannya tabruk dengan bekas bekas orang sholih menurut fuqoha, maka dalam pelaksanaannya mesti menjaga dua hal:

Pertama: tabaruk termasuk bab wasilah[ perantara],maka berlaku padanya qaidah sebab yang di tetapkan dalam kitab aqidah,di antaranya seperti yang di katakan oleh abil abbas an nasiri dalam al iqtisho li akhbar al magrib al aqsho 2/209:

" وعلم أن التعلق بأولياء الله (رضي الله عنهم) يجب أن يكون مع استحضار أن الله (تعالى) هو المطلوب على الحقيقة, والفاعل للأشياء كلها لا معبود غيره ولا مرجوَّ سواه إنما التمسك بأهل الله لأجل التبرك بهم, إلى الله (تعالى)؛ ـ


:Dan di ketahui bahwa berkaitan dengan wali wali allah itu mesti menghadirkan dalam hati bahwa sesungguhnya Allah lah yang menjadi tujuan secara haqiqat,dan Allah lah yang membuat semuanya tidak ada yang di sembah kecuali Dia,adapun berpegang dengan ahli allah [orang sholih] itu sebatas tabaruk dengannya kepada Allah.

Kedua; Tabaruk mesti dengan bekas orang orang sholih yang tidak najis,maka berbeda ketika itu hal najis seperti darah,dalam hal ini berkata al hafid Ibnu hajar dalam fath albari 5/341 ketika mengomentari qisah hudaibiyah:


( وفيه طهارة النخامة والشعر المنفصل , والتبرك بفضلات الصالحين الطاهرة ) 


;Dan dalam hadis itu menunjukan sucinya nukhomah dan rambut yang lepas,dan tabruk dengan hal yang suci dari diri orang orang sholih.

Tanbih 1 

Dan sudah malum dari hal yang menjadi kehususan Nabi SAW bahwa kotoran dan darah Nabi ituu suci,telah berkata An nawawi dalam majmu syarah muhadzab 1/233:

: " استدل من قال بطهارة دم وبول رسول الله (صلي الله وعليه وسلم) بالحديثين المعروفين , وأن أبا طيبة الحجام حجمه(صلي الله وعليه وسلم) وشرب دمه ولم ينكر عليه , وأن امرأة شربت بوله (صلي الله وعليه وسلم) فلم ينكر عليها. وحديث ابي طيبة ضعيف, وحديث شرب البول صحيح رواه الدار قطني وقال: "هو حديث حسن صحيح." وذلك كاف في الاحتجاج لكل الفضلات قياساً  


“Ulama yang menilai kesucian air seni dan darah Nabi Saw menggunakan dua hadits yang telah dikenal sebagai dalil. Yaitu hadits : Sesungguhnya Abu Thaibah seorang tukang bekam membekam Nabi Saw dan meminum darahnya sedang beliau tidak mengingkari tindakan Abu Thaibah ini· dan hadits : Sesungguhnya seorang perempuan meminum air seni beliau dan beliau tidak mengingkarinya. Status hadits Abu Thaibah itu lemah sedang hadits perempuan yang meminum air seni beliau itu shahih yang diriwayatkan oleh Al Daruquthni. Al Daruquthni berkata, “Hadits tentang perempuan yang minum air seni Nabi ini statusnya hasan shahih. Dan hal ini secara analogi cukup dijadikan sebagai argumen akan kesucian segala sesuatu yang dikeluarkan oleh tubuh Nabi.
Al Imam Al ‘Allamah Badruddin Al ‘Aini pensyarah Shahih Al Bukhari dalam kitabnya ‘Umdatul Qaari vol II hlm. 35 menyatakan, “Adapun rambut Nabi Saw itu dimuliakan, diagungkan serta dikeluarkan dari hukum najis. Saya katakan, “Ucapan Al Mawardi : “Adapun rambut Nabi maka pendapat madzhab yang shahih itu memastikan kesuciannya”, mengindikasikan bahwa mereka ( Wahhabi ) memiliki pendapat yang berbeda dengan madzhab shahih. Na’udzubillah dari pendapat ini. Sebagian pengikut madzhab Syafi’i telah melanggar ijma’ dan hampir keluar dari lingkaran agama Islam di mana mereka mengatakan bahwa dalam rambut Nabi ada dua pandangan. Mustahil status rambut Nabi diperselisihkan. Mengapa mereka sampai berpandangan demikian ? Padahal telah disebutkan tentang kesucian hal-hal yang dikeluarkan oleh tubuh Nabi, lebih-lebih rambut beliau yang mulia. Selanjutnya Al ‘Aini berkata, “Terdapat banyak hadits yang menerangkan mereka yang telah meminum darah Nabi. Di antaranya Abu Thaibah Al Hajjam ( tukang bekam ), seorang budak Qurays yang membekam beliau. Abdullah ibnu Al Zubair sendiri pernah meminum darah Nabi seperti diriwayatkan Al Bazzar, Al Thabarani, Al Hakim, Al Baihaqi, dan Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyaa’. Diriwayatkan dari Ali bahwa ia pernah meminum darah Nabi. Diriwayatkan pula bahwa Ummu Sulaim pernah meminum air kencing Nabi. Hal ini diriwayatkan oleh Al Hakim, Al Daruquthni, Al Thabarani dan Abu Nu’aim. Dalam Al Awsath pada riwayat Salmaa, istri Abu Rafi’, Al Thabarani meriwayatkan bahwa Salmaa meminum sebagian dari air yang digunakan untuk mandi oleh Nabi Saw lalu beliau berkata kepadanya, “Allah telah mengharamkan badanmu masuk neraka.” 

Imam Qadhi Iyad dalam kitabnya Asy-Syifa bi-Ta’rif Huquq Al-Mushthafa, hal. 39 telah membuat satu pasal berjudul :

فصل في نظافة جسمه، و طيب رائحته، و نزاهته عن الأقذار و عورات الجسد

“Pasal Mengenai Kebersihan Tubuhnya, Kewangian Bau Badannya, dan Kebersihannya dari Kotoran-Kotoran dan Cacat-Cacat Tubuh.”

Dalam pasal itu Imam Qadhi Iyad menyatakan salah satu khususiyat Nabi SAW sebagai berikut :

و أما نظافة جسمه، و طيب ريحه و عرقه، و نزاهته عن الأقذار و عورات الجسد ـ فكان قد خصه الله في ذلك بخصائص لم توجد في غيره

“Adapun kebersihan tubuhnya, kewangian bau badannya dan keringatnya dan kebersihannya dari kotoran-kotoran dan cacat-cacat tubuh, maka Allah telah mengkhususkan Nabi SAW dalam hal-hal tersebut dengan khususiyat- khususiyat yang tidak dijumpai pada selain beliau.” (Qadhi Iyad, Asy-Syifa bi-Ta’rif Huquq Al-Mushthafa, hal. 39).

Dalam pasal inilah, Imam Qadhi Iyad menukilkan banyak riwayat-riwayat sebagai dalil bagi bab tersebut, di antaranya adalah riwayat bahwa Malik bin Sinan yang menelan darah Rasulullah SAW dalam Perang Uhud. Qadhi Iyad berkata :

و منه شرب مالك بن سنان دمه يوم أحد، و مصه إياه، و تسويغه صلى الله عليه و سلم ذلك له، و قوله : لن تصيبه النار.

“Di antaranya riwayat mengenai ini adalah tindakan Malik bin Sinan meminum dan menyedot darah Rasul SAW saat Perang Uhud, dan adanya ijin Nabi SAW baginya melakukan itu, dan sabda beliau : “Dia tidak akan terkena api neraka.” (Qadhi Iyad, Asy-Syifa bi-Ta’rif Huquq Al-Mushthafa, hal. 40).


Tanbih 2

Ahli bidah seperti rofidoh isna asyariyah itu tidak termasuk pada cakupan orang2 sholih yang boleh di pakai tabaruk,dan para imam telah isyarah tentang hal itu,di antaranya adalah ibnu hiban sebagaimana dalam al ihsan fi tartibi sohih ibnu hibban 4/82 

- :"إباحة التبرك بوضوء الصالحين من أهل العلم إذاكانوا متبعين لسنن المصطفى (صلى الله عليه وسلم) دون أهل البدع منهم."


;bolenya tabaruk dengan bekas wudu orang sholih dari golongan ahli ilmu ketika mereka mengikuti sunnah al musthofa SAW dan bukan orang orang yang ahli bidah.

faidah:

Ketika orang shalih di panggil untuk di alaf berkah maka ia mesti memenuhinya ketika aman dari fitnah,sebagaimana hadis atban bin malik yang di dalamnya terdapat: 

"وَدِدتُ يا رسول الله أنك تأتيني فتصلِّي في بيتي فأتخذُهُ مصلى."


;Aku sangat berharap engkau mau datang kepadaku dan shalat di rumahku,maka aku akan jadikan tempat bekas shalatmu sebagai musholla [HR al bukhari no hadis 425]
Berkata alhafid ibnu hajar dalam fath al bari 1/522: 

وفيه – أي: حديث عتبان- التبرك بالمواضع التي صلى فيها النبي أو وطئها. ويستفاد منه: أن من دعي من الصلحاء إلى شيء يتبرك به منه فله أن يجيب إليه إذا أمن العُجْب." ا.هـ.

:Dan di dalam hadis utban adalah tabruk dengan tempat yang di pakai shalat oleh Rasul SAW atau di langkahi oleh Nabi,dan di alaf faidah dengannya,bahwa orang sholih yang di panggil ke suatu tempat,maka ia mesti memenuhinya ketika bebas dari adanya sifat ujub.

Dan juga juga di anjurkan mencium tangan orang yang sholih dengan tujuan tabaruk,dan para sahabat telah melakukan hal itu kepada Nabi SAW,sebagaimana Dalam sebuah hadits dijelaskan:

عَنْ زَارِعٍ وَكَانَ فِيْ وَفْدِ عَبْدِ الْقَيْسِ قَالَ لَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِيْنَةَ فَجَعَلْنَا نَتَبَادَرُ مِنْ رَوَاحِلِنَا فَنُقَبِّلُ يَدَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرِجْلَهُ – رَوَاهُ أبُوْ دَاوُد

Artinya : Dari Zari’ ketika beliau menjadi salah satu delegasi suku Abdil Qais, beliau berkata, Ketika sampai di Madinah kami bersegera turun dari kendaraan kita, lalu kami mengecup tangan dan kaki Nabi s.a.w. (H.R. Abu Dawud no hadis 242).
dari Ibnu Jad’an ia berkata kepada Anas bin Malik, apakah engkau pernah memegang Nabi dengan tanganmu ini ?. Sahabat Anas berkata : ya, lalu Ibnu Jad’an mencium tangan Anas tersebut. (H.R. Bukhari dan Ahmad)

عَنْ جَابرْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ عُمَرَ قبَّل يَدَ النَّبِيْ.
Artinya : dari Jabir r.a. sesungguhnya Umar mencium tangan Nabi.(H.R. Ibnu al-Muqarri).


عَنْ اَبيْ مَالِكْ الاشجَعِيْ قالَ: قلْتَ لاِبْنِ اَبِيْ اَوْفى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : نَاوِلْنِي يَدَكَ التِي بَايَعْتَ بِهَا رَسُوْلَ الله صَلى الله عَليْه وَسَلمْ، فنَاوَلَنِيْهَا، فقبَلتُهَا.

Artinya : Dari Abi Malik al-Asyja’i berkata : saya berkata kepada Ibnu Abi Aufa r.a. “ulurkan tanganmu yang pernah engkau membai’at Rasul dengannya, maka ia mengulurkannya dan aku kemudian menciumnya.(H.R. Ibnu al-Muqarri).


عَنْ صُهَيْبٍ قالَ : رَأيْتُ عَلِيًّا يُقبّل يَدَ العَبَّاسْ وَرِجْلَيْهِ.


Artinya : Dari Shuhaib ia berkata : saya melihat sahabat Ali mencium tangan sahabat Abbas dan kakinya. (H.R. Bukhari)
Atas dasar hadits-hadits tersebut di atas para ulama menetapkan hukum sunah mencium tangan, ulama, guru, orang shaleh serta orang-orang yang kita hormati karena agamanya.  Berikut ini adalah pendapat ulama :
1. Imam Ibnu Hajar al-Asqalani telah menyitir pendapat Imam Nawawi sebagai berikut : 

قالَ الاِمَامْ النَّوَاوِيْ : تقبِيْلُ يَدِ الرَّجُلِ ِلزُهْدِهِ وَصَلاَحِهِ وَعِلْمِهِ اَوْ شرَفِهِ اَوْ نَحْوِ ذالِكَ مِنَ اْلاُمُوْرِ الدِّيْنِيَّةِ لاَ يُكْرَهُ بَل يُسْتَحَبُّ.


Artinya : Imam Nawawi berkata : mencium tangan seseorang karena zuhudnya, kebaikannya, ilmunya, atau karena kedudukannya dalam agama adalah perbuatan yang tidak dimakruhkan, bahkan hal yang demikian itu disunahkan. Pendapat ini juga didukung oleh Imam al-Bajuri dalam kitab “Hasyiah”,juz,2,halaman.116.
2. Imam al-Zaila’i  Beliau berkata :

(يَجُوْزُتقبِيْلُ يَدِ اْلعَالِمِ اَوِ اْلمُتَوَرِّعِ عَلَى سَبِيْلِ التبَرُكِ...


Artinya : (dibolehkan) mencium tangan seorang ulama dan orang yang wira’i karena mengharap barakahnya.  

WALLAHU A'LAM.........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa Tulis Saran atau Komentar Anda