Wahabi mengatakan: Abu Hasan al-Asy'ari sendiri tidak hanya meng'itsbaat Allah memiliki sifat al uluw;di atas, tetapi beliau pun mentakfir terhadap orang yang menolaknya.
Komentar: Semua Muslim percaya bahwa Allah itu Al uluw;di atas, tetapi keyakinan itu didasarkan pada keyakinan bahwa uluww atau ketinggianNya tidak berarti harus secara tempat, tetapi ketinggian yang mutlak dalam status dan kekuasaan. Tidak ada seorang Muslim akan menyangkal atas sifat ketinggian mutlak Allah dengan pengertian ini. Ini adalah makna absolut, tidak seperti makna tinggi di tempat , karena semua status dan kekuasaan milik Allah dalam realitasnya:
إن العزة لله جميعا
Artinya: ". Sesungguhnya semua kekuasaan dan penaklukan milik Allah" (Yunus, 65)
Keyakinan Ini tidak seperti keyakinan orang yg mengatakan bahwa ketinggian Allah adalah di lokasi, yang mana ketinggian seperti itu merupakan hal yg relatif berkaitan dengan penempatan relatif , dan tidak mutlak. pengertian Ini juga tidak memastikan adanya kemulian dan keagungan karena Tibet berada di lokasi yang lebih tinggi dari Makkah, namun Makkah lebih mlia dan lebih baik.
Wahabi mengatakan: Kami tidak menyatakan realitas literal dari ungkapan Allah berada di atas itu berarti berada di "lokasi" seperti yang didefinisikan oleh femahaman bidah dari kalangan ahlul-Kalaam. Lokasi menurut mereka adalah kurungan, dalam ruang, dan dalam arah. Ini adalah beberapa aspek umum tentang "lokalitas" menurut ahlul-Kalaam.
Jawaban: Sunni menolak bahwa Allah berada di lokasi atas karena itu berarti ada di ruang angkasa. pengertian Ini merupakan hal yg tdk bisa di sangkal, karena jika ada sesuatu di lokasi, maka itu tidak berada di lokasi lain, yang berarti terbatas pada lokasi itu, berada di lokasi itu menyiratkan kejisiman/fisik/tubuh, karena jisim adalah sesuatu dengan ukuran, sebagaimana telah dikemukakan oleh guru antropomorfisme Ibnu Taimiyah:
فقد ثبت بموجب هاتين المقدمتين صحة قول القائلين بالجهة وقول القائلين بأنه جسم وكونه جسما يستلزم القول بالجهة
".... maka telah tetap dengan didirikan dari dua muqodimah ini, atas benarnya perkataan orang yang mengatakan bahwa Allah dalam arah, dan juga benarnya perkataan orang2 yang mengatakan bahwa Dia adalah jisim, dan pernyataan bahwa Allah itu jisim berimplikasi pada keadaanNya di dalam arah (Bayaan Talbiis Al-Jahmiyyah, 2/125)
Ini adalah klaim imam yg di ikuri wahabi...
Ini adalah klaim imam yg di ikuri wahabi...
Berada di arah, mengharuskan berada di lokasi, dan menjadi jisim atau sesuatu yang terbatas. Oleh karena itu ketinggian Allah yg disebutkan dalam kitab suci, bukan merupakan ketinggian dalam arti arah, karena dalam firman Allah yang lain Allah mengatakan:
ولله الأسماء الحسنى فادعوه بها وذروا الذين يلحدون في أسمائه سيجزون ما كانوا يعملون
Artinya: "Hanya milik Allah asmaa asma yg indah, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. "(Al-'Araaf, 180)
maka Kita tahu dari ayat ini bahwa setiap kali kitab suci menyebutkan sifat Allah, itu harus dipahami dengan makna yang paling indah dari kalimat tersebut, dan seperti yang kita ketahui, "ketinggian" bisa berarti ketinggian status. Ini adalah arti yang indah, di banding "ketinggian arah." Oleh karena itu, kita mengerti dari ketinggian Allah itu adalah ketinggian status, dan bukan ketinggian dari arah atau lokasi.
Wahabi berkata: para [Philosophers / Mutazilah / Jahmiyyah] yang menyimpang. mengatakan bahwa Allah tidak dalam arah. Para Asyariyyah juga mengatakan bahwa Allah tidak dalam arah. Oleh karena itu Asyariyyah juga menyimpang.
Komentar: Ini adalah strategi khas wahabi ,mereka mencoba menjatuhkan lawan mereka. padahal Ini adalah keliru, karena adanya kesamaan filsuf 'dengan Asħariyyah pada beberapa masalah tidak berarti bahwa Asħariyyah seperti para filsuf dalam segala hal, paling tidak asyariyah berbeda dengan mereka dari semua keyakinan yg menyimpang. Kepercayaan utama para filsuf yg menyimpang adalah pernyataan mereka bahwa alam/ciptaan itu abadi. keyakinan mereka ini di anut juga oleh Ibnu Taimiyah dengan pendapatnya tentang qodim na'u alam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa Tulis Saran atau Komentar Anda