قال أبو منصور رحمه الله وأما الأصل عندنا في ذلك أن الله تعالى قال ليس كمثله شيء فنفى عن نفسه شبه خلقه وقد بينا أنه في فعله وصفته متعال عن الأشباه فيجب القول بالرحمن على العرش استوى على ما جاء به التنزيل ونفي عنه شبه الخلق بما أضاف إليه, إذ جاء به التنزيل وثبت ذلك في العقل ثم لا نقطع تأويله على شيء لاحتماله غيره مما ذكرنا وإحتماله أيضا ما لم يبلغنا مما يعلم أنه غير محتمل شبه الخلق ونؤمن بما اراد الله به وكذلك في كل أمر ثبت التنزيل فيه نحو الرؤية وغير ذلك يجب نفى الشبه عنه والإيمان بما أراده من غير تحقيق على شيء دون شيء والله الموفق
Abuu Manşuur rahimahulloh mengatakan: "Prinsip pokok kami mengenai hal ini (pemahaman sifat Allah) yaitu firman Allah (تعالى) : Dia tidak menyerupai apa-pun {QS Assyuro 11}, sehingga Ia menafikan bahwa Dia mempunyai kemiripan dengan ciptaan-Nya. Dalam hal ini Kami sudah menjelaskan bahwa Dia dalam tindakan-Nya dan atribut di sucikan dari memiliki keserupaan (seperti berada di tempat atau arah seperti dinyatakan Abu Mansur dinyatakan dalam kitabnya sebelum ini.) Maka karena alasan ini, seseorang harus menyatakan "الرحمن على العرش استوى [طه / 5] " mengimani sebagaimana lafad yg di wahyukan, dan menafikan kemiripan dengan ciptaan daripada-Nya. Hal ini karena wahyu datang dgn lafad tsbt, dan ditetapkan oleh akal yang sehat (yakni "istawa" tanpa Dia berada di arah, tempat atau lokasi dan tidak bisa di bayangkan oleh pikiran ) Kemudian kita tidak memastikan interpretasi dgn makna yg qot"i untuk lafadnya, karena kita tdk tau makna yang sebenarnya, sebab banyak kemungkinan makna lain dari makna yang telah kami sebutkan, atau mungkin ada sesuatu makna yang berbeda dari apa-apa yang tidak sampai kepada kita,yg jelas makna tsbt tidak mengandung anggapan kemiripan Allah dengan ciptaan-Nya. Intinya kami percaya dgn makna yg sebenarnya di kehendaki oleh Allah dlm menurunkan ayat-ayat tsbt, dan konsep ini adalah cara untuk memahami nas-nas yg berurusan dengan sesuatu yang telah ditetepkan oleh wahyu, seperti melihat Allah dsb yang mana kita harus menafikan setiap kemiripan dengan ciptaan, dan percaya dalam arti yang sebenarnya sbgmn kehendak Allah, tanpa memberikan otentikasi makna tertentu {qot"i} atas sesuatu makna (dapat diterima) dgn menafikan makna lainnya (Kitab-al-Tawhid 74).
Referensi:
-Abu Mansur Abdul Qahir al-Baghdadi (429 H). U sul-al-Din. Istanbul, Turki: Daar Al-Funuun Al-Turkiyah, 1346/1928. Beirut, Lebanon: Dar Al-Al-Ilmiyah Kotob, 1981/1401.
-Abu Mansur Al Maturidi-(333 H) Kitab-al-Tawhid.. Turki: Markaz al Islamiyyah al Buhuth, Wakaf Diyanah Turkiyah.
Catatan:
Surah Taha, 5; textnya adalah: Al-Rahman `ala l-` Arsh istawa. Jika seseorang diterjemahkan secara harfiah ia akan bermakna: Al-Rahman (yang Maha Penyayang itu) `ala (di atas) Al-Arsh (Singgasana) istawa (semayam); "yang Maha Penyayang semayam sendiri di atas Singgasana". Ini bukan arti yg di maksud dari pernyataan itu karena bagaimanapun kita tidak tau makna yg di kehendaki Allah, dan Bahasa Arab tidak terbatas pada makna itu saja.Sebaliknya, kata "istawa" dalam bahasa Arab memiliki beberapa arti yang berbeda dari 14 kemungkinan makna. Selain itu, kata Al-Arsh tidak selalu berarti"Singgasana", bisa juga berarti" kekuasaan ", dan beberapa Salaf mengatakan hal itu. Abdul Qahir al-Baghdadi mengatakan dalam kitabnya Usul-al-Din,ringkasannya: "Rekan-rekan kami berbeda tentang memahami ayat ini,Beberapa di antaranya mengatakan bahwa itu adalah salah satu ayat yang mutasyabihat yang mana maknanya tidak diketahui oleh selain Allah, dan ini adalah ucapan Malik dan Abu Mansur Al Maturidi, seperti perkataan yang terlihat di atas,yang Lainnya mengatakan bahwa istawa adalah sesuatu yang Allah lakukan terhadap `Arsh bahwa Dia disebut istawa, dan ini adalah ucapan Abul-Hasan Al-Ash` ari,yang Lain lagi mengatakan bahwa istawa berarti bahwa dikaitkan dengan ketinggian atas Arsy tanpa bersentuhan (yakni ketinggian dalam status, bukan fisik.) Yang benar dalam pandangan kami, adalah bahwa Al-` Arsh dalam ayat berarti tempat dan istawa adalah aksi , yang berarti bahwa tempat tsbt tidak bisa di ciptakan oleh siapa pun kecuali Dia (Ushul al-Din-112-113). "
DiNuqilkan Oleh : Bagus Rangin ~ Kertajati-Majalengka
Agan sedang membaca artikel tentang: Ungkapam Sunni: al-Maturidi tentang ayat Istawa. Silakan agan copy dan paste atau sebarluaskan artikel ini jika dinilai bermanfaat,Ane juga menyediakan buku terjemahan kitab yang membantah wahabi: 1. buku "bid'ah mahmudah dan bid'ah idhafiyah antara pendapat yang membolehkan dan yang melarang" terjemah dari kitab: albid'atul mahmudah wal bid'atul idhafiyah bainal mujiziina wal maniin" karya Syaikh abdul fattah Qudais Al Yafi"i, 2.Terjemah kitab ‘At Tabaruk Bi As Sholihin Baina Al Muzijiin wa Al Maani’in: Mencari Keberkahan Kaum Sholihin Antara Pendapat yang Membolehkan dan yang Melarang, hub admin: hp/WA 0857-5966-1085.syukron :
Posting Komentar
Jangan lupa Tulis Saran atau Komentar Anda