Wahabi menggunakan akal tajsim yakni sesuatu yang ada mesti jisim [ada bentuk dan rupa] sehingga mereka percaya bahwa Allah adalah jisim/tubuh, yaitu sesuatu dengan bentuk dan ukuran. Karena alasan ini, mereka berpikir dan memahami bahwa setiap kata-kata yang nampak dalam ayat dan hadis membantu ide mereka tentang femahaman akal mereka ini, dan mereka mengangap itu adalah dalil bukti untuk Aqidahnya.femahaman akal mereka ini berdampak pada perbedaan kita dengan mereka dalam memahami semua nas atau perkataan tentang Sifat dan dzat Allah... Namun, Allah bukanlah jisim/ tubuh, karena jika Dia jisim, maka Dia akan membutuhkan pencipta untuk menentukan bentuk/ukuranNya, seperti bentuk bentuk yang lainnya. Itulah sebabnya Allah mengatakan kepada kita bahwa Dia tidak menyerupai apapun. Dengan kata lain, jika mereka dengan akalnya seperti itu, maka mereka tidak akan memiliki dasar untuk memahami tulisan suci, tetapi jika tidak begitu, maka mereka akan mengerti maksud tex tex suci.
Misal Bagi orang-orang Wahabi Tafsir Ibnu Katsir adalah benar selaras dengan Aqidah mereka menurut pandangan mereka!,Dan juga benar dan selaras dengan Aqidah sunni menurut pandangan Sunni,jadi bagaimana dan dengan akal bagaimana menggunakan dan memahaminya,begitu juga dengan ayat hadis atau perkataan salaf...
Sebenarnya umat islam sama sekali tidak harus memikirkan Dzat-Nya. Allah tidak bisa dibayangkan. Dia tidak mengatakan di mana-mana,atau di suatu tempat karena Dia tidak bertempat sama sekali.
Allah tidak menyerupai apa pun yang bisa di bayangkan dalam pikiran manusia, karena imajinasi manusia memiliki sebuah permulaan, karena itu suatu ciptaan, maka apa yang ada dalam imajinasi bukan seperti Allah, karena Dia sama sekali tidak memiliki awal dalam arti apapun. Berdasarkan hal ini, para ulama mengajarkan sebuah aturan kepada orang orang bahwa "apa pun yang dapat di bayangkan dalam pikiran, Allah tidak menyerupai/seperti itu." Demikian pula, sepupu Nabi Muhammad, dan pendamping beliau yang terkenal, Ibnu Abbas berkata, "Renungkanlah tentang segala sesuatu ciptaan/mahluk, tetapi jangan merenungkan tentang Dzat Allah "(Fathu-l-Baariy 13/383). Beliau mengatakan ini karena keadaan yang terlihat dan terindra di dunia ini menyebabkan orang untuk mengnalogikan Pencipta pada ciptaan, dan ini merupakan pengyimpangan.Ini bertentangan dengan keyakinan kepada Esa-an Allah, karena melibatkan keyakinan sesat bahwa Allah memiliki kesamaan dalam beberapa sisi/aspek dengan ciptaanNya. Hal ini juga bertentangan dengan Alquran :" Tidak ada sesuatu pun yang menyerupai Dia [Allah] Sama sekali "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa Tulis Saran atau Komentar Anda