News Update :
Home » » Salafi atau Mutasallif..??

Salafi atau Mutasallif..??

Penulis : Bagus Rangin on 27 Maret 2012 | 03.53.00



 Makam Ibnu Hajar Al Asqolani 


Mutasallif adalah kalimah yang dimasyhurkan oleh seorang ulama besar dari Negara Mesir yang bernama As-Syaikh Zaki Ibrahim didalam kitabnya yang bertajuk “ ‘Usmah An-Nabi..  


Mutasallif adalah “isim Fail” yang maksudnya: “orang yang berpura-pura salafi”, seperti kalimah “so'im” yang mengandung makna “orang yang puasa”, tetapi “mutaso'im” itu mengandung makna “orang yang berpura-pura puasa”.

Rata-rata golongan yang mendakwa mereka sebagai salafi, apabila dilihat dari amalan dan penghujahan dalil mereka,maka dapat di fahami bahwa mereka bukanlah salafi, tetapi mereka adalah mutasallif. Ini karena, jika di perhatikan dari sudut penghujahan dalil, banyak hujjah-hujjah mereka yang tidak “berpijak” kepada hujah yang tepat.

Mereka sekedar beristidlal dari beberapa nas dan dalil, tanpa mempunyai syarat-syarat “mustanbit” (orang yang layak mengeluarkan hukum).



Semasa belajar, aku sering tinggal bersama rekan2 yang mendakwa diri mereka sebagai salafi. Setelah berkawan dengan mereka beberapa waktu, maka ku dapati mereka mudah mengeluarkan hukum hanya semata-mata membaca beberapa ayat Al-Quran dan beberapa Hadis, sedangkan mereka sendiri mempunyai kelemahan didalam memahami Bahasa Arab dari sudut Nahwu dan Sorofnya.

Pem“bidaah”an secara “membabi buta” tanpa melihat terhadap perkara yang dibidaahkan merupakan amalan “mutasallif”, bukan salafi, karena, didalam pengajian Fiqh, mengetahui sesuatu yang mau dihukumi itu perlu diketahui terlebih dahulu sebelum dijatuhkan hukum.

Kaedah fiqh menyatakan;“Hukum atas sesuatu adalah satu furu’ daripada gambaran sesuatu tsbt

Seorang Tuan Guru yang buta; yang tidak pernah menonton TV semenjak di lahirkan; di tanya berkenaan hukum menonton TV,karena Memandangkan sesuatu hukum yang dijatuhkan perlu mengetahui terlebih dahulu benda yang mai dihukuminya, maka dia meminta dari “mustafti” (orang yang bertanya) agar mendatangkan TV kepadanya.

Ketika TV berada didepannya, dia meraba-raba TV tersebut, dan dia tidak bisa menjatuhkan hukum. ketiaka di hidupkan, dari TV tersebut terdengar bacaan Al-Quran, maka guru tersebut terus mengatakan bahwa hukum menonton TV adalah sunat.

maka dengan Melihat fatwa Tuan Guru Buta tersebut  bahwa hukum menonton TV adalah sunat itu merupakan hukum yang tidak tepat, karana, menonton TV itu sendiri mempunyai berbagai-bagai kategori. Menonton berita tidak sama hukumnya dengan menonton film cinta. Menonton indonesia Idol tidak sama dgn hukum menonton ceramah (walaupun hukumnya sudah hampir sama sebab perempuannya sudah bertabarruj) dan sebagainya.

Mengharamkan amalan bidaah yang dilihat oleh ulama sebagai bidaah dalam kategori amalan khilafiyyah,itu juga bukan dari amalan salafi, tetapi itu adalah amalan mutasallif, karana, sikap seperti itu seakan-akan telah menafikan kaedah Fiqh yang menyatakan;“Sesungguhnya suatu Ijtihad tidak bisa dibatalkan dengan Ijtihad (yang lain) 

Imam As-Sayuti menyatakan didalam kitabnya “Al-Asybah Wa An-Nazair” bahawa sebagaimana yang dinukilkan oleh Ibnu As-Sibagh, bahwa kaedah ini telah diijmakkan oleh para sahabat, Sesungguhnya Abu Bakar (As-Siddiq) pernah menghukumi dalam suatu masalah,tetapi Omar bin Al-Khattab telah berijtihad dan berbeda dgn hukum yang telah di ijtihad oleh Abu bakar,dan hukum ijtihad Abu bakar tetap berlaku,shgg para sahabat di bawahnya ada yang mengikuti hasil ijtihad umar dan ada yang mengikuti hasil ijtihad Abu bakar...

SALAFI ADALAH MARHALAH;perjalanan MASA, BUKAN MAZHAB ISLAM

lahirnya kalimah “salafi” bukanlah satu perkara yang aneh, karana, kalimah tersebut merujuk kepada istinbat dari sabda Rasulullah SAW yang ;“sebaik-baiknya manusia adalah generasi pada zamanku, kemudian orang-orang berikutnya, kemudian orang-orang berikutnya, kemudian orang-orang berikutnya, kemudian datang satu kaum yang didahului oleh sumpah mereka daripada kesaksian mereka, kesaksian mereka adalah sumpah mereka

Hadis ini menerangkan kelebihan golongan yang terdahulu. Kelebihan mereka adalah karana mereka mempunyai “kedekatan masa” dengan Baginda SAW.mereka merupakan golongan yang awal, mereka memahami maksud Nabi SAW dengan sebenar-benarnya pemahaman, tanpa perlu mewujudkan “kaedah pemahaman” atau “turuq Al-Istinbat” dari Al-Quran dan Al-Hadis.

Setelah wafat Nabi SAW, perkembangan Islam telah berlanjut dan menarik hati manusia yang menganut pelbagai agama, maka Islam di anut oleh bekas-bekas penganut agama seperti Nasrani, Yahudi, hindu dan sebagainya, Dengan perkembangan baik ini, golongan-golongan baru dengan islam mula membandingkan agama ini dengan agama-agama yang di anut oleh mereka terdahulu sehingga lahirlah perdebatan di kalangan mereka yang sebahagian besarnya melibatkan sahabat-sahabat baginda SAW sendiri.

Tidak dinafikan juga, ada sebagian dari penganut-penganut baru islam ini, walaupun sudah memeluk Islam, tetapi mereka masih cenderung kepada ajaran-ajaran lama mereka, sehinggakan ajaran yang mereka sukai dari agama dahulu itu di lebelkan sebagai Islam juga. dampak dari keadaan sperti ini, menyebabkan lahirnya “kaedah-kaedah pemahaman” atau “turuq al-istinbat” yang betul bagi memahami maksud nas dengan sebenar2nya. Maka dengan demikian, lahirlah mazhab-mazhab didalam Islam untuk memahamikan maksud sebenar2nya yang di maksud oleh Nas-nas syara.

setelah kita faham penjelasan dari ulasan ini, maka salafi bukanlah satu mazhab islam, tetapi salafi adalah satu marhalah;perjalanan masa yang mana di masa itu terdapat mazhab-mazhab islam yang telah menyediakan berbagai“turuq al-Istinbat”dan menjadikannya sebagai “alat” untuk di gunakan oleh generasi yang akan datang dalam memahami nas-nas syariat.

Dengan demikian, mendakwaan diri sebagai “salafi” adalah salah, tetapi ungkapan yang paling tepat adalah “ittiba’ salaf”. Mendakwa diri sebagai mazhab Salafi adalah satu kemungkaran didalam syariat Islam yang dikategorikan oleh Dr Said Ramadhan Al-Buti sebagai “BIDAAH” yang tidak di ridhai oleh Allah.

PENUTUP

Ulasan ringkas ini bukanlah untuk remehkan klaim dari pihak tertentu, tetapi ulasan ini sekadar untuk memberi gambaran sdkt tentang hal yg sebenarnya di balik dakwaan tersebut.

Tulisan ini juga, bukan membela aswaja dan meremehkan golongan yang menyalahinya, ataupun sebaliknya, tetapi tulisan ini adalah untuk mencari titik temu dibalik perselisihan antara kedua kelompok itu.

Mudah-mudahan kita tidak berada dibawah kategori manusia yang dikatakan sebagai “Sok bener sendiri” dengan cuma klaim kita saja.

Yang paling utama disisi kita adalah ; Marilah kita melawan penjajah yang telah menjajah system kehidupan, pemikiran dan ilmu kita !!!!!!!!!

Al QORDLOWI BERKATA DALAM BUKUNYA:"WAWASAN ISLAM ANTARA KEASLIAN DAN KEMODERENAN" HLMN 72-76 :

"...Secara jujur saya katakan,bahwa saya sangat tertarik dengan manhaj dan metodologi al-Salafiyah yang diperbaharui seperti yang dipelapori oleh Syeikh Islam Ibn Taimiyah dan muridnya Imam Ibn Qayyim al-Jauziyah,tetapi tidak menutup kemungkinan bagi saya untuk berbeDa pendapat dgn keduanya dalam masaalah2 tertentu.Dengan sikap seperti ini, pada hakikatnya saya sedang mempraktikkan manhaj dan metodologi keduanya yang selalu MENGAJAK DAN MENYERU PARA ULAMA utk berijtihad dan meninggalkan taklid.Dan jika terpaksa saya bertaklid dengan keduanya pasti saya juga akan berbeda pendapat dengan mereka dalam masaalah2 tertentu"

Inilah manhaj salafiyah menurut Syaikh Prof Dr Yusuf al-Qardhawi.

* Ulama yang diseru, bukan orang awam.
* Mengajak dan menyeru maksudnya menganjurkan, bukan mewjibkan atau memestikan.
* Qardhawi mengaku mencontohi IT dan IQ dalam kebanyakan hal, tetapi dia tidak mengaku mengikut kaum Wahabi hari ini yang juga menjadiakn IT dan IQ idola utama mereka. Harap jelas perbedaannya.

DiNuqilkan Oleh : Bagus Rangin ~ Kertajati-Majalengka

pucukpucuk Agan sedang membaca artikel tentang: Salafi atau Mutasallif..??. Silakan agan copy dan paste atau sebarluaskan artikel ini jika dinilai bermanfaat,Ane juga menyediakan buku terjemahan kitab yang membantah wahabi: 1. buku "bid'ah mahmudah dan bid'ah idhafiyah antara pendapat yang membolehkan dan yang melarang" terjemah dari kitab: albid'atul mahmudah wal bid'atul idhafiyah bainal mujiziina wal maniin" karya Syaikh abdul fattah Qudais Al Yafi"i, 2.Terjemah kitab ‘At Tabaruk Bi As Sholihin Baina Al Muzijiin wa Al Maani’in: Mencari Keberkahan Kaum Sholihin Antara Pendapat yang Membolehkan dan yang Melarang, hub admin: hp/WA 0857-5966-1085.syukron :

*** Dapatkan buku terjemah disini ***

Share this article :

Posting Komentar

Jangan lupa Tulis Saran atau Komentar Anda

 
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger