News Update :
Home » » Ibnu Taimiyah mengatakan Dzat Allah tersusun dari juz-juz, dan menempat

Ibnu Taimiyah mengatakan Dzat Allah tersusun dari juz-juz, dan menempat

Penulis : Bagus Rangin on 16 Februari 2012 | 07.54.00






Untuk mengetahui keadaan yang menyedihkan dari salah satu panutan sekte Wahabi yang di panggil dgn "SyaikhuIslam," kita baca kutipan berikut ini dari  kitab karyanya yang berjudul Bayaan Talbiis Al-Jahmiyyah [1] , di mana isi kandungan kitab itu  adalah  kritik terhadap argumen Imam Fakħruddiin Ar-Raaziyy yang menjelaskan  kerancuan aqidah antropomorfisme.: 

[Ar-Fakħruddiin Raaziyy berkata,] "jika Dia (Allah) terbagi , maka Dia  tersusun dari juz”, dan telah saya tunjukkan  ketidak validan klaim ini di pembahasan sebelumnya  ) ...."

[Ibnu Taimiyah menuliskan perkataan tsbt,dan menjawabnya:] "Sebaliknya,jawaban atas penamaan murokab:tersusun” jelas ini bukanlah hujjah sama sekali atas tidak mungkinnya hal itu ( yakni Allah tdk terbagi]   karena memustahilkan adanya ketersusunan sesuatu yang ada,ini sama dgn menafikan keberadaan setiap yang ada [wujud],
Perhatikan apa yang dikatakannya, Dia mengatakan bahwa jika sesuatu yang ada dan tidak terbagi dalam beberapa juz, maka itu sama dgn menafikan keberadaannya [tidak bisa eksis] begitu juga Allah”. Ia menegaskan keyakinannya bahwa Allah itu memang  terbagi dgn susunan juz-juz.


[Ibnu Taimiyah terus berkata:] "Kami telah menjelaskan tentang arti  komposisi kata-kata tarkib  , tahayuz; menempat , tagoyur: berubah,dan iftiqor: membutuhkandan semisalnya,dan makna lafad-lafad tsbt sebenarnya sebuah keniscayaan bagi setiap yang wujud [ada] ,apakah sesuatu yang wajib adanya (Allah) atau mungkin adanya ( mahluk.)dan  Sesungguhnya pernyataan bahwa semua itu tidak mungkin (untuk Allah,) ini adalah murni menyesatkan.
Dia  mengatakan di sini, bahwa tidak ada yang bisa eksis, bahkan termasuk Allah juga, kecuali ia mesti memiliki tempat, bagian (seperti juz-juz,sisi fisik yang berbeda), dan kebutuhan.

Berdasarkan pernyataan yang sangat jelek ini, maka tidak mengherankan jika kemudian sejumlah ulama, seperti Al-TaqiyyudDiin Ĥuşniyy, mengatakan bahwa Ibnu Taimiyah  " mutlak kafir."  Juga Imam Alaa'udDiin Al-Bukħaariyy marah terhadap  "siapapun yang menyebutnya Syekh Islam." Walaupun memang ada sebagian ulama memujinya, itu tidak sepenuhnya benar  karena  mungkin saja mereka memujinya karena husnudhon nya mereka dan  tidak tahu tentang keyakinan ibnu taemiyah yang sebenarnya,atau karena kehati-hatian mereka utk menghukumi seseorang, atau karena pujian tsbt setelah taubatnya Ibnu taemiyah, tetapi dengan tulisan ibnu taemiyah di atas, kita dapat memahami  mengapa ulama tsbt membuat fatwa seperti itu .

Referensi:
Bayaan Talbiis Al-Jahmiyyah, Ahmad ibn Taymmiyyah, Maţbaah Al-Hukuumah, Mekkah, 1392 H CET PERTAMA tahqiq Muhammad bin Abdurrohman bin qosim JUZ 1/33];

 قولك إن كان منقسما كان مركبا وتقدم إبطاله تقدم الجواب عن هذا الذي سميته مركبا وتبين أنه لا حجة أصلا على امتناع ذلك بل بين أن إحالة ذلك تقتضي إبطال كل موجود ولولا أنه أحال على ما تقدم لما أحلنا عليه وتقدم بيان ما في لفظ التركيب والتحيز والغير والافتقار من الاحتمال وإن المعنى الذي يقصد منه بذلك يجب أن يتصف به كل موجود سواء كان واجبا أو ممكنا وإن القول بامتناع ذلك يستلزم السفسطة المحضة (بيان تلبيس الجهمية ج 1 ص 33).

=========================================================

Perhatikan bahwa apa pun yang memiliki JUZ mesti ada batas dan itu adalah ciptaan, karena batas  pasti ada yang menentukan dalam hal ukuran dan bentuk dll,dan itu artinya memerlukan Pencipta untuk bisa tetap eksis. Jika seseorang menyangkal hal ini, maka ia  tidak dapat lagi membuktikan bahwa batas fisik lainnya memerlukan Pencipta, seperti tubuh manusia, atau benda-benda laimmya. Artinya, bentuk unta, atau langit tidak akan lagi menjadi bukti bagi keberadaan Allah dan PowerNya, dan ini bertentangan dengan pernyataan Al-Quran, seperti:

إن في خلق السماوات والأرض واختلاف الليل والنهار لآيات لأولي الألباب
Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan Langit dan Bumi, dan perbedaan malam dan siang ada tanda-tanda bagi mereka yang memiliki pikiran perseptif." (Aal Imran, 190)

أفلا ينظرون إلى الإبل كيف خلقت
Artinya: "  apakah mereka tidak memperhatikan  bagaimana unta diciptakan?" (Al-Ghasiyah, 17)

Adakah bisa merenungkan ayat ini tanpa memikirkan batas-batas fisik dari bumi, langit dan unta? Tentu saja tidak, tanpa batas tidak ada unta dan tidak ada langit dan bumi , karena ini adalah realitas keberadaan mereka. Ini adalah batas-batas tubuh yang membuat kita yakin bahwa mereka diciptakan dan memungkinkan kita untuk merenungkan atas mereka sebagai tanda-tanda keberadaan Allah.  Jika seseorang mengklaim bahwa Allah memiliki batas fisik dan tdk ada yang menciptaNya, maka itu sama dgn mengatakan bahwa batas fisik lainpun tidak perlu pencipta, dan hal yang demikian mtmbatalkan bukti-bukti dari el Quran.

Hal ini jelas karena batas fisik adalah batas fisik, dan setelah Anda mengklaim bahwa salah satu batas tidak perlu pencipta, maka anda tidak dapat membuktikan bahwa batas lain pun membutuhkan seorang pencipta. Mengapa? Karena batas fisik secara konseptual hanya sambungan dari titik-titik membentuk garis atau permukaan.Setiap titik terhubung ke  salah satu sisinya. Pilihan penempatan titik terhubung ke yang lain untuk setiap ruang yang tersedia di setiap sudut dan dari setiap sudut, Penempatan titik-titik yang terhubung membentuk batas, dan jalan titik-titik itu pasti ada yang menempatkannya, di samping ada spesifikasi kebutuhan terhadap yang menetukanya,'. Ini berarti semua itu perlu pencipta dan tidak bisa langgeng, karena keberadaan mereka tergantung pada spesifikasi sebelumnya, Jadi jika seseorang mengklaim bahwa salah satu batas tidak memerlukan pencipta, maka  secara logis ia tidak bisa lagi membuktikan bahwa batas lain tidak perlu pencipta. Ini berarti  secara logis  ia tidak bisa lagi membuktikan bahwa bentuk membutuhkan seseorang untuk menentukan bentuk dan menciptanya,jika begitu maka ia harus berpegang pada premis bahwa semua batas perlu pencipta. Karena Allah  tidak ditentukan oleh Sesutu yang lain, tidak diciptakan, dan pasti kekal, maka pasti benar bahwa Allah ada tanpa batas dan karena itu tanpa berada di tempat.

Lebih mudahnya: apa pun yang memiliki batas batas, itu memiliki bentuk karena batas harus memiliki beberapa bentuk. Apa pun yang memiliki bentuk tertentu bisa memiliki bentuk lainnya, karena bentuk apapun tidak memiliki prioritas lebih  dibandingkan bentuk lainnya, sehingga memiliki bentuk tertentu  pasti ada seseorang yang menentukannya dan memilih bentuknya di antara semua kemungkinan lain.

Demikian pula sekali kita melihat sesuatu ada di tempat, kita bertanya bagaimana hal itu terjadi dan ada di tempat itu?, karena kita tahu bahwa sesuatu  yang menempat, pasti sebelumnya ada yang menempatkannya  , Jadi konsep  tarkib:tersusun ,inqisam:terbagi, tagoyur:berubah itu tidak dapat diterapkan utk Allah, karena jika meyakini hal itu, itu akan mengharuskan adanya yang menentukan atau yang mempengaruhinya oleh sesuatu yang lain. Sebaliknya, kita percaya bahwa sifat-sifat Allah adalah atribut yang kekal, dan karena itu tidak memerlukan spesifikasi atau yang menciptaNya….

DiNuqilkan Oleh : Bagus Rangin ~ Kertajati-Majalengka

pucukpucuk Agan sedang membaca artikel tentang: Ibnu Taimiyah mengatakan Dzat Allah tersusun dari juz-juz, dan menempat. Silakan agan copy dan paste atau sebarluaskan artikel ini jika dinilai bermanfaat,Ane juga menyediakan buku terjemahan kitab yang membantah wahabi: 1. buku "bid'ah mahmudah dan bid'ah idhafiyah antara pendapat yang membolehkan dan yang melarang" terjemah dari kitab: albid'atul mahmudah wal bid'atul idhafiyah bainal mujiziina wal maniin" karya Syaikh abdul fattah Qudais Al Yafi"i, 2.Terjemah kitab ‘At Tabaruk Bi As Sholihin Baina Al Muzijiin wa Al Maani’in: Mencari Keberkahan Kaum Sholihin Antara Pendapat yang Membolehkan dan yang Melarang, hub admin: hp/WA 0857-5966-1085.syukron :

*** Dapatkan buku terjemah disini ***

Share this article :

Posting Komentar

Jangan lupa Tulis Saran atau Komentar Anda

 
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger