Mantiiq atau logika, seperti yang dipelajari dalam ilmu-ilmu Islam, itu benar-benar berfungsi tentang dua hal:
- Cara membuat definisi yang tepat dari sebuah konsep.
- Cara untuk membangun sebuah bukti hujah atau argumentasi, dan utk mendeteksi kelemahan dalam argumen yang rusak.
Tidak Ada yg misterius dalam ilmu ini. Dengan demikian, Tidak dapat disangkal bahwa logika dibutuhkan dalam semua ilmu, terutama ilmu Kalaam. Dalam ilmu Kalaam bisa membuat dan mengetahui bukti terkuat , sehingga pemahaman yang baik tentang prinsip-prinsip logis diperlukan untuk menilai kekuatan bukti/hujah. Secara umum, pendidikan modern yang solid benar-benar mengajarkan tentang kegunaan logika, dan pendidikan terutama yg mengandalkan hafalan, diperlukan logika untuk mengajar siswa bagaimana cara berpikir.
Pada saat ini kebanyakan orang berpendidikan akan menyadari akan pentingnya bgmn membuat definisi yang solid, dan bagaimana mendeteksi kelemahan dalam argumen, terutama jika seseorang berhadapan dgn ahli retorika logika hususnya kaum filsafat kafir. Jika Anda tahu bagaimana cara sebuah pencarian yang baik di Google, Anda akan tahu bagaimana anda menggunakan logika utk hal kecil seperti itu. Dan untuk memahami ( cara penilaian istimbat Islam dari Al-Qur'an dan ĥadiitħ), maka salah satu kebutuhannya adalah mengkaji Uşuulu-l-Fiqh dan juga mebedakan rantai sanad bgmn sanad kuat dan doif,knpa harus sanad bersambung dan kuat??? itu utk menjaga otentikasi riwayat, nah darimana kita tau hal itu perlu??? dari logika, itu adalah bagian dari ilmu kalam yang di kenal dengan istilah Logika Islam, sehingga sangat penting untuk membaca setidaknya satu kitab dalam ilmu ini "Logika Islam" Maksudku kitab tentang logika yang telah dimurnikan dari teologi Yunani dan yang berhubungan dengannya.
Ingat bahwa kritik dari beberapa ulama terhadap studi tentang logika,yg dimaksudkan adalah logika yg dicampur dengan filsafat Yunani.Setelah semua penjelasan itu, tidak ada orang waras yang melarang mempelajari bagaimana membuat sebuah definisi atau membangun bukti pendapat yg tepat, Satu hal lagi: beberapa orang berpikir bahwa Aristotaleslah yg menemukan logika dan karena itu, shgg orang yg menggunakan ilmu kalam di kategorikan pengikut-Nya...Ini omong kosong...! karena setiap manusia telah menggunakan logika dalam segala usia dan keadaan, atau setidaknya ketika mereka berhujah/ berdebat, karena mereka harus mampu mendeteksi kelemahan dalam argumen dan mendefinisikan konsep dengan benar. yang di lakukan Aristotales adalah menyusun prinsip-prinsip logika sehingga dapat dipelajari secara sistematis.
TANYA-JAWAB
TANYA: saya telah membaca KITAB Karya AL Hafiz Suyuti seorang ULAMA sufi Syafi'i yaitu kitab Sawn al-mantiq wa al-kalam `an fann al-mantiq wa al-kalam, Yang mana dalam KITABNYA, BELIAU mengutip PENDAPAT empat imam (Abu Hanifah Malik Syafi'i dan bin Hanbal) yang mengutuk dan melarang ILMU kalaam kemudian ia mengutip PENDAPAT sufi dan DARI banyak ULAMA, kemudian ia mendefinisikan mantiq, logika dan memberikan preferensi naql vs aql. Saya agak bingung, dengan definisi Anda vs definisi AS SUYUTHI (yang ia BAWAKAN dari perkataan puluhan ULAMA ) Silakan beri komentar apakah kitab ini otentik atau tidak..!
JAWAB: Saya telah katakan alasannya di note...Apakah anda masih berusaha meyakinkan saya bahwa belajar bagaimana mendefinisikan dan membangun bukti PENDAPAT, atau mempelajari bukti atas kebenaran agama saya ITU dilarang?? jadi klaim sebaliknya dari ungkapan AsSuyuthi adalah baik belajar ilmu kalam berdasarkan definisi yang berbeda, terlepas apa Anda menyebutnya. Bagaimana bisa haram belajar bagaimana mendefinisikan sesuatu atau membangun definisi yang tepat? Atau bgmn bs haram untuk memverifikasi keyakinan seseorang berdasarkan bukti?
TANYA: jadi Imam Suyyuti (Radiy Allahu anhu) tidak menulis HAL TERSEBUT dalam KITABnya? Atau apa yang ia tulis bukan apa yang Anda maksud dengan "Kalaam"? Tapi ilmu ini sangat populer dari ZAMAN DULU, Maka Imam Suyyuti (Radiy Allahu anhu) pasti sudah tahu apa yang kita tahu dengan definisi "Kalaam"
JAWAB: Bagus, Seharusnya HAL INI tidak menyebabkan timbul keraguan pada Anda, karena masalah ini sudah jelas, dan itu TIDAK menjadi masalah, semestinya KITA mencoba mencari jalan keluar TERHADAP PENDAPAT Al-Suyuuţiyy, dan bukan sebaliknya. As-Suyuuţiyy, meskipun ia hebat dalam mengumpulkan semua bab DALAM semua ilmu pengetahuan, NAMUN tidak ada orang YANG sempurna wawasan dan logikaNYA, SEHINGGA BISA MELIHAT dan berpendapat DENGAN tepat. Singkatnya, saya pikir KITAB BELIAU adalah contoh menggunakan sekop ketika kuas seharusnya menjadi alat pilihan. Yang benar adalah : "BAGI mereka yang tidak menguasai ILMU kalaam atau manţiq, KEMUDIAN mencoba untuk menilai ilmu-ilmu yg ada, ini akan membuat kesalahan konyol, seperti pencampuran antara penilaian alkitabiah, rasional dan normal/adat, Ini sebagai contoh SAJA. ADAPUN sebagian besar ULAMA YANG Anda Temukan bahwa mereka menentang MANTIQ DAN KALAM, ITU Tergantung pada penelitian mereka bahwa studi MANTIQ DAN KALAM membuat beberapa orang terjerumus KEPADA KEsesatAN, Itu MEMANG benar, tetapi coba kita cermati isarah Allah yg mengatakan MELALUI RASULNYA bahwa sebagian ORANG juga BISA Sesat dengan membaca Al-Qur'an ketika mereka salah MEMAHAMINYA, Contoh SEPERTI Khawarij, dan MutazilAH BEGITU JUGA anthropomorphists
ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳﺴﺘﺤﻴﻲ ﺃﻥ ﻳﻀﺮﺏ ﻣﺜﻼ ﻣﺎ ﺑﻌﻮﺿﺔ ﻓﻤﺎ ﻓﻮﻗﻬﺎ ﻓﺄﻣﺎ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺁﻣﻨﻮﺍ ﻓﻴﻌﻠﻤﻮﻥ ﺃﻧﻪ ﺍﻟﺤﻖ ﻣﻦ ﺭﺑﻬﻢ ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻛﻔﺮﻭﺍ ﻓﻴﻘﻮﻟﻮﻥ ﻣﺎﺫﺍ ﺃﺭﺍﺩ ﺍﻟﻠﻪ
ﺑﻬﺬﺍ ﻣﺜﻼ ﻳﻀﻞ ﺑﻪ ﻛﺜﻴﺮﺍ ﻭﻳﻬﺪﻱ ﺑﻪ ﻛﺜﻴﺮﺍ ﻭﻣﺎ ﻳﻀﻞ ﺑﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻔﺎﺳﻘﻴﻦ [ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ:26
Tapi Jelas, ALASAN Rasul tsbt BUKAN argumen TERHADAP LARANGAN belajar AlQuran karena tidak haram belajar Al-Qur'an, \sebab ADA manfaat yang sangat besar, dan kebutuhan untuk mendapat KESEJAHTERAAN dALAM kehidupan berikutnya [akhirat]. Demikian juga kalaam dan logika diperlukan untuk melindungi massa dari serangan kalaam dan argumentasi logis yang digunakan oleh lawan DARI non-Muslim YANG menyesatkan umat Islam. Anda perlu ilmu-ilmu ini untuk melindungi kepercayaan yang benar dari serangan yang dihadapinya dari intelektual menyimpang dan ahli retorika KAFIR.
Tentu saja, kadang-kadang, jika seseorang memiliki kecenderungan menyimpang, DARI pengaruh kalaam YANG sebaliknya YAITU ILMU KALAM KAUM SESAT, MAKA Dia akan TERBAWA oleh argumen yang menyimpang, dan jatuh KEPADA KEsesatAN, JADI LARANGAN ini bukan karena HAKIKAT ILMU kalaam itu sendiri.
Adapun klaim bahwa salaf tidak MENDALAMI ilmu-ilmu ini. Hal ini tidak sepenuhnya benar, KARENA dalam hal apapun, mereka menggunakan KODE ETIK Maksudku mereka tahu bagaimana membangun sebuah argumen PENDAPAT, dan mereka membantah dengan bukti-bukti rasional lawan. Al-Syaafi'iy misalnya, menulis terhadap para filsuf yang berpendapat kenabian itu tidak mungkin. Selain itu,Abu Ĥaniifah menulis KITAB KITAB dalam ILMU kalaam seperti al-Fiqh Al-Akbar, di mana ia berHUJAH dgn logika melawan MutazilAH dan qodqriyah jg yg lainnya.
JADI"Hati-hati dalam menyimpulkan kritik dari beberapa ULAMA terhadap studi tentang logika YANG dimaksudkan adalah untuk logika YANG campur dengan filsafat Yunani. Lagi pula, tidak ada orang yang waras mereka akan melarang mempelajari bagaimana membuat definisi atau membangun KAIDAH PENDAPAT. "
TANYA: Aku ingin tahu jenis logika YANG DI KATAKAN OLEH Hafiz Suyuti dan empat Imaam YANG mengutuk dan melarang ILMU KALAM, KARENA IMAM Jalal Uddin Rumi (RA) dalam KITABnya yang terkenal YAITU Masnawi, BAHWA DALAM ayat: "Orang pertama yang menggunakan logika adalah Iblis (setan), merujuk pada penolakan Iblis untuk bersujud di hadapan Adam (AS) ketika dia berargumen bahwa adam diciptakan dari tanah liat sementara Iblis itu terbuat dari api yang dianggap unggul DARI tanah liat. " Atau Apakah mereka (ULAMA) yang menolak DAN mengutuk "Kalam dan ilmu Mantiq ITU maksudnya ilmu kalam non Islam" ??
JAWAB: Argumen ibliis adalah satu ARGUMEN LOGIKA YANG menyesatkan ,karena didasarkan pada premis palsu: Pertama, ia menganggap api yang lebih baik dari tanah. Kedua, ia menganggap bahwa apa pun yang berasal dari yang terbaik dari dua UNSUR, tentu lebih baik daripada yang lain, NAH PREMIS YANG kedua ini tidak berdasar. Jadi Ibliis menggunakan konstruksi berdasarkan premis logika YANG palsu , atau DI SEBUT analogi palsu. Seseorang pernah berkata kepada Imam Abu Hanifah (RA), :wahai Imam "Stoplah anda dari menggunakan Qiyas (analogi reasoning), karena Setan adalah yang pertama KALI merasionalisasi!", MAKA Imam Abu Hanifah (rah) berpaling kepadanya dan berkata: "O begitu kah ?? argumen anda tidak rasional karena Setan dirasionalisasi untuk menolak perintah Allah dan menjadi kafir. TETAPI rasionalisasi saya adalah untuk mengikuti perintah-perintah Allah. Hal ini karena Qiyas SAYA didasarkan DAN SEJALAN Quran, Sunnah Nabi, para Sahabat (rh) dan Tabieen (rh). Jadi, KAMI adalah penganut Quran dan Sunnah, MAKA bagaimana KAMI bisa DI samaKAN dengan Setan YANG terkutuk? Orang itu menjawab, "aku salah, aku bertobat kepada Allah.
JAWAB: Argumen ibliis adalah satu ARGUMEN LOGIKA YANG menyesatkan ,karena didasarkan pada premis palsu: Pertama, ia menganggap api yang lebih baik dari tanah. Kedua, ia menganggap bahwa apa pun yang berasal dari yang terbaik dari dua UNSUR, tentu lebih baik daripada yang lain, NAH PREMIS YANG kedua ini tidak berdasar. Jadi Ibliis menggunakan konstruksi berdasarkan premis logika YANG palsu , atau DI SEBUT analogi palsu. Seseorang pernah berkata kepada Imam Abu Hanifah (RA), :wahai Imam "Stoplah anda dari menggunakan Qiyas (analogi reasoning), karena Setan adalah yang pertama KALI merasionalisasi!", MAKA Imam Abu Hanifah (rah) berpaling kepadanya dan berkata: "O begitu kah ?? argumen anda tidak rasional karena Setan dirasionalisasi untuk menolak perintah Allah dan menjadi kafir. TETAPI rasionalisasi saya adalah untuk mengikuti perintah-perintah Allah. Hal ini karena Qiyas SAYA didasarkan DAN SEJALAN Quran, Sunnah Nabi, para Sahabat (rh) dan Tabieen (rh). Jadi, KAMI adalah penganut Quran dan Sunnah, MAKA bagaimana KAMI bisa DI samaKAN dengan Setan YANG terkutuk? Orang itu menjawab, "aku salah, aku bertobat kepada Allah.
TANYA: beberapa Wahabi BERKATA:: Islam didasarkan pada naql dari aql Nabi tidak dari 'non-nabi. Nabi telah memberitahu kita untuk SOLAT seperti yang kita KETAHUI. Kami SOLAT 5 kali sehari. Mungkin logika ANDA YANG Asy'ari dapat MENYATAKAN SOLAT 3 kali atau 7 kali. Kami menegaskan SIFAT yang disebutkan dalam Quran dan hadis tanpa menggunakan logika. Kami hanya mengatakan dan melakukan apa yang Nabi katakan dan lakukan, tidak seperti para inovator[ahli bidah]
KATA Wahabi: Islam didasarkan pada naql dari aql Nabi BUKAN 'non-nabi.
KOMENTAR: Hal ini benar, meskipun seseorang tidak bisa PERCAYA KEPADA nabi tanpa menggunakan logika. Seseorang tidak dapat bahkan TIDAK AKAN tahu seseorang adalah nabi tanpa logika, ARTINYA TIDAK AKAN TAU HAL ITU HANYA dengan Kitab Suci saja. SESEORANG AKAN tahu BAHWA seseorang ITU nabi dengan mukjizat- Nya, lht premis berikut :
- Allah ada, karena BUKTI perubahan sifat dunia, DAN SETIAP YANG BERUBAH MEMILIKI PERMULAAN, sehingga DUNIA memiliki awal, DAN PASTI ADA YANG MENciptakan, sehingga LOGIKA MENYATAKAN BAHWA sang pencipta ada.
- Semua hal mungkin (hal-hal yang bisa memiliki awal), diciptakan oleh Allah,.
- Jika SESEORANG MENGklaim kenabian, dan menunjukkan suatu peristiwa yang luar biasa, dan tidak ada lawan YANG bisa menghentikan PERISTIWA ini atau TIDAK ADA YANG MAMPU meniru itu, maka LOGIKA BERKATA: Dia memiliki PERTOLONGAN Allah dalam klaim-Nya, karena PERISTIWA ITU tidak dapat terjadi kecuali Allah YANG menciptakan itu.
- NABI kita Muhammad menunjukkan mukjizat.
MAKA KESIMPULAN pada premis 5 :
- 5. Muhammad adalah nabi Allah.
Wahabi: Jika Islam didasarkan pada logika, Nabi telah memberitahu kita untuk SOLAT seperti yang kita MElihat NABI MELAKUKAN SALAT. Kami SOLAT 5 kali sehari. Mungkin logika Asy'ari ANDA BISA memberitahuKAN untuk SOLAT 3 kali atau 7 kali. Kami menegaskan SIFAT yang disebutkan dalam Quran dan hadis tanpa menggunakan logika. Kami hanya mengatakan dan melakukan apa yang Nabi katakan dan lakukan, tidak seperti Anda inovator[ahli bidah].
*KOMENTAR: Kami juga hanya mengatakan dan melakukan apa yang NABI KATAKAN DAN lakukan. Contoh SOLAT, dan KETETAPAN waktu untuk SOLAT, ITU tidak dapat dibangun kecuali oleh Alkitab, ADAPUN PERAN LOGIKA, Para AshariyyAH mengatakan: bahwa karena perintah Allah tidak bisa diketahui tanpa diberitahu perintahnya. MAKA MENGGABUNGKAN "logika" YANG merupakan seni mengetahui bagaimana membuat definisi yang tepat dan membangun sebuah argumen yang sehaT, ITU DI PERLUKAN UNTUK MENGHINDARKAN analogi YANG berdasarkan premis palsu sbgmn yang di lakukan oleh iblis pada contoh di atas !!
kesimpulan:Ilmu Kalam tidak pernah ditolak secara mutlak oleh para ulama’ muktabar khususnya jika melibatkan penggunaan di sisi para ulama’ Islam pada hakikatnya ilmu kalam sudah ada pada zaman Salaf di mana para ulama’ seperti Imam Abu Hanifah r.a., Imam As-Syafi’e r.a.,dan sebagainya terlibat menolak golongan yang bid’ah dalam aqidah secara aqli (logikal).
sebagaimana disimpulkan oleh Imam Al-Baihaqi r.a. ketika berkata:
“Bagaimana (ilmu) Kalam versi Ahlus-Sunnah wal Jamaah suatu yag tercela di sisi Imam As-Syafi’e sedangkan beliau sendiri berdebat dengan orang yang berdebat dengannya (dengan kaedah tersebut)…” [Manaqib As-Syafi’e: 1/455]
Maka,di antara mereka yang tidak suka dengan perkembangan Ilmu Kalam versi Sunnah ini adalah golongan Mujassimah yang mana sebagian mereka berlindung di balik mazhab Hanbali tetapi mengamalkan femahaman Tajsim. Mereka sering mengulang-ulang dan menuqil celaan ulama’ besar salaf terhadap Ilmu Kalam padahal sasaran celaan ulama’ salaf terdahulu adalah terhadap Ilmu Kalam versi Mu’tazilah, bukan kepada Ilmu Kalam versi Sunni.
Maka, sebab itulah sebagian ulama’ Hanabilah yang faham dengan hakikat ini berbeda dengan para Ghullat Hanabilah (pelampau hanabilah yang mujassimah) dalam mengkritik Ilmu Kalam.
di Antaranya adalah perkataan Imam Al-Buhuti Al-Hanbali dalam kitabnya ‘Hasyiyah Al-Buhuti ‘Ala Al-‘Iqna’ [1/459]:
“Adapun perkataan [Imam Al-Hajawi]: ((Maka yang haram seperti ilmu kalam)), Maka, Imam Ibn Hamdan berkata dalam Adab Al-Mufti wa Al-Mustafti: Adapun ilmu Kalam yang tercela adalah ilmu Usuluddin jika menggunakan akal semata-tanpa bergantung kepada naqli (Al-Qur’an dan As-Sunnah) dan juga bertentangan dengan naqli yang jelas dan sahih. Jika ilmu kalam itu berkaitan dengan naqli semata- atau penggabungan antara naqli dengan aqli yang sesuai dengan naqli, maka ini adalah asas agama dan jalan ahli sunnah wal jamaah.”
Maka, kesepakatan majoriti ulama’ Islam dalam berpegang kepada mazhab Al-Asya’irah dan Al-Maturidiyyah menjadikan terbentuknya sebuah entiti pemikiran Islam dalam bidang aqidah yang kuat yang dikenali sebaga Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Ini menunjukkan bahawasanya Al-Asya’irah dan Al-Maturidiyyah mencapai tahap At-Talaqqi bi Al-Qabul dalam kalangan ulama’ Islam sebagaimana empat mazhab dalam fiqh.
kesimpulan:Ilmu Kalam tidak pernah ditolak secara mutlak oleh para ulama’ muktabar khususnya jika melibatkan penggunaan di sisi para ulama’ Islam pada hakikatnya ilmu kalam sudah ada pada zaman Salaf di mana para ulama’ seperti Imam Abu Hanifah r.a., Imam As-Syafi’e r.a.,dan sebagainya terlibat menolak golongan yang bid’ah dalam aqidah secara aqli (logikal).
sebagaimana disimpulkan oleh Imam Al-Baihaqi r.a. ketika berkata:
“Bagaimana (ilmu) Kalam versi Ahlus-Sunnah wal Jamaah suatu yag tercela di sisi Imam As-Syafi’e sedangkan beliau sendiri berdebat dengan orang yang berdebat dengannya (dengan kaedah tersebut)…” [Manaqib As-Syafi’e: 1/455]
Maka,di antara mereka yang tidak suka dengan perkembangan Ilmu Kalam versi Sunnah ini adalah golongan Mujassimah yang mana sebagian mereka berlindung di balik mazhab Hanbali tetapi mengamalkan femahaman Tajsim. Mereka sering mengulang-ulang dan menuqil celaan ulama’ besar salaf terhadap Ilmu Kalam padahal sasaran celaan ulama’ salaf terdahulu adalah terhadap Ilmu Kalam versi Mu’tazilah, bukan kepada Ilmu Kalam versi Sunni.
Maka, sebab itulah sebagian ulama’ Hanabilah yang faham dengan hakikat ini berbeda dengan para Ghullat Hanabilah (pelampau hanabilah yang mujassimah) dalam mengkritik Ilmu Kalam.
di Antaranya adalah perkataan Imam Al-Buhuti Al-Hanbali dalam kitabnya ‘Hasyiyah Al-Buhuti ‘Ala Al-‘Iqna’ [1/459]:
“Adapun perkataan [Imam Al-Hajawi]: ((Maka yang haram seperti ilmu kalam)), Maka, Imam Ibn Hamdan berkata dalam Adab Al-Mufti wa Al-Mustafti: Adapun ilmu Kalam yang tercela adalah ilmu Usuluddin jika menggunakan akal semata-tanpa bergantung kepada naqli (Al-Qur’an dan As-Sunnah) dan juga bertentangan dengan naqli yang jelas dan sahih. Jika ilmu kalam itu berkaitan dengan naqli semata- atau penggabungan antara naqli dengan aqli yang sesuai dengan naqli, maka ini adalah asas agama dan jalan ahli sunnah wal jamaah.”
Maka, kesepakatan majoriti ulama’ Islam dalam berpegang kepada mazhab Al-Asya’irah dan Al-Maturidiyyah menjadikan terbentuknya sebuah entiti pemikiran Islam dalam bidang aqidah yang kuat yang dikenali sebaga Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Ini menunjukkan bahawasanya Al-Asya’irah dan Al-Maturidiyyah mencapai tahap At-Talaqqi bi Al-Qabul dalam kalangan ulama’ Islam sebagaimana empat mazhab dalam fiqh.
DiNuqilkan Oleh : Bagus Rangin ~ Kertajati-Majalengka
Agan sedang membaca artikel tentang: Peran Logika/mantiq (ilmu kalam) dalam islam. Silakan agan copy dan paste atau sebarluaskan artikel ini jika dinilai bermanfaat,Ane juga menyediakan buku terjemahan kitab yang membantah wahabi: 1. buku "bid'ah mahmudah dan bid'ah idhafiyah antara pendapat yang membolehkan dan yang melarang" terjemah dari kitab: albid'atul mahmudah wal bid'atul idhafiyah bainal mujiziina wal maniin" karya Syaikh abdul fattah Qudais Al Yafi"i, 2.Terjemah kitab ‘At Tabaruk Bi As Sholihin Baina Al Muzijiin wa Al Maani’in: Mencari Keberkahan Kaum Sholihin Antara Pendapat yang Membolehkan dan yang Melarang, hub admin: hp/WA 0857-5966-1085.syukron :
+ komentar + 5 komentar
Assalammu 'alaikum wr. wb.
Artikel di atas amat menarik dan penting.
Telah cukup jelas bahwa wahyu diturunkan-Nya kpd para nabi-Nya, melalui perantaraan para malaikat Jibril.
Pertanyaannya, "apakah wahyu juga turun melalui perantaraan akal dan hati-nurani para nabi-Nya?" (apakah para nabi-Nya memang benar-benar memahami tiap wahyu yg diperolehnya, dgn akal sehatnya?).
wa alaikum salam....wahyu dari allah dan akal juga dari allah...shgg allah berfirman: apala taqilun: apakah kalian tdk berqal....!! jadi masalahnya apakah akal itu selaras dengan kandungan alquran??? dan bisakah memahami al quran tanpa akal???? contoh bgmn ulama hadis membuat definisi hadis soheh???? di antaranya adalah harus ittisol sanad: sanadnya bersambung,apa itu ada dalam nas?? atu sebuah kesimpulan akal???
Maaf, orientasi jawaban p' ustadz masih terfokus ttg akal umat para nabi-Nya, bukan langsung ttg akal para nabi-Nya sendiri.
Pertanyaannya sy ubah sdkit: "apakah tiap wahyu-Nya mmg hanya sekedar 'didiktekan' oleh para malaikat Jibril, sekaligus sama sekali tanpa disesuaikan dgn pengetahuan, akal dan keyakinan hati-nurani para nabi-Nya?".
ada wahyu yang maqul:bisa di nalar,ada juga wayu yang goer maqul: tdk bisa di nalar aqal,wahyu yang tdk bisa di nalar adalah wahyu tentang ibadah mahdoh: misal shalat,itu tdk bs di nalar kenapa gerakannya gitu n pada waktu tertentu,ada pun yg bisa di nalar adalah hal aqidah misal tentang sesuatu yang serupa pasti punya sifat sama,salah satu misal rosul mencontohkan ada seorang laki-laki yang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan, “Ya Rasulullah, isteriku melahirkan anak yang berkulit hitam”. Orang ini menuduh zina isterinya dengan menggunakan bahasa kiasan. Bagaimana mungkin anak yang lahir berkulit hitam padahal kedua orang tuanya berkulit putih. Nabi lantas bertanya kepadanya, ”Apakah anda memiliki banyak onta?” “Ya”, jawabnya. ”Apa warna kulit onta-onta tersebut?”, lanjut Nabi. ”Merah”, jawab orang tersebut. ”Apakah ada yang berwarna abu-abu?”, tukas Nabi. ”Ada”, jawab orang tersebut singkat. ”Dari mana kok ada yang berwarna abu-abu?”, lanjut Nabi. Orang tersebut menjawab dengan mengatakan, ”Boleh jadi karena faktor genetika”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, ”Anakmu yang berkulit hitam itu boleh jadi karena faktor genetika” [HR Bukhari dan Muslim].INI adalah yang di ajarkan oleh Allah pada Nabinya melalui akal dengan mengembalikan sesuatu yang sejenis pada pangkal jenisnya atau pada yang semacam dgn jenisnya......!!
Oleh sebab itu kami berhujjah SECARA AQAL terhadap orang yang berkata: sesungguhnya Allah boleh memiliki kesamaan dgn salah satu sisi mahluk yang beda cm ukuran saja yakni Allah adalah jisim, kita katakan padanya: Seandainya Allah menyerupai sesuatu dari salah satu sisi sesuatu tsbt,maka akan menimbulkan adanya kesamaan Allah dgn sesuatu itu dari seluruhnya atau dari sebagiannya dan jika Allah menyerupai sesuatu dari sebagiannya saja atau dari salah satu sisi saja,maka pasti Allah itu ada permulaan sebagaimana sesuatu itu, karena adanya keserupaan pada keduanya, dan setiap dua hal yang mengandung unsur keserupaan,maka hukum keduanya adalah satu dalam hal yang keduanya serupa ,dan mustahil sesuatu yang ada permulaan dan menerima pembaharuan menjadi qodim [tdk ada permulaan], begitu juga mustahil hal yang qodim: tdk ada permulaan menjadi ada permulaan dan pembaharuan
dan juga dalam ibadah goer nahdoh yang tdk qoti dilalah,misal silaturahm,itu utk mengeratkan kasih sayang dll...........
Asalamualaikum, dengan mengemukakan 3 contoh, sejauh mana qiyas boleh diaplikasi dalam ilmu kalam.
Posting Komentar
Jangan lupa Tulis Saran atau Komentar Anda