17 Juli 2012

Hujjah Kaifiyat Tarawih





Disebutkan di dalam kitab Misbah al-Zhalam Syarh Bulug al-Maram KARYA SYAIKH MUHAJIRIN juz 2, hal 139-140 mengenai asal usul taraweh:

ﺇﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﺘﺮﺍﻭﻳﺢ ﻻ ﻳﻜﻮﻥ

ﻣﻌﻠﻮﻣﺎ ﻓﻰ ﻋﻬﺪ ﺭﺳﻮ ﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻻ ﻓﻰ ﻋﻬﺪ ﺃﺑﻰ ﺑﻜﺮ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻨﻪ .


ketahuilah sesungguhnya shalat taraweh tidak diketahui secara pasti pada masa Rasulullah SAW dan pada masa Abu Bakar RA.

Dan masih menurut Syekh 
Muhajirin:


ﻭ ﺍﻟﻤﻌﺮﻭﻑ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺍﻥ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﺘﺮﺍﻭﻳﺢ ﻫﻰ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﻭﺍﻋﺘﻤﺪﻭﺍ ﻋﻠﻰ ﺣﺪﻳﺚ ﻣﻦ ﻗﺎﻡ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﺇﻳﻤﺎﻧﺎ ﻭﺍﺣﺘﺴﺎﺑﺎ ﻏﻔﺮ ﻟﻪ 


Dan yang jelas di antara Ulama sesungguhnya shalat taraweh adalah shalat Qiyamullail RAMADHAN, mereka berpegang pada hadist Siapa orang yang menghidupkan Ramadhan dengan iman dan pengharapan, maka diampuni dosanya.
Syekh Muhajirin menambahkn dengan dalil yang lain:

ﻣﺎﺭﻭﺍﻩ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﺑﺴﻨﺪﻩ ﺇﻟﻰ ﺍﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺍﻧﻪ ﻗﺎﻝ ﺧﺮﺝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﺈﺫﺍ ﺍﻧﺎﺱ ﻳﺼﻠﻮﻥ ﻓﻰ ﻧﺎﺣﻴﺔ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﻓﻘﺎﻝ ﻣﺎ ﻫﺆﻻﺀ؟ﻓﻘﻴﻞ ﻫﺆﻻﺀ ﻧﺎﺱ ﻟﻴﺲ ﻣﻌﻬﻢ ﻗﺮﺍﻥ ﻭ ﺃﺑﻰ ﺍﺑﻦ ﻛﻌﺐ ﻳﺼﻠﻰ , ﻭﻫﻢ ﻳﺼﻠﻮﻥ ﺑﺼﻼﺗﻪ
ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﺻﺎﺑﻮﺍ ﻭﻧﻌﻢ ﻣﺎ ﺻﻨﻌﻮﺍ
ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﻟﻴﺲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ
ﺑﺎﻟﻘﻮﻯ ﻭ ﻣﺴﻠﻢ ﺍﺑﻦ ﺧﺎﻟﺪ
ﺿﻌﻴﻒ , ﻗﻠﺖ ﻭﻣﻊ ﻛﻮﻥ ﻣﺴﻠﻢ
ﺿﻌﻴﻐﺎ ﻓﻘﺪ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﺤﺎﻓﻆ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ

ﻓﻰ ﺗﻬﺬﻳﺐ ﺍﻟﺘﻬﺬﻳﺐ – ﺫﻛﺮﻩ ﺍﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ ﺍﻧﻪ ﺛﻘﺎﺕ. ﻓﻬﺬﺍ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺍﺻﻞ ﻣﻦ ﺍﺻﻮﻝ ﺍﻟﺘﺮﺍﻭﻳﺢ ﻭﻓﻰ ﺗﻠﻚ ﺍﻟﻤﺪﺓ ﻻ ﻳﻌﺮﻑ ﺑﺎﻟﺘﺮﺍﻭﻳﺢ


: Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dengan sanad sampai Abu Hirairah RA,sesungguhnya ia [Abu Hurairah] berkata: Rasulullah keluar, dan manusia shalat di teras masjid,maka Abu Hurairah bertanya: apa yang mereka lakukan?-dikata kan bahwa mereka adalah sekelompok yang tidak memilki dalil al-Quran, sedangkan Abi Ibn Ka’ab shalat, dan mereka shalat sebagaimana Ibn Ka’ab shalat,-maka rasulullah menjawab mereka benar dan sebaik-baik apa yang mereka perbuat. Berkata Abu Daud hadist ini tidak kuat, lantaran Muslim bin Khalid [salah satu sanad] seorang yang doif, menurutku [Syekh Muhajirin] doifnya Muslim telah disebutkan Ibn Hajar dalam kitabnya Tahzib at-Tahzib: Ibn Hibban berkata bahwa Muslim bin Khalid adalah stiqat/terpercaya. Dan hadist ini adalah asal shalat taraweh, namun pada masa itu tidak disebut taraweh.

Keberadaan Tarawih dilakukan pada tahun kedua (Hijriyyah) ketika Ramadlan tersisa 7 malam, tetapi beliau (Nabi Muhammad) melakukannya (di masjid) secara terpisah, yaitu pada malam ke-23, 25 dan 27, kemudian para sahabat menanti beliau, tetapi beliau tidak keluar (ke masjid). (Besoknya) beliau berkata Saya hawatir Tarawih diwajibkan bagi kalian, lalu kalian tidak mampu MELAKUKANNYA (Tuchfah al-Muchtâj fî Syarh al-Minhâj, VII/328. Nihâyah al-Muchtâj fî Syarh al-Minhâj, V/362.hawâsyay asy-Syarwânî wa al-Ubbâdî, II/240)
Dari Urwah, sesungguhnya Aisyah mengabarkan kepadanya, sesungguhnya Rasulullah keluar pada suatu malam dari pertengahan malam, lalu melakukan shalat di masjid, kemudian ada seorang lelaki yang shalat bersama (menjadi makmum) Nabi. Pada pagi harinya, para sahabat membicarakannya , lalu banyak yang berkumpul untuk shalat bersama beliau. Pada pagi harinya, para sahabat membicarakannya , lalu pada malam ketiga banyak sekali jamaah masjid tersebut, kemudian Nabi keluar dan mereka shalat bersama (menjadi makmum) Nabi. Pada malam ke-4, masjid tidak mampu menampung jamaahnya sampai Nabi keluar untuk shalat shubuh. Setelah selelasi shalat shubuh, Nabi berkata Saya tidak menghawatirkan tempat kalian, tetapi saya hawatir shalat tarawih diwajibkan bagi kalian,lalu kalian tidak mampu (berat) melakukannya (Shahih Bukhari, III/459/876 dan IV/260/1061. Shahih Muslim, IV/148-149/1270 -1271. Musnad Ahmad, XXXXXI/351/2419 4 dan 426/24274. Shahih Ibnu Hibban,II/64-66/2593-2 594)
*JADI SALAT TARAWEH DGN BERJAMAAH SUDAH DI ISARAH OLEH RASUL SAW,WALAU TIDAK DILAKUKAN RUTIN DGN ALASAN DI ATAS,DAN DALAM HADITS2 TSBT TIDAK DI SEBUTKAN ROKAATNYA*


Rakaat Tarawih Menurut Para Sahabat Nabi:

Dari Ibnu Abbas,sesungguhnya Rasulullah bertarawih sebanyak 20 rakaat dan shalat Witir (Mushannaf Abî Syaibah,II/286/227. Al-Mathâlib al-Âliyyah li al-hâfidz Ibni hajar al-Asqalanî, II/282/624. Syarchu Ibni Bathâl, V/154/81. At-Tamhîd Limâ Fi alMuwathha’ Min al-Ma’ânî Wa al- Asânid, Abu Amr Yusuf bin Abdillah bin Muhammad bin Abdil Barri al-Qurthubi, VIII/115)

Sesungguhnya Yazid bin Rauman berkata: Umat Islam pada masa Umar bin Khatthab bertarawih dengan 23 rakaat (beserta witir) (Muwattha’ Mâlik, I/342/254.Tanwîr al-Chawâlik, Abdurrahman bin Abu Bakar as-Suyuthi,I/122/254. Nasbu ar-Râyah,Jamaluddin Abu Muhammad Abdillah bin Yusuf az-Zayla’i, II/154. Ma’rifah as-Sunan Wa al-Âtsar li al-Baihaqi, IV/207/1443)

Kebanyakan para ulama berpedoman pada apa yang diriwayatkan dari Umar bin Khatthab, Ali bin Abi Thalib dan sahabat-sahabat Nabi selain mereka berdua, bahwa jumlah rakaat Tarawih adalah 20 rakaat (Sunan Turmudzi, III/299)

Dari Abi hasna’,sesungguhnya sahabat Ali bin Abi Thalib memerintahkan seseorang agar shalat dengan orang lain pada bulan Ramadlan (bertarawih) sebanyak 20 rakaat (Mushannaf Abî Syaibah, II/285/227. Tuchfah al-Achwadzî bi Syarchi Jâmi’i at-Turmudzi, II/349/734. At-Tamhîd Limâ Fi al-Muwathha’ Min al-Ma’ânî Wa al- Asânid, Abu Amr Yusuf bin Abdillah bin Muhammad bin Abdil Barri al-Qurthubi, VIII/115)

Dari Umar, dia berkata Ibnu Abi Malikah shalat bersamaku pada bulan Ramadlan (bertarawih) sebanyak 20 rakaat (Mushannaf Abi Syaibah, II/285)
Dari Chasan Abdul Aziz bin Rafi’, dia berkata Ubay bin Ka’ab shalat dengan orang lain pada bulan Ramadlan (bertarawih) di Madinah sebanyak 20 rakaat dan berwitir dengan 3 rakaaT (Mushannaf Abi Syaibah, II/285)

Imam Baihaqi dan lainnya meriwayatkan dengan sanad yang shahih, sesungguhnya umat Islam pada masa Umar bin Khatthab bertarawih pada bulan Ramadlan dengan 20 rakaat (Al- Majmu IMAM NAWAWI, III/33. Asna al-Mathalib, III/188)
Sungguh pasti, Rasulullah tidak keluar secara terus menerus karena kasihan kepada umat Islam. Dan beliau melakukan shalat dengan umat Islam sebanyak 8 rakaat tetapi beliau menyempurnakannya 20 di rumah, begitu pula para sahabat menyempurnakann ya di rumah. Beliau tidak menyempurnakan 20 rakaat di masjid karena kasihan kepada umat Islam (Tuchfah al-Muchtaj fi Syarh al-Minhaj KARYA IBNU HAJAR, VII/330)


BAGAIMANA HADITS AISYAH RA YG 11 ROKAAT???

Dalam kitabnya al-Manqulat fi Tahqiq al-Maqalat hal 83-84,

ﻭﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ ﻗﺎﻟﺖ :
ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﺰﺑﺪ ﻓﻰ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻭﻻ ﻓﻰ ﻏﻴﺮﻩ ﻋﻠﻰ ﺇﺣﺪﻯ ﻋﺸﺮ ﺭﻛﻌﺔ, ﻳﺼﻠﻰ ﺃﺭﺑﻌﺎ ﻓﻼ ﺗﺴﺄﻝ ﻋﻦ ﺣﺴﻨﻬﻦ ﻭﻃﻮﻟﻬﻦ , ﺛﻢ ﻳﺼﻠﻰ ﺃﺭﺑﻌﺎ ﻓﻼ ﺗﺴﺄﻝ ﻋﻦ ﺣﺴﻨﻬﻦ ﻭﻃﻮﻟﻬﻦ , ﺛﻢ ﻳﺼﻠﻰ ﺛﻼ ﺛﺎ , ﻗﺎﻟﺖ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺃﺗﻨﺎﻡ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ
ﻗﺎﻝ ﻳﺎ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺃﻥ ﻋﻴﻨﻯﻨﻲ ؟ﺗﻮﺗﺮ ﺗﻨﺎﻣﺎﻥ ﻭﻻ ﻳﻨﺎﻡ ﻗﻠﺒﻰ.
ﻓﻤﺤﻤﻮﻝ ﻋﻠﻰ ﺃﻛﺜﺮ ﺍﻟﻮﺗﺮ ﻛﻞ ﻟﻴﻠﺔ .
ﺑﺪﻟﻴﻞ ﺃﻥ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﻗﺎﻟﺖ ﺍﺗﻨﺎﻡ ﻗﺒﻞ ﺍﻥ ﺗﻮﺗﺮ . ﻭﻫﺬﺍ ﺣﺪﻳﺚ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺻﻼﺗﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻰ ﺑﻴﺘﻬﺎ , ﺩﻭﻥ ﺻﻼﺗﻪ ﻓﻰ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﺑﺪﻟﻴﻞ ﺃﻥ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ ﺭﺅﺕ ﺻﻼﺗﻪ ﻓﻴﻪ ﻭ ﻟﻢ ﺗﺬﻛﺮ ﻋﺪﺩ ﺭﻛﻌﺎﺕ. ﻭﻫﻲ ﻫﺬﻩ ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ ﻗﺎﻟﺖ ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ

ﻭﺳﻠﻢ ﺻﻠﻰ ﻓﻰ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﺫﺍﺕ ﻟﻴﻠﺔ ﻓﺼﻠﻰ ﺑﺼﻼﺗﻪ ﻧﺎﺱ ﺛﻢ ﺻﻠﻰ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺎﺑﻠﺔ ﻓﻜﺜﺮ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺛﻢ ﺇﺟﺘﻤﻌﻮﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﻴﻠﺔ ﺍﻟﺜﺎﻟﺜﺔ ﺍﻭ ﺍﻟﺮﺍﺑﻌﺔ ﻓﻠﻢ ﻳﺨﺮﺝ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ . ﻓﻠﻤﺎ ﺃﺻﺒﺢ ﻗﺎﻝ ﻗﺪ ﺭﺃﻳﺖ ﺍﻟﺬﻱ ﺻﻨﻌﺘﻢ ﻓﻠﻢ ﻳﻤﻨﻌﻨﻰ ﻣﻦ ﺍﻟﺨﺮﻭﺝ ﺇﻻ ﺇﻧﻰ ﺧﺸﻴﺖ ﺃﻥ ﺗﻔﺮﺽ ﻋﻠﻴﻜﻢ. ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ

Dari Saidah Aisyah RA berkata: Rasulullah SAW tidak menambah sebelas rakaat di bulan ramadhan dan di bulan selainnya, beliau shalat empat raka’at dan jangan tanya tentang bagusnya dan panjangnya, kemudian empat raka’at dan jangan tanya bagusnya dan panjangnya, kemudian shalat tiga rakaat, Aisyah bertanya: tidak kah kau tidur terlebih dahulu sebelum shalat witir ??? Rasulullah SAW menjawab sesungguhnya keduamata ku tidur, tapi hatiku terjaga.

Hadist ini dianggap sebagai penjelasan bilangan terbanyak shalat witir tiap malam[bukan taraweh], dengan alasan bahwa ''Aisyah bertanya: tidak kah kau tidur terlebih dahulu sebelum shalat witir?'' DAN hadist INI mengisyaratkan shalatnya Rasul di rumah Aisyah, bukan shalat di masjid. Lantaran [riwayat lain menyebutkan] Aisyah melihat rasul shalat di masjid tanpa menyebut jumlah rakaatnya. Dan riwayatnya seperti ini, dari Aisyah RA berkata ia: Sesungguhnya Rasul SAW shalat di masjid pada suatu malam, dan shalatlah manusia sebagai mana Rasulullah, kemudia shalat dari sejumlah kabilah banyaklah manusia, kemudian pada malam ketiga atau ke empat berkumpulah manusia dan tak keluar Rasul. Ketika pagi Rasul bersabda sungguh ku melihat yang kalian perbuat, tapi aku tidak dapat keluar, kecuali aku takut kalian menganggap fardu.H.R Muslim [al-Manqulat fi tahqiq al Maqalat li ibn Ahmad, hal 84],

Bahkan Syekh Arsyuddin mengatakan: 

ﻭ ﻻ ﻳﺼﺢ ﺍﻹﺳﺘﺪﻻﻝ ﺑﻬﺬﺍ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﺍﻟﺘﺮﺍﻭﻳﺢ ﺛﻤﺎﻥ ﺭﻛﻌﺎﺕ ﺑﺪﻟﻴﻞ ﺃﻧﻬﻢ ﻳﻜﻤﻠﻮ ﻥ ﻓﻰ ﺑﻴﻮﺗﻬﻢ ﻭ ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﺃﻥ ﻋﻤﺮ ﻋﻬﺪﻩ ﻳﺼﻠﻰ ﻋﺸﺮﻳﻦ ﻭﻟﻢ ﻳﻮﺟﺪ ﻟﻪ ﻣﺨﺎﻟﻒ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ

ﺭﺿﻮﺍﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻓﻰ ﻋﻬﺪﻩ ﻭﻣﻦ ﺑﻌﺪﻩ

:tidak sah istidlal hadist ini untuk shalat taraweh. Karena siti Aisyah melihat Rasul ketika di rumah, bukan di masjid. Sedangkan hadist siti Aisyah yang lain yang menerangan bahwa rasul shalat pada suatu malam ramadhan di masjid tanpa menyebutkan jumlah rakaatnya. [al Manqulat, hal 83]
NAH MAKANYA YANG CERMAT LIHAT REDAKSI HADITSNYA !!

SETELAH KITA SEBUTKAN RIWAYAT SAHABAT dengan dua puluh rakaat yang biasa kita kerjakan di bulan ramadahan, SIMAK JUGA:

ﺭﻭﻱ ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻰ ﻭ ﻏﻴﺮﻩ ﺑﺈﺳﻨﺎﺩ
ﺻﺤﻴﺢ ﻋﻦ ﺍﻟﺴﺎﺋﺐ ﺍﺑﻦ ﻳﺰﻳﺪ

ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﻰ ﻗﺎﻝ : ﻛﻨﺎ ﻧﻘﻮﻡ ﻓﻰ ﺷﻬﺮ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻋﻠﻰ ﻋﻬﺪ ﻋﻤﺮ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﺑﻌﺸﺮ ﻳﻦ ﺭﻛﻌﺔ ﻭ ﺍﻟﻮﺗﺮ .


Diriwayatkan oleh al-Baihaqi da yang lain dengan sanad yang Shahih dari al-Saib ibn Yazid al- Shahabi, berkata ia kami melaksanakan di bulan ramadahan pada zaman Umar dengan dua puluh rakaat dan witr, [al-Manqulat, hal 83]

ﻭﻟﻤﺎ ﺭﻭﻱ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ ﻭ ﺍﻟﻤﺴﻠﻢ , ﺍﻥ ﺍﻟﻨﺒﻰ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺧﺮﺝ ﻣﻦ ﺟﻮﻑ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﻟﻴﺎﻟﻰ ﻣﻦ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻭﻫﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﻣﺘﻔﺮﻗﺔ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ ﻭ ﺍﻟﺨﺎﻣﺲ ﻭﺍﻟﺴﺎﺑﻊ ﻭ ﺍﻟﻌﺸﺮﻳﻦ ﻭ ﺻﻠﻰ ﻓﻰ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﻭ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺑﺼﻼﺗﻪ ﻓﻴﻬﺎ ﻭﻛﺎﻥ ﻳﺼﻠﻰ ﺑﻬﻢ ﺛﻤﺎﻥ ﺭﻛﻌﺎﺕ ﻳﻜﻤﻠﻮﻥ ﺑﺎﻗﻴﻬﺎ ﻓﻰ ﺑﻴﻮﺗﻬﻢ, ﻓﻜﺎﻥ ﻳﺴﻤﻊ ﻟﻬﻢ ﺃﺯﻳﺰ ﻛﺄﺯﻳﺰ
ﺍﻟﻨﺤﻞ. ﻓﺘﺒﻴﻦ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺍﻥ
ﻋﺪﺩﻫﺎ ﻟﻴﺲ ﻣﻘﺼﻮﺭﺍ ﻋﻠﻰ ﺛﻤﺎﻧﻰ ﺭﻛﻌﺎﺕ ﺍﻟﺘﻰ ﺻﻠﻰ ﺑﻬﻢ. ﺩﻟﻴﻞ ﺍﻧﻬﻢ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻳﻜﻤﻠﻮﻧﻬﺎ ﻓﻰ ﺑﻴﻮﻧﻬﻢ. ﻭﻗﺪ ﺗﺒﻴﺖ ﻣﻦ ﻓﻌﻞ ﻋﻤﺮ ﺭﺿﻯﺎﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﺍﻥ ﻋﺪﺩﻫﺎ ﻋﺸﺮﻭﻥ ﺣﻴﺚ ﺟﻤﻊ ﺍﻟﻨﺎﺱ
ﺧﻴﺮﺍ ﻋﻠﻰ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻌﺪﺩ ﻓﻰ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ .

ﻭﻭﻓﻘﻪ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻋﻠﻰ ﺫﺍﻟﻚ ﻭﻟﻢ ﻳﻮﺟﺪ ﻣﻌﻬﻢ ﻣﺨﺎﻟﻒ ﻣﻤﻦ ﺑﻌﺪﻫﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﺨﻠﻔﺎﺀ ﺍﻟﺮﺍﺷﺪﻳﻦ ﺍﻟﻤﻬﺪﻳﻴﻦ. ﻭﻗﺪ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺑﺴﻨﺘﻰ ﻭﺳﻨﺔ ﺧﻠﻔﺎﺀ ﺍﻟﺮﺍﺷﺪﻳﻦ ﻣﻦ ﺑﻌﺪﻯ ﻋﻀﻮﺍ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺑﺎﻟﻨﻮﺍﺟﺪ. ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ


Ketika Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan , sesungguhnya Nabi SAW keluar pada pertengahan malam di bulan ramadhan , yaitu tiga hari yang berlainan. Malam ke tiga ke lima daN ketujuh, dan ke dua puluh di masjid, shalatlah manusia sebagaimana Nabi shalat pada malam itu. Dan mereka shalat bersama sebayak delapan rakaat dan menyempurnakan sisanya di rumah mereka. Dan mereka mendengar akan suara lebah. Maka Hadist ini menjelaskan bahwa jumlah shalatnya tidak ditentukan delapan rakaat bersama Nabi, alasannya mereka menyempurnakan shalat itu di rumah, dan dijelaskan oleh apa yang dikerjakan Umar RA jumlah rakaatnya dua puluh, jumlah ini lebih baik lantaran berjamaahnya manusia di masjid. Shahabat sepakat atas demikian dan tidak ada perbedaan setelah mereka dari para khalifah al-Rasidin. Dan sungguh Nabi SAW bersabda Hendaklah kalian dengan sunah ku, dan sunah Khalifah al-Rasyidin setelahku peganglah atas itu dengan rahang kalian. H.R Abu Daud.

Dan bahwa yang dilakukan di zaman umar adalah menjelaskan apa yang dilakukan pada zaman Nabi, dilihat bahwa seluruh sahabat pada waktu itu sepakat [Ijma’ sukuty] dan tidak ada pertentangan di antara mereka [al-Manqulat, hal 84].

ﻭﺭﻭﻱ ﺍﻟﻄﺒﺮﻧﻰ ﻣﻦ ﻃﺮﻳﻖ ﺍﺑﻰ
ﺷﻴﻨﺔ, ﺍﻧﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ

ﻳﺼﻠﻰ ﻓﻰ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻋﺸﺮﻳﻦ ﺭﻛﻌﺔ ﻭ ﺍﻟﻮﺗﺮ


Diriwayatkan dari al-Tabrani dari abi Syaibah bahwa sesungguhnya Rasulullah shalat di malam ramadhan dua puluh raka’at, dan witir.

Walaupun SEBAGIAN RIWAYAT dianggap do’if,namuan ulama fiqh, hadist, dan usul sepakat membolehkan mengamalkan hadist doif untuk Fadha’il al-Amal [al-Manqulat 86]

Kriteria doif sesorang terkadang bisa dianggap stiqat oleh ulama lain, sebagaimana kasus Muslim bin Khalid.
Dan mari kita perhatikan bersama bagaimana ulama terdahulu memposisikan hadist Nabi SAW. Imam Abu Hanifah misalnya mengambil istimbat hukum dari hadist doif, lantaran menurutnya hadist doif hakikatnya tetap hadist [Ucapan Nabi], namun karena orang yang menyampaikan bermacam- macam kemudian hadist itu dianggap lemah. Begitu juga imam Syafii, beliau dijuluki oleh ulama hadist sebagai al-Hakim [yang hafal lebih dari dua ribu hadist beserta sanadnya dan sifat-sifatnya] , dalam beberapa istimbat hukum beliau pantang membuang salah satu hadist,yang Imam syafii lakukan Ijma’bain al-Dalilain Dalilain (Memadukan dua dalil)


Bagaimanakah kaifiyatnya! 

Syekh Muhajirin menegaskan dalam kitabnya Misbah al-Zhalam syarh Bulug al-Maram, Juz 2 hal 142 sebagai berikut:

ﻭﺍﻣﺎ ﻛﻴﻔﻴﺔ ﻋﻤﻠﻪ ﻓﻘﺪ ﺍﺗﻔﻖ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻋﻠﻰ ﺍﻧﻪ ﻋﺸﺮﻭﻥ ﺭﻛﻌﺔ ﺑﻌﺸﺮ ﺗﺴﻠﻴﻤﺎﺕ ﻓﻰ ﻛﻞ ﻟﻴﻠﺔ ﻣﻦ ﺭﻣﻀﺎﻥ , ﻭﺟﻤﻠﺘﻪ ﺧﻤﺲ ﺗﺮﻭﻳﺤﺎﺕ ﻭﻳﻨﻮﻯ ﺍﻟﺸﺨﺺ ﻓﻰ ﻛﻞ ﺭﻛﻌﺘﻴﻦ ﺍﻟﺘﺮﻭﻳﺢ ﺍﻭ ﻗﻴﺎﻡ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﺛﻢ ﻳﻮﺗﺮ ﺑﺜﻼﺙ ﺭﻛﻌﺔ

ﺑﺘﺴﻠﻴﻤﺔ ﻭﺍﺣﺪﺓ ﺍﻭ ﺑﺘﺴﻠﻤﻴﻦ


: Adapun tata caranya ulama sepakat bahwa shalat taraweh berjumlah dua puluh rakaat dengan sepuluh kali salam, dengan Khams Tarwihat, dengan niat shalat taraweh atau qiyam ramadan pada setiap dua rakaat, kemudian witir dengan tiga rakaat satu salam atau dua salam.


ﻭﺃﻣﺎ ﻓﻌﻠﻬﺎ ﻓﺄﻓﻀﻠﻬﺎ ﻓﻰ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﻭﻫﻮ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻰ ﻭﺍﻟﺠﻤﻬﻮﺭ ﺍﺻﺤﺎﺑﻪ ﻭﺍﺑﻰ ﺣﻨﻴﻔﺔ ﻭ ﺍﺣﻤﺪ ﻭ ﺑﻌﺾ ﺍﺻﺤﺎﺏ ﻣﺎﻟﻚ ﻛﻤﺎ ﻓﻌﻠﻬﺎ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ ﺍﻟﺨﻄﺎﺏ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ .


; Dan adapun melakukannya afdhalnya berjamaah di masjid sebagaimana ucapan Imam Syafii, ulama mazhab Syafiiyah, Abu Hanifah, Imam Ahmad, dan sebagian ulama Maliki, sebagaimana yang dilakukan Umar bin Khatab RA."

ﻭﻗﺪ ﺣﻘﻘﻖ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ ﺍﻥ ﻣﻦ ﺻﻠﻰ ﺍﺭﺑﻌﺎ ﺑﺘﺴﻠﻴﻤﺔ ﻭﺍﺣﺪﺓ ﺑﻨﻴﺔ ﺍﻟﺘﺮﺍﻭﻳﺢ ﻟﻢ ﻳﺼﺢ ﺑﻤﺨﺎﻟﻔﺘﻪ ﺑﻤﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﺣﺪﻳﺚ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﻣﺜﻨﻰ ﻣﺜﻨﻰ ﻭ ﻋﻤﻠﻪ ﺍﺻﺤﺎﺏ ﺍﻟﻜﺮﻳﻢ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ

ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻨﻬﻢ .

; Dan sungguh ulama telah menetapkan Ulama mazhab Syafii siapa yang mengerjakanya dengan empat rakaat satu salam dengan niat taraweh tidak sah karena menyalahi hadist Nabi“Shalat malam itu dua, dua”, dan mengerjakan yang demikian Para sahabat RA.

ﻭﺳﺒﺐ ﺗﺴﻤﻴﺔ ﻗﻴﺎﻡ ﺭﻣﻀﺎﻥ
ﺑﺎﻟﺘﺮﻭﻳﺢ ﻷﻥ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻓﻰ ﻣﻜﺔ ﻛﺎﻧﻮ ﻳﻔﻌﻠﻮﻥ ﺑﻴﻦ ﻛﻞ ﺗﺮﻭﻳﺤﺘﻴﻦ ﺑﻄﻮﺍﻑ.

ﻟﻴﺴﺘﺮﺣﻮﺍ ﻭﻳﻨﺸﻄﻮﺍ ﺑﺬﺍﻟﻚ , ﻻﻥ ﻓﻰ ﺍﻹﻧﺘﻘﺎﻝ ﻣﻦ ﻋﺒﺎﺩﺓ ﺍﻟﻰ ﻋﺒﺎﺩﺓ ﺭﺣﺔ ﻭ ﻧﺸﺎﻃﺎ. ﻭﺫﺍﻟﻚ ﺑﺎﺟﺘﻬﺎﺩﻫﻢ ﻻ ﺑﺄﻣﺮﻩ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ .


: sebab dinamakan qiyam ramadahan dengan Taraweh,karena sahabat di Mekkah mereka melakukan di antara dua taraweh/istirah at dengan to’af. mereka senang dan bersemangat dengan itu, karena dalam perpindahan ibadah ke ibadah gembira dan semangat. Karenanya itu denga ijtihad mereka bukan perintah NAS DARI RASUL SAW.


PENUTUP.

Para sahabat tidak akan bisa melupakan Rasulullah,baik itu perkataan, perbuatan atau ketetapan rasul. Bukan kah Imam Bukhari dan Imam Muslim menjelaskan satu bab dalam kitabnya mengenai Fada’il al-Shahabah, bukankah Imam Bukhari dan Muslim itu keduanya dijuluki amir al-Mu’minin oleh ahli hadist-gelar tertinggi dalam ulum al-Hadist-juga PARA MUHADITS lebih dekat dengan zaman rasul ketimbang kita, ditambah kehati-hatian dalam melakukan pengambilan hadist, mereka melakukan Istikhara sebelum mencantumkan hadist. Berbeda redaksi itu hal yang bisa-sebagaimana saksi salam sebuah peristiwa kecelakaan akan mengatakan dengan berbeda redaksi namun satu tujuan-,tidak ada yang bertentangan antara hadist, kita saja yang sering menentangkannya .

Seluruh ulama sepakat bahwa semua sahabat adalah adil. Bahkan ulama tasawuf berkeyakinan bahwa cahaya rasul setelah wafat terwariskan kepada para sahabatnya, seluruh mereka adalah WALIYULLAH.

Syarah HADITS adalah mata rantai yang sebenernya ketimbang intrpretasi DARI kita SECARA langsung,mengingat apa yang ada di KTB2 HADITS adalah kumpulan hadist- hadist Fii'li yang tidak bisa hanya dibandingkan dan diterjemahkan saja menurut kemauan kita. hadist fiili akan salah jika kita tidak melihat guru dan syarah yang sanadnya sampai pada pengaranG, saya merasA bodoh tidak sanggup mendeteksi atAu /satu riwayat sehingga harus mengetahui itu dari guru-guru saya,saya percaya dengan apa yang beliau dapat Adalah sanad tradisI yang selalu di jaga dari guru ke guru ke musannif sampai mujtahid mutlaq dan sampai Rasulullah SAW. Ibadah saya dengan guru say tidak bisa dibadingkan tingkatanya, orang- orang terdahulu seperti imam syafii yang hafal lebih dari dua ratus ribu hadist beserta sanad dan sifat-sifat perawi, imam bukhari yang lebih dari itu dan lain-lain. mereka lebih taat dibadingkan orang yang paling taat di zaman ini, mereka lebih dekat dari zaman rasulullah, tentunya mereka lebih tau apa yang terjadi dengan kondisi perawi dengan sebenar- benarnya. mereka benar-benar melakukan observasi langsung ke TKP, tidak seperti kita yang bekerja di depan komputer satu keping CD maktabah al-Syamilah. mereka bukan ulama karbitan seperti bnyak dizaman YANG BELAJAR CUMA DI PERPUSTAKAAN.  sekarang...mudah-mudahan ilmu mereka manfaat pada kita,sehingga menjadi barkah dan ziyadat al-khair. amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa Tulis Saran atau Komentar Anda