News Update :
Home » » Sebagian kelicikan taimiyyun untuk mengelabui awam dari tafwidh makna yg diamalkan salaf

Sebagian kelicikan taimiyyun untuk mengelabui awam dari tafwidh makna yg diamalkan salaf

Penulis : Bagus Rangin on 2 Mei 2012 | 03.26.00









Pertama: Mereka membahas bahwasannya ayat2 Al-Qur'an itu diturunkan utk difahami  semua maknanya. Pendirian ini tertolak krn ayat surah Ali Imran:(7) menegaskan adanya nas-nas mutasyabihat yg hanya diketahui ta'wilnya (makna lain bagi nas-nas trsebut) oleh Allah s.w.t.. Maka, dalam ayat ini, Allah s.w.t. menetapkan adanya ta'wil bagi nas-nas mutasyabihat. Dgn menetapkan adanya ta'wil (makna lain) bagi nas-nas mutasyabihat, maka ini bererti nas-nas mutasyabihat tidak perlu difahami dengan makna dhahirnya sbb ada makna lain baginya yg diketahui oleh Allah s.w.t.. Dalam hal ini, Ibn Taimiyyah mencoba mengklaim bahawasanya ta'wil dalam ayat ini tidak bermakna: "makna lain", tetapi bermakna kaifiyyat. Wahai taimiyyun, sejak kapan ahli bahasa Arab memahami ta'wil dgn makna kaifiyyat??. Ta'wil adalah memalingkan drpd makna dhahir kepada makna lain.dengan hal yang tadi di sebutkan, taimiyyun menuduh golongan ta'wil sbgai ta'thil (ini  salah satu ke salah fahaman tentang ta'wil).

Kedua: Mereka mengklaim, segala perkataan salafus-soleh yg menolak mentafsir bagi nas-nas mutasyabihat  di artikan dengan menolak perincian kaifiyaat sifat. Ini juga suatu kelicikan dan penyelewengan terhadap ilmu bahasa Arab itu sendiri. Tafsir  adalah memberi makna atau perincian makna, dan kaifiyyat adalah sebagian daripada tafsir, tetapi itu bukanlah definisi tafsir secara keseluruhan . Tafsir adalah: memberi makna, menjelaskan hakikat makna dan memperincikan kaifyyat makna. Dgn perkataan salaf menolak tafsir bagi nas-nas mutasyabihat, artinya salafus-soleh menolak "memberi makna" bagi nas-nas mutasyabihat tersebut, bukan sekadar tidak menjelaskan hakikat makna dan kaifiyyatnya. Kelicikan ini sudah saya buktikan dgn perkataan2 salafus-soleh sendiri yg tidak perlu disebutkan di sini ,bagi taimiyyun kaji sendiri hal ini. Sebagian mrk juga mencoba menyembunyikan tafwidh makna salafus-soleh dgn berkata: kalau salafus-soleh berkata: tidak diketahui ilmunya kecuali oleh Allah",maksud ilmu itu adalah ilmu kaifiyyat. Ya Salam wahai taimiyyun,  Mana dalil yg kata ilmu dalam perkataan salaf adalah kaifiyyat sedangkan ilmu itu sendiri maksudnya adalah makna sebelum maksud kaifiyyat. Bagaimana anda batasi dengan maksud kaifiyyat tanpa dalil shorih selain daripada femahaman Ibn Taimiyyah?

Ketiga: Pendapat mereka: kalau tidak faham makna nas-nas mutasyabihat, bererti Al-Qur'an ini sia-sia. Wahai taimiyyun, Kamu berdusta, Semua huruf2 hija'iyyah seperti Alif Laam Mim, dan sebagainya, adalah mutasyabihat yg tidak diketahui maknanya  menurut salafus-soleh, namun hal ini tidak menjadikan bahwa Al-Qur'an ini sia-sia. Begitu halnya seperti nas-nas mutasyabihat yang lain seperti yadd dan sebagainya yg mana semuanya ada konteks tersendiri. Tidak tahu mkna lafaz bukan berarti tidak ada makna . Maknanya diketahui oleh Allah. itu makna surah ali imran ayat 7.

Keempat: pendapat taimiyyun: salafus-soleh memahami makna krn mereka menetapkannya kepada Allah s.w.t.wahai taemiyun: Menetapkan lafaz-lafaz mutasyabihat berbeda dengan menetapkan makna2 bagi lafad-lafaz tersebut. Terlalu byk riwayat yg menunjukkan salafus-soleh menetapkan lafaz saja tanpa makna. oleh Sebab itu mrk  berkata: imraruha kama jaa'at. Kalau itu bisa difahami,maka tak perlu hanya sekadar melewati bacaannya saja.

Kelima: Pendapat taimiyyun, ada sebagian salafus-soleh mengatakan, lafad2 mutasyabihat itu adalah suatu lafad yg hakiki. Jawapan syubhat ini: hakikinya lafaz-lafaz mutasyabihat ini maksudnya:, di sana ada makna yg sebenarnya yg hanya Allah s.w.t. saja yg tahu, bukan dgn makna kiasan dalam ilmu bahasa, juga bukan dengan makna dhahir dari sudut bahasa. Sebb itu mrk yg terlibat dgn mengatakan lafad2 tersebut adalah dengan makna hakiki, mereka tidak memahaminya dengan makna dhahirnya, namun menyerahkan kehakikian makna tersebut kepada Allah s.w.t. (demikianlah Ibn Abdil Barr dalam Tamhid 7/135 dan Al-Qurtubi dlm tafsirnya)

Keenam: Taimiyyun berkata: Salafus-Soleh menetapkannya dengan dhahir nas-nas mutasyabihat. Mereka menetapkan dhahir nas-nas mutasyabihat bukan menetapkan makna dhahir bagi nas-nas mutasyabihat. Az-dhahir dari suatu lafaz itu adalah lafad itu sendiri. Itu makna asal bagi dhahir,jadi maksudnya bukan makna dhahir. Ini kembali kepada kaedah mereka imraruha kama ja'at... lewati bacaannya sebagaimana  disebutkan (tanpa faham maknanya, tanpa tafsir, tanpa takyiif dan sebagainya).

Pengingkaran terhadap Taimiyyun:-

Pertama: Tidak ada dalil qat'ie kita bahwa kita perlu memahami nas-nas mutasyabihat dgn makna dhahir sedangkan ayat 7 surah ali Imran mengatakan sebaliknya (tidak perlu faham makna dhahirnya sbb ada makna lain baginya yg diketahui oleh Allah s.w.t.).

Kedua: Jelas banyak perkataan salafus-soleh yg tafwidh makna. Mengapa taimiyyun mencoba membutakan mata daripada membaca perkataan mereka?? malah sebagian taimiyyun mencoba menahaminya dengan makna yg lain daripada makna asal perkataan ulama salaf tersebut.

Ketiga: Tidak ada masalah sedikit pun bagi seseorang dengan menyerahkan makna sebenar nya bagi lafad-lafaz mutasyabihat kepada Allah s.w.t. kerana itu lebih selamat daripada apa yg difahami oleh mujassimah. Kalau sekadar menyerahkan kaifiyyat kepada ALlah, sedangkan di Allah memberi isarah bahwa maknanya mesti diserahkan kepada Allah s.w.t (berdasarkan Surah Ali Imran ayat 7), maka sudah pasti tafwidh makna salafus-soleh adalah yg utama. Mereka tidak menafikan sesuatu daripada sifat2 tsbt. Mereka menyerahkan maknanya kepada Allah s.w.t. tanpa tafsir, tanpa membahasknya. Kalau sudah tahu maknanya, maka tak perlu mereka melarang tafsirnya. Kalau kata tafsir itu di maknai dengan perincian kaifiyyat, itu suatu kekeliruan dalam bahasa krn perincian kaifiyyat bukan semata2 tafsir, tetapi tafshil (perincian) dan khaudh (mendalami perbahasan). Memahami yadd dgn makna dhahir seperti tangan, itu juga tafsir. Itu pun dilarang oleh salafus-soleh. Hanya ketaasuban kpd Ibn Taimiyyah saja yang memaksa seseorang memahami salafus-soleh dgn cara Ibn Taimiyyah.

Keempat: Salafus-Soleh tahu bahwa nas-nas mutasyabihat itu makna dhahirnya tidak sesuai bagi Allah s.w.t.. Adapun Ibn Taimiyyah: makna dhahirnya sesuai bagi Allah s.w.t.. Contoh lafad mutasyabihat: "yadd", Ibn Taimiyyah memahaminya sebagai anggota bagian [organ] bagi Allah s.w.t. tetapi bentuk, keadaan, cara dan bagaimana anggotanya itu, hanya ALlah s.w.t. saja yg tahu. oleh Sebab itu dia menamakan sifat2 tersebut sebagai sifat a'yaan (keanggotaan). Baca Risalah At-Tadamuriyyah.

Salafus-Soleh tidak memahami nas-nas mutasyabihat dengan makna dhahir, seperti memahami yadd dengan makna anggota bagi zdat Allah s.w.t. sebagaimana yg difahami oleh Ibn Taimiyyah dalam risalah tadammuriyyah. Malah, salafus-soleh menolak makna2 keangotaan/organ bagi Allah s.w.t. itu sendiri. Imam At-Tahawi contohnya berkata:-

(تعالى عن الحدودوالغايات والأركان والأعضاء والأدوات لا تحويه الجهات الست كسائر المبتدعات)

Maksudnya: "Maha Suci Allah daripada batasan, sepadan, anggota, bagian dan alat... Allah tidak diliputi oleh sudut yang enam seperti makhluk yang baru [ada permulaan]".

Jadi, yadd Allahmenurut Imam At-Tahawi tidak difahami dengan makna dhahir sebagaimana femahaman Ibn Taimiyyah. oleh sebab itu at tahawi menafikan asal femikiran yg membawa seseorang menetapkan makna dhahir bagi nas-nas mutasyabihat tersebut yaitu menafikan keanggotaan dan tempat daripada Allah s.w.t.. Ini asas yg menunjukkan aqidah salafus-soleh yakni tidak menetapkan makna dhahir bagi nas-nas mutasyabihat seperti menetapkan yadd, ain Allah dan sebagainya, fauq, ala, istawa dan sebagainya dengan maksud ALlah bertempat dan berada di atas arasy. Ini sudah  begitu jelas2nya melainkan bagi mereka yg ta'asub kpd Ibn Taimiyyah.

Selesailah sedikit ta'liqat dalam masalah ini. Semoga tidak perlu diperpanjangkan lagi pembicaraan, Sebagaimana sudah di ketahui umum , kalau taimiyyun itu memang tak akan menerima melainkan hujah dari orang yg membela faham taimiyyun juga. Jadi, masing2 bertanggungjawab di hadapan Allah s.w.t.. Saya yakin, Allah s.w.t. tidak akan menyalahkan saya dgn menyerahkan makna nas-nas mutasyabihat kepada Allah s.w.t. sebagaimana salafus-soleh. Malah, tiada satu ayat pun yg menyuruh seseorang utk memahami nas-nas mutasyabihat dgn makna dhahir. Mudah2n Allah s.w.t. membantu mereka yg  keluar daripada kebenaran, agar kembali ke pangkal jalan yang benar.

 Semoga Allah s.w.t.. mengampuni saya kalau sering terlalu berjidal dalam urusan yg tidak membawa faedah. Allahumma sallimna. Semoga Allah s.w.t. ampuni saya. Amiin...

DiNuqilkan Oleh : Bagus Rangin ~ Kertajati-Majalengka

pucukpucuk Agan sedang membaca artikel tentang: Sebagian kelicikan taimiyyun untuk mengelabui awam dari tafwidh makna yg diamalkan salaf. Silakan agan copy dan paste atau sebarluaskan artikel ini jika dinilai bermanfaat,Ane juga menyediakan buku terjemahan kitab yang membantah wahabi: 1. buku "bid'ah mahmudah dan bid'ah idhafiyah antara pendapat yang membolehkan dan yang melarang" terjemah dari kitab: albid'atul mahmudah wal bid'atul idhafiyah bainal mujiziina wal maniin" karya Syaikh abdul fattah Qudais Al Yafi"i, 2.Terjemah kitab ‘At Tabaruk Bi As Sholihin Baina Al Muzijiin wa Al Maani’in: Mencari Keberkahan Kaum Sholihin Antara Pendapat yang Membolehkan dan yang Melarang, hub admin: hp/WA 0857-5966-1085.syukron :

*** Dapatkan buku terjemah disini ***

Share this article :

Posting Komentar

Jangan lupa Tulis Saran atau Komentar Anda

 
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger