News Update :
Home » » Hukum tajsim [menjisimkan Allah] Dan mujasimah;[Orang yang mejisimkan Allah] Bag:2

Hukum tajsim [menjisimkan Allah] Dan mujasimah;[Orang yang mejisimkan Allah] Bag:2

Penulis : Bagus Rangin on 24 Juli 2012 | 00.49.00





Bab pembahasan ketiga


Hukum tajsim dan mujasimah menurut madham syafi'i

Menurut madhab syafiiyah dalam hukum tajsim dan mujasimah itu terbagi pada tiga pendapat:
1.kafir secara mutlak
2.tidak kufur secara mutlak
3. secara tafsil,jika tajsim shorih maka kafir,jika tidak shorih maka tidak kafir.
Adapun maksud tajsim shorih seperti berkata Allah jisim /fisik dan memilki organ/juz, adapun yang tidak shorih adalah menetapkan kelaziman sesuatu yang masih kategori jisim atau berkata Allah memilki jisim misal tangan tapi tidak seperti tangan.

Berikut pendapat pendapat ulama madhab syafiiyah:

1.Berkata Al izz bin Abdis salam dalam qowaidnya 1/202:

: ( قد رجع الأشعري رحمه الله عند موته عن تكفير أهل القبلة , لأن الجهل بالصفات ليس جهلا بالموصوفات 


“Sungguh Imam Asy’ari telah rujuk ketika akhir hayat nya dari mengkafirkan ahli Qiblat, karena sesungguhnya jahil dengan sifat (sifat Allah) bukan jahil dengan yang bersifat (Allah)”.[Kitab Qawa’id- Jilid 1- halaman 202]


Dan Imam Al-Izzu melanjutkan :

, فكذلك اختلاف المسلمين في صفات الإله " ليس " اختلافا في كونه سبحانه وتعالى في جهة " " كونه خالقهم " وسيدهم المستحق لطاعتهم 
فإن قيل : يلزم من الاختلاف في كونه سبحانه " وتعالى " في جهة كونه حادثا قلنا : لازم المذهب ليس بمذهب , لأن المجسمة جازمون بأنه في جهة وجازمون بأنه قديم أزلي ليس بمحدث ) اه 


“Seperti demikian lah perselisihan kaum muslimin pada sifat Tuhan, bukan karena perbedaan pada keadaan Allah subhanahu wa taala pada arah (jihat), lantas berbeda pada keadaan Allah itu pencipta mereka dan tuan mereka yang berhak bagi taat mereka, Maka jika dikatakan : lazim daripada berbeda pada keadaan Allah pada arah (jihat),itu melazimkan kepada keadaan-Nya baru (hadits).
Kita jawab : bahwa yang lazim dari pendapat bukanlah sebuah pendapat, karena seorang Mujassim yakin bahwa Allah ada di arah (atas) dan tetapi mereka juga yakin bahwa Allah ada tanpa bermula (Qadim dan Azali) dan bukan baru (hadits)“. [Kitab Qawa’id- Jilid 1- Halaman 202]

Imam Al-‘Izzu melanjutkan :

:( وكل ذلك مما لا يمكن تصويب للمجتهدين فيه بل الحق مع واحد منهم , والباقون مخطئون خطأ معفوا عنه لمشقة الخروج منه والانفكاك عنه , ولا سيما قول معتقد الجهة فإن اعتقاد موجود ليس بمتحرك ولا ساكن ولا منفصل عن العالم ولا متصل به , ولا داخل فيه ولا خارج عنه لا يهتدي إليه أحد بأصل الخلقة في العادة , ولا يهتدي إليه أحد إلا بعد الوقوف على أدلة صعبة المدرك عسرة الفهم فلأجل هذه المشقة عفا الله عنها في حق العادي [ كذا ولعله العامي ] 


ولذلك كان صلى الله عليه وسلم لا يلزم أحدا ممن أسلم على البحث عن ذلك بل كان يقرهم على ما يعلم أنه لا انفكاك لهم عنه , وما زال الخلفاء الراشدون والعلماء المهتدون يقرون على ذلك مع علمهم بأن العامة لم يقفوا على الحق فيه ولم يهتدوا إليه , وأجروا عليهم أحكام الإسلام من جواز المناكحات والتوارث والصلاة عليهم إذا ماتوا وتغسيلهم وتكفينهم وحملهم ودفنهم في مقابر المسلمين , ولولا أن الله قد سامحهم بذلك وعفا عنه لعسر الانفصال منه ولما أجريت عليهم أحكام المسلمين بإجماع المسلمين , ومن زعم أن الإله يحل في شيء من أجساد الناس أو غيرهم فهو كافر لأن الشرع إنما عفا عن المجسمة لغلبة التجسم على الناس فإنهم لا يفهمون موجودا في غير جهة بخلاف الحلول فإنه لا يعم الابتلاء به ولا يخطر على قلب عاقل ولا يعفى عنه ) اه


Dan semua itu adalah sebagian dari sesuatu yang tidak mungkin membenarkan bagi semua Mujtahid, tapi yang benar tetap satu dari mereka (karena bukan masalah furu’iyah), sementara yang lain salah tapi dimaafkan (tidak menjadi kafir) karena sulit keluar dan terlepas dari kesalahan tersebut, apalagi perkataan orang yang meyakini arah (Jihat), karena sesungguhnya keyakinan Allah ada tanpa bergerak dan tidak tetap, tidak terpisah dari alam dan tersambung dengan alam, tidak di dalam alam dan tidak di luar alam, itu sungguh tidak terpetunjuk seorang pun kepada aqidah tersebut dengan fitrah pada adat, dan tidak terpetunjuk seorang pun kecuali setelah berhenti atas dalil-dalil yang sukar dan sulit dipahami, maka karena kesulitan inilah, Allah memaafkan nya pada orang awam”.oleh sebab itu Rasul Saw tidak mewajibkan bagi setiap yang masuk islam untuk membahas hal itu, tetapi Rasul menetapkan hal yang tidak bisa tidak mesti di ketahui oleh mereka saja dari hal itu,dan begitu juga para kholifah rosidin dan para ulama muhtadin menetapkan pada orang orang islam atas hal itu [menetapkan hal yang pokok mesti di ketahui] saja,padahal mereka [kholifah dan ulama] bahwa orang awam muslimin tidak sampai pada kebenaran pada hal itu dan tidak mudah mendapat petunjuk pada hal itu, dan tetap berjalan pada mereka hukum pernikahan,warisan, mensalatinya ketika wafat, jika seandainya Allah tidak memberi keringanan dan tidak memaafkan mereka karena sulitnya terpisah dari semua itu,maka tidak akan di berjalankan pada mereka hukum hukum aturan islam dengan ijma kaum muslimin,barang siapa mengira bahwa tuhan menyatu dengan jasad mahluk atau yang lainnya,maka ini jelas kafir karena syara hanya memaafkan mujasimah karena umumnya femikiran tajsim pada umat manusia ,karena sungguh kebanyakan manusia tidak bisa memahami ada tanpa menempat,berbeda dengan hulul; allah menempat pada jasad mahluk,maka itu tidak umum pada pemikiran manusia dan tidak terbersit atas hati orang yang berakal ,maka tidak di maafkan dari hal ini. [Kitab Qawa’id –Jilid 1- Halaman 202]

2. Berkata Imam Nawawi

:( فرع ) قد ذكرنا أن من يكفر ببدعته لا تصح الصلاة وراءه , ومن لا يكفر تصح , فممن يكفر من يجسم تجسيما صريحا , ومن ينكر العلم بالجزئيات ) اه“


Dan telah kami sebutkan bahwa orang yang kafir dengan sebab Bid’ah nya, tidak sah Sholat dibelakangnya, dan orang yang tidak kafir (dengan sebab Bid’ah nya), niscaya sah Sholat (dibelakangnya), maka sebagian dari orang yang kafir, adalah orang yang membendakan Tuhan secara shorih”. [Kitab Al-Majmu’- Jilid 4- Halaman 150] 

Berkata Imam Nawawi dalam kitab Raaudhotut tholibin 10/64;

وأما التفصيل فقال المتولي من اعتقد قدم العالم أو حدوث الصانع أو نفى ما هو ثابت للقديم بالإجماع ككونه عالما قادرا أو أثبت ما هو منفي عنه بالإجماع كالألوان أو أثبت له الاتصال والانفصال كان كافرا ) اه


; Adapun hukum secara terperinci,maka berkata Imam Al mutawali bahwa barang siapa mengitiqodkan alam qodim atau hudus [ada permulaan] nya yang mencipta,atau menafikan hal yang tetap bagi dzat yang qodim secara ijma misal adanya Allah itu mengetahui dan kuasa,atau menetapkan hal yang di nafikan secara ijma seperti menetapkan warna [bagi Allah] Atau menetapkan terpisah dan menempel bagiNya,maka ia kafir.

3. Berkata Syihabuddin Ar-Ramli Asy-Syafi’i :

:( سئل ) عمن قال إن الله في جهة هل هو مسلم , وإن لزمه التجسيم ; لأن لازم المذهب ليس بمذهب أم لا ؟
( فأجاب ) بأن القائل المذكور مسلم , وإن كان مبتدعا ) اه


“Ditanyai tentang orang yang berkata bahwa Allah pada arah (jihat), adakah ia seorang muslim ? sekalipun perkataan nya melazimi Tajsim, karena bahwa lazim dari perkataan bukanlah sebuah pernyataan, ataukah ia bukan seorang muslim ? Maka beliau menjawab, sesungguhnya orang yang berkata demikian itu muslim, sekalipun ia telah melakukan bid’ah (Mubtadi’)”.[Kitab Fatawa Ar-Ramli- Jilid 4- Halaman 20]

4. Berkata Ibnu Hajar Al-Haitami : 


* ( من ثم قيل أخذا من حديث الجارية يغتفر نحو التجسيم والجهة في حق العوام ; لأنهم مع ذلك على غاية من اعتقاد التنزيه والكمال المطلق ) اه 


karena itu dikatakan karena dipahami dari Hadits Jariyah, bahwa dimaafkan untuk orang awam (tidak dihukumi kafir sekalipun beraqidah salah), pada seumpama menyatakan jism dan arah (bagi Allah), karena sesungguhnya mereka (orang awam) beserta demikian (Tajsim dan menyatakan arah), mereka sangat meyakini Tanzih (suci Allah dari serupa makhluk) dan meyakini kesempurnaan Allah secara mutlak”. [Kitab Tuhfah Al-Muhtaj- Jilid 9- Halaman 86]
5. Berkata Badruddin Az-Zarkasyi :

( وأما المخطئ في الأصول والمجسمة :
فلا شك في تأثيمه وتفسيقه وتضليله . واختلف في تكفيره :
وللأشعري قولان . قال إمام الحرمين وابن القشيري وغيرهما : وأظهر مذهبيه ترك التكفير , وهو اختيار القاضي في كتاب " إكفار المتأولين "
“Adapun orang yang salah dalam dasar Tauhid dan Mujassimah, maka tidak diragukan pada berdosanya, fasiknya dan sesatnya, dan terjadi khilaf pada kafirnya, bagi Imam Asy’ari ada dua pendapat tentang ini, menurut Imam Haramain, dan Ibnu Qusyairi dan lain keduanya, bahwa yang kuat dari dua pendapat Asy’ari adalah tidak mengkafirkan mereka, dan pendapat ini juga dipilih oleh Al-Qadhi dalam kitab Ikfar Al-Mutaawwilin”.[Kitab Al-Bahru Al-Muhith li Az-Zarkasyi- Jilid 8- Halaman 280]


6. Berkata Asy-Syarbini :

:( في الروضة :لو قال فلان في عيني كاليهودي والنصراني في عين الله أو بين يدي الله فمنهم من قال كفر ومنهم من قال إن أراد الجارحة كفر وإلا فلا
قال الأذرعي : والظاهر أنه لا يكفر مطلقا لأنه ظهر منه ما يدل على التجسم والمشهور أنا لا نكفر المجسمة ) اه“


Dalam kitab Raudhah (karangan Imam Nawawi) Kalau seorang berkata : si Fulan dimataku seperti Yahudi dan Nasrani dimata Allah atau di dua tangan Allah, maka sebagian Ulama berkata ia menjadi kafir (karena menyatakan Mata dan Tangan bagi Allah), dan sebagian Ulama berkata jika ia maksud adalah Jarihah (Mata kepala dan Tangan anggota badan) niscaya ia menjadi kafir, dan jika ia maksud bukan begitu, maka ia tidak kafir, berkata Al-Adzra’i : yang dhohir bahwa tidak menghukumi kafir secara mutlak, karena ada tanda-tanda yang menunjuki kepada Tajsim, dan pendapat yang masyhur bahwa kita tidak menghukumi kafir Mujassimah”. [Kitab Mughni Al-Muhtaj Al-Syarbini- Jilid 4- Halaman 133]

7. Berkata Imam al hisni:


: ( لكن هنا تنبيه هو أن المجسمة ملتزمون بالألوان والاتصال والانفصال وكلام الرافعي في كتاب الشهادات يقتضي أن المشهور أنا لا نكفرهم وتبعه النووي على ذلك إلا أن النووي جزم في صفة الصلاة من شرح المهذب بتكفير المجسمة
قلت : وهو الصواب الذي لا محيد عنه إذ فيه مخالفة صريح القرآن قاتل الله المجسمة والمعطلة ما أجرأهم على مخالفة من ** ليس كمثله شيء وهو السميع البصير } وفي هذه الآية رد على الفرقتين والله أعلم ) اه“


Tetapi di sini memberitahu bahwa sesungguhnya Mujassimah itu melazimi kepada warna dan tersambung dan terpisah, dan kalam Imam Rafi’i dalam kitab Al-Syahadat, menunjuki bahwa pendapat yang masyhur bahwa kita tidak menghukumi kafir mereka (Mujassimah), dan Imam Nawawi ikut dengan Imam Rafi’i tentang demikian (pendapat masyhur), tetapi Imam Nawawi dalam sifat Sholat di Syarah Muhadzdzab memastikan dengan kafir Mujassimah, Saya (Taqiyuddin Al-Hashni) berkata : pendapat Imam Nawawi dalam Syarah Muhazdzab itulah yang benar dan tidak terelakkan, karena pada Mujassimah terjadi pertentangan dengan shorih Al-Quran, Allah memerangi Mujassimah dan Mu’atthilah akan apa yang dapat membawa mereka kepada bertentangan dengan ayat , dan dalam ayat ini Allah menolak atas dua firqah (Mujassimah dan Mu’atthilah), wallahu a’lam”.[Kitab Kifayatu Al-Akhyar li Al-Hashni- halaman 647]
8. Berkata Imam As-Suyuthi :

( قاعدة : قال الشافعي : لا يكفر أحد من أهل القبلة , واستثني من ذلك : المجسم , ومنكر علم الجزئيات . 
وقال بعضهم : المبتدعة أقسام :
الأول : ما نكفره قطعا , كقاذف عائشة رضي الله عنها ومنكر علم الجزئيات , وحشر الأجساد , والمجسمة , والقائل بقدم العالم .
الثاني : ما لا نكفره قطعا , كالقائل بتفضيل الملائكة على الأنبياء , وعلي على أبي بكر . الثالث , والرابع : ما فيه خلاف , والأصح : التكفير , أو عدمه , كالقائل بخلق القرآن صحح البلقيني التكفير , والأكثرون : عدمه . وساب الشيخين , صحح المحاملي التكفير والأكثرون عدمه ) اه
: Berkata Imam Syafi’i Tidak dikafirkan seorang pun dari ahli Qiblat, dan dikecualikan dari demikian Mujassim dan pengingkar ilmu Allah terhadap semua juziyat........................[Kitab Al-Asybah wa An-Nadhoir Suyuthi- halaman 488] 


9. Berkata Ibnu Hajar Al-Haitami :

: ( واعلم أن القَرَافي وغيره حكوا عن الشافعي ومالك وأحمد وأبي حنيفة رضي الله عنهم القول بكفر القائلين بالجهة والتجسيم، وهم حقيقون بذلك ) اه“

Ketahui oleh mu bahwa Qurafi dan lain nya telah menghikayah dari Imam Syafi’I dan Imam Malik dan Imam Ahmad dan Imam Abu Hanifah –Radhiyallahu ‘anhum- akan satu pendapat tentang kafir orang yang berkata dengan Jihat (arah bagi Allah) dan orang yang berkata dengan Tajsim (bentuk dzat Allah), dan mereka (para Imam) mentahqiq dengan demikian”. [Kitab Al-Minhaj Al-Qawim- Halaman 224]
10. Berkata Zakaria Al-Anshori : 
:( قوله لا نكفره ) أي ببدعته خرج من نكفره ببدعته كالمجسمة ومنكري البعث وحشر الأجساد , وعلم الله تعالى بالمعدوم أو بالجزئيات لإنكارهم ما علم مجيء الرسل به ضرورة فلا يجوز الاقتداء به لكفره , والمعتمد في المجسم عدم التكفير ا هـ . ز ي أي ما لم يجسم صريحا , وإلا فيكفر ا هـ . شيخنا ) اه 


“(Qauluhu La Nukaffiruhu) artinya dengan Bid’ah nya, tidak termasuk orang yang kita hukumi kafir dengan Bid’ah nya, seperti Mujassimah, dan pengingkar hari bangkit dan kebangkitan jasad, dan orang ingkar pengetahuan Allah dengan yang tidak ada, atau mengingkari ilmu Allah dengan semua juziyat, karena mereka mengingkari sesuatu yang diketahui dengan mudah dari risalah yang dibawakan oleh rasul, maka tidak boleh ikut imam dengan orang tersebut, karena kufur nya, dan pendapat mu’tamad tentang Mujassimah ialah tidak menghukumi kafir. Syaikh Sulaiman Al-Jamal berkomentar : maksud nya selama tidak menjisimkan dengan shorih, jika tidak (artinya Tajsim shorih) maka ia kafir”.[Kitab Hasyiah Jamal- Jilid 1- halaman 531]

Dalam "Mugnil Muhtadzh" (5/429) Imam al-Shirbini menuliskan ::

:( تنبيه : اختلف في كفر المجسمة . قال في المهمات : المشهور عدم كفرهم , وجزم في شرح المهذب في صفة الأئمةبكفرهم . قال الزركشي في خادمه : وعبارة شرح المهذب من جسم تجسيما صريحا , وكأنه احترز بقوله صريحا عمن يثبت الجهةفإنه لا يكفر كما قاله الغزالي ,
وأول نص الشافعي بتكفير القائل بخلق القرآن بأن المراد كفران النعمة لا الإخراج عن الملة , قاله البيهقي وغيره من المحققين , لإجماع السلف والخلف على الصلاة خلف المعتزلة ومناكحتهم وموارثتهم .) اه من المغني


; Peringatan;telah berbeda pendapat para ulama dalam hal kafirnya kaum mujasimah,maka berkata dalam almuhimmat: pendapat yang mashur tidak kafirnya mereka,dan telah mantap dalam syarh muhadzab dalam sifat para imam ats kafirnya mereka,berkata az zarkasi dalam khodimnya: dan ibarat syarh al muhadzab yaitu orang yang menjisimkan Allah secara shorih;jelas,maka seolah olah ia mengecuualikan dengan perkataan 'shorih;jelas" atas orang orang yang menetapkan arah maka ia tidak kafir sebagaimana pendapat al ghazali,dan awal perkataan imam syafii kafirnya orang yang menyatakan al quran [kalam allah ] itu mahluk;di ciptakan,maka maksudnya adalah kufur nimat,bukan maksudnya keluar dari agama,telah berkata atas hal ini imam albaihaqi dan para muhaqiiqin,karena ijma salaf dan kholaf atas bolehnya bermakmum pada muktazilah dan menikahi mereka juga mewariskan harta mereka

11. Imam al-Budzhayrami (1131-1221 h/1719-1806 m) mengatakan dalam hasiyah albujairimi ala al khotib 2/ 138: . 


وأما من يكفر ببدعته كالمجسم صريحا ومنكر العلم بالجزئيات فلا يصح أن يكون إماما بحال كما قاله في التحرير .


Dan adapun yang kafir dengan bidahnya seperti mujasimah yang sharih dan yang mengingkari pengetahuan allah atas juziyat;hal hal terkecil/juz,maka tidak sah menjadi imam secara total sebagaimana dalam kitab at tahrir.



al-Budzhayrami (1131-1221 h/1719-1806 m) di Haashiyat "Al-Khatib," (2/138) mengatakan: 


فتلخص في المجسمة ثلاثة أقوال :
التكفير مطلقا , وعدمه مطلقا , والتفصيل . والله الهادي إلى سواء السبيل . وذكر حج في الكتاب المذكور أن القائلين بالجهة لا يكفرون على الصحيح . قال : نعم إن اعتقدوا لازم قولهم من الحدوث أو غيره كفروا إجماعا ا هـ فليحفظ . 
فإن قلت : ما المعتمد ؟
فإن الزيادي و ق ل والعناني أطبقوا على أن المعتمد عدم تكفير المجسمة مطلقا وابن حجر فصل . قلت : القلب إلى التفصيل أميل ا  


Kesimpulannya tentang hukum mujasimah itu ada sekitar tiga pendapat: A. kafir secara mutlak,B TIDAK KAFIR SECARA MUTLAK,C di perinci.. Dan Allah meandu kita pada kebenaran. dan Ibnu hajar dalam kitab tersebut menyebutkan bahwa yang berkata allah dalam arah itu tidak kafir menurut kaul sohih,ia berkata: betul mereka kafir jikalau mereka mengitiqadkan kelaziman perkataan mereka misal adanya permulaan atau selainnya ,maka itu kafir secara ijma . Jika Anda bertanya: mana yang benar muktamad ? Maka al-Ziyad dan al-'Inani selaras bahwa pendapat yang muktamad itu tidak kafirnya mujasimah secara mutlak, dan Ibnu Hajar memberi rincian hukum, . Aku berkata: aku condong kepada hukum secara terpetinci.

Imam al-Budzhayrami (1131-1221 h/1719-1806 m) mengatakan dalam "Al-Tajrid Haashiyat "Al-Minhaj"(1/311 ) ":

: (لا نكفره ) أي ببدعته خرج من نكفره ببدعته كالمجسمة ومنكري البعث للأجسام وعلم الله تعالى بالمعدوم أو بالجزئيات لإنكارهم ما علم مجيء الرسول به ضرورة فلا يجوز الاقتداء به لكفره , والمعتمد في المجسمة عدم التكفير . ا هـ . ز ي أي ما لم يجسم صريحا وإلا بأن قال : إن الله جسم كالأجسام فيكفر كما قرره شيخنا , والجهوي القائل : إن الله في جهة لا يكفر وإن لزم من الجهة الجسمية ; لأن لازم المذهب ليس بمذهب ) اه 


"perkataan:" kita tidak mengkafirkannya ", yakni dengan karena bidahnya,maka tidak dimasukkan pada yang tidak kufur karena bidahnya, seperti muzhassimah dan yang mengingkar kebangkitan mahluk , menyangkal bahwa Allah mengetahui tentang hal yang tidak ada atau tidak mengetahui juz benda benda, karena mereka ingkar atas apa yang di bawa Rasul secara jelas/terang,maka tidak boleh bermakmum dengannya karena kekafirannya,dan qaul yang muktamad dalam hukum mujassimah itu tidak kafir.,yakni ketika tidak menjisimkan secara jeelas, , dan jika jelas misal mengatakan bahwa Allah adalah jisim seperti jisim lainnya, maka ini adalah kafir, sebagaimana pendapat syekh kami. Dan kaum jahwi [yang berpendapat Allah di arah] itu tidak dianggap kafir, meskipun arah itu melazimkan fisik, sebagai "karena yang timbul dari aliran pemikiran, itu tidak lazim sebuah mazhab."

===============================================


Bab pembahasan ke empat 


Hukum tajsim dan mujasimah menurut madham hambali 


Kaum hanabilah membagi hukum tajsim dan mujassimah:
1. Ulama dan mujtahid mujasimah itu kafir
2. orang awam dan para muqolidnya tidak kafir
3.Dan sebagian madhab hambali ada yang mengkafirkan secara mutlak
4. sebagian mereka ada yang tidak mengkafirkan secara mutlak

Berikut pendapat ulama madhab hambali dalam hal itu :

1. Ibnu hamdan telah menuqilkan DALAM KITAB NIHAYAT ALMUBTADIIN hal 3o: 

عن أحمد ( تكفير من قال عن الله جسم لا كالأجسام  

Daripada Imam ahmad kafirnya orang yang berkata dzat Allah jisim tidak seperti jisim
Dan telah menuqilkan yang meiliki kitab al khishol dari kalangan madhab hambali atas perkataan tersebuut dalam kitab tasnif al masami 346. 

2. Berkata ar rohibani dalam daqoiq ulun nuha 3/590: 

: ( فلا تقبل شهادة فاسق بفعل كزان وديوث أو باعتقاد كمقلد في خلق القرآن أو ) في ( نفي الرؤية ) أي : رؤية الله في الآخرة ( أو ) في ( الرفض ) كتكفير الصحابة أو تفسيقهم بتقديم غير علي أي في الخلافة عليه ( أو ) في ( التجهم ) بتشديد الهاء أي اعتقاد مذهب جهم بن صفوان ( ونحوه ) كمقلد في التجسيم وما يعتقده الخوارج والقدرية ونحوهم , ( ويكفر مجتهدهم ) أي مجتهد القائلين بخلق القرآن ونحوهم ممن يخالف ما عليه أهل السنة والجماعة ( الداعية ) 
قال في الفصول في الكفاءة في جهمية وواقفية وحرورية وقدرية ورافضية : إن ناظر ودعا كفر وإلا لم يفسق , لأن أحمد قال : يسمع حديثه ويصلى خلفه . 
قال : وعندي أن عامة المبتدعة فسقة كعامة أهل الكتابين كفار مع جهلهم , والصحيح لا كفر ; لأن أحمد أجاز الرواية عن الحرورية والخوارج ) اه
;dan tidak di terima persaksian orang yang fasiq karena prilakunya seperti berbuat zina dan dayus atau yang beritiqod alquran [sifat kalam allah] mahluq atau yang menafikan ru'yat;melihat Dzat Allah di akhirat atau karena rofidhoh seperti mengkafirkan sahabat atau menghukumi fasiqnya mereka dengan mendahulukan sayidina Ali dalam kekholifahan,atau karena tahajum yakni mengikuti faham jahm bin sofwan dan yang semisalnya seperti yang taqlid pada faham tajsim,atau beritiqad seperti khowarij atau qodariyah atau yang semisalnya dan kafirnya mujtahid semua faham itu seperti mujtahid yang menyatakan alquran [kalam allah] itu mahluk dan yang lainnya yang menyelisihi ahlussunnah ,telah berkata dalam fasal alkifaah dalam hal jahmiyah ,hururiyah,qodariyah dan rofidhoh,kalau mereka ahli membahas dan mengajak pada fahamnya,maka ia kafir,kalau tidak begitu maka tidak fasiq,karena Imam Ahmad berkata: di dengar hadisnya dan boleh bermakmum padanya,dan menurutku orang awam faham tersebut adalah fasiq sebagaimana ahli kitab yang awam tetap kafir walau pun mereka tidak mengetahuinya,dan menurut qaul sohih itu tidak kafir karena imam ahmad membolehkan riwayat dari kaum hururiyah dan khowarij.
3. Dan Abi ya'la berkata dalam thobaqot hanabilah 499: 

: ( قال الوالد السعيد: فمن اعتقد أن الله سبحانه جسم من الأجسام وأعطاه حقيقة الجسم من التأليف والانتقال: فهو كافر لأنه غير عارف بالله عز وجل لأن الله سبحانه يستحيل وصفه بهذه الصفات وإذا لم يعرف الله سبحانه: وجب أن يكون كافراً . ) اه


;berkata al walid as said;barangsiapa mengitiqadkan bahwa Allah swt itu jisim dari sebagian jisim dan memberi kan hakikat kejisiman dari sifat tersusun dan berpindah maka ia kafir karena ia tidak mengenal Allah karena Allah swt mustahil di sifati dengan sifat sifat tersebut dan jika tidak tau Allah,maka mesti ia adalah kafir.

4. Dan dalam kitab itiqod karya Ibnu abi ya'la hal 16: 

: ( فإن اعتقد معتقد في هذه الصفات ونظائرها مما وردت به الآثار الصحيحة التشبيه في الجسم والنوع والشكل والطول- فهو كافر.
وإن تأولها على مقتضى اللغة وعلى المجاز فهو جهمي.
وإن أمرها كما جاءت، من غير تأويل، ولا تفسير، ولا تجسيم، ولا تشبيه، كما فعلت الصحابة والتابعون فهو الواجب عليه ) اه


;Dan jika mengitiqadkan dalam sifat sifat ini atau yang semisalnya yang datang dalam atsar yang sohih akan tasybih dalam hal kejisiman dan macem, bentuk dan ukuran panjang ,maka ia kafir,dan jika mentakwil sesuai logat secara bahasa dan dengan majaz maka ia adalah jahmi,dan jika melewatinya sebagaimana lafad yang ada dengan tidak mentakwil dan tidak mentafsir,dan tidak memahami dengan kejisiman dan tidak tasybih sebagaiman di lakukan sahabat,maka itulah yang wajib padanya.


5. Berkata Imam Mar'i alkarmi dalam aqowil as stiqot 64: 

: (ومن العجب أن أئمتنا الحنابلة يقولون بمذهب السلف ويصفون الله بما وصف به نفسه وبما وصفه به رسوله من غير تحريف ولا تعطيل ومن غير تكييف ولا تمثيل ومع ذلك فتجد من لا يحتاط في دينه ينسبهم للتجسيم ومذهبهم أن المجسم كافر بخلاف مذهب الشافعية فإن المجسم عندهم لا يكفر فقوم يكفرون المجسمة فكيف يقولون بالتجسيم ) اه 


;DAN yang aneh adalah bahwa Imam imam madhab hambali berkata dengan klaim madhab salaf dan mengakui mensifati Allah dengan apa yang telah Allah sifati terhadap dzatnya,dan dengan apa yang di sifati oleh Rasulnya dengan tidak tahrif juga tidak ta;til dan dengan tidak memberi kaif juga tamsil,tetapi di samping itu di temukan adanya orang orang yang tidak luas dalam agamanya mereka menisbatkan diri pada tajsim;menjisimkan Allah',padahal dalam madhabnya sungguh bahwa tajsim itu adalah kafir berbeda dengan madhab syafiiyah maka kaum mujasimah itu tidak kafir menurut mereka,maka aneh suatu kaum yang berkata kafirnya mujasimah maka kenapa bisa mereka berkata dengan tajsim;menjisimkan.

 ========================================
Kesimpulan:

Sungguh pendapat ahli ilmu dalam menghukumi mujasimah itu ada dua pendapat,pertama pendapat kafirnya mereka,kedua pendapat yang tidak mengkafirkan,maka pendapat atas tidak kafirnya kaum mujasimah ini yang mesti di informasikan pada umat sehingga tertanam rasa tasamuh;toleransi antara kaum muslimin,apalagi masalah ini adalah masalah yang dalam sebagaimana telah di sebutkan dari pendapat Imam izz bin abdis salam.apalagi kita ada pada zaman yang mana pada saat ini sangat membutuhkan persatuan bukan perpecahan,umat umat yang lain telah menyerang islam dari setiap arah,sedangkan kaum muslimin tidak henti hentinya bertikai masalah cabang sehingga sebagian sibuk dengan sebagian muslim yang lain...semoga kita tersadar dan semoga Allah menyatukan kaum muslimin...amiiiiiiiiiiiin. 



Tanbih:

Telah tuntas pembahasan atas hukum tajsim dan mujassimah,lalu apa makna jisim tersebut??? hakikat jisim menurut lugot [bahasa] dan bistilah,maka tempat pembahasanya itu luas,dan yang kami bahas disini adalah batilnya tajsim pada Allah secara naql; nas alquran hadis juga menurut akal,begitu juga menurut perkataan ulama salaf dan para imam yang membantah syubhat kaum mujasimah dan mereka menyebutkan kelompok kelompok ataupun individu kaum mujassimah atau orang yang lainnya dari masalh ini. 

Tetapi sedikit saya singgung tentang hakikat jisim menurut lugot dan istilah sehingga sedikitnya kita tau apa itu tajsim/jisim yang telah kita jelaskan di atas.
  1. Tajsim; adalah mengitiqodkan bahwa allah itu jisim.
  2. Jisim secara lugot adalah at tajamu: berkumpul,at tasyakhos;berbentuk dan at tarkib;tersusun.

Berkata Ibnu faris dalam kitan mujam maqoyis al lugot 1/457: 

: ( الجيم والسين والميم يدلُّ على تجمُّع الشيء. فالجسم كل شخص مُدْرَك كذا 


;jim sin mim [jisim] itu menunjukan tajamu syai; berkumpul sesuatu maka jisim setiap bentuk adalah apa yang di temui.

JiSim menurut istilah adalah:

: ما يقبل الأبعاد ( الطول والعرض والعمق ) قال الإمام أحمد في عقيدته التي حكاها عنه عامة الحنابلة : إنما الأسماء مأخوذة بالشريعة واللغة، وأهل اللغة وضعوا هذا الاسم على كل ذي طول وعرض وسمك وتركيب وصورة وتأليف والله تعالى خارج عن ذلك كله فلم يجز أن يسمى جسماً لخروجه عن معنى الجسمية، ولم يجئ في الشريعة ذلك فبطل )


; sesuatu yang menerima ukuran [panjang,lebar dan dalam] berkata imam ahmad dalam aqidah yang di hikayatkan oleh mayorotas ulama madhabnya; asma ;nama nama itu di ambil dari syariat dan lughot,adapun ahli lughot menetapkan nama nama kepada sesuatu yang memilki ukuran,panjang,lebar,dalam,tersusun,rupa dan tersusun,dan ALLAH di kecualikan dari semua itu,maka tidak boleh di namai dengan sesuatu jisim karena ALLAH di luar makna jisim,dan hal itu tidak berlaku dalam syariat,maka batillah hal itu. [ kitab itiqod imam al mubajjal abi abdillah ahmad bin hambal karya at tamimi hal 298,dan dalam tobaqot hanabilah karya ibnu abu ya'la 2/298 ]

هذا آخر المطاف والحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وآله وصحبه ومن والاه


DiNuqilkan Oleh : Bagus Rangin ~ Kertajati-Majalengka

pucukpucuk Agan sedang membaca artikel tentang: Hukum tajsim [menjisimkan Allah] Dan mujasimah;[Orang yang mejisimkan Allah] Bag:2. Silakan agan copy dan paste atau sebarluaskan artikel ini jika dinilai bermanfaat,Ane juga menyediakan buku terjemahan kitab yang membantah wahabi: 1. buku "bid'ah mahmudah dan bid'ah idhafiyah antara pendapat yang membolehkan dan yang melarang" terjemah dari kitab: albid'atul mahmudah wal bid'atul idhafiyah bainal mujiziina wal maniin" karya Syaikh abdul fattah Qudais Al Yafi"i, 2.Terjemah kitab ‘At Tabaruk Bi As Sholihin Baina Al Muzijiin wa Al Maani’in: Mencari Keberkahan Kaum Sholihin Antara Pendapat yang Membolehkan dan yang Melarang, hub admin: hp/WA 0857-5966-1085.syukron :

*** Dapatkan buku terjemah disini ***

Share this article :

Posting Komentar

Jangan lupa Tulis Saran atau Komentar Anda

 
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger